PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN MENYUSUN KATA

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

SISWA KELAS I SDN 1 NGILEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

 

Sriyati

SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I SDN 1 Ngilen melalui penerapan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini merupakan salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri mengembangkan aktivitas berpikir melaui diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian adalah siswa kelas I SDN 1 Ngilen tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 21 anak. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes, wawancara, obseervasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I SDN 1 Ngilen. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal dari 21 siswa kelas I yang tuntas belajar adalah 9 siswa (42,86%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 61,43. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar 13 siswa (61,90%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 68,57. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar kembali meningkat menjadi 17 siswa (80,95%) dan rata-rata nilai ulangan harian adalah 76,67. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan dengan penerapan teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I SDN 1 Ngilen Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci : keterampilan membaca, teknik permainan menyusun kata

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran membaca sudah diberikan kepada anak sejak awal masuk Sekolah Dasar (SD) karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi lain. Pembelajaran membaca permulaan merupakan bagian dari materi pembelajaran yang diajarkan di kelas rendah sekolah dasar.

Dalam pembelajaran membaca, siswa tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut siswa untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.

Kemampuan membaca permulaan merupakan dasar untuk menguasai membaca lanjut. Dalam membaca permulaan terdapat kegiatan memvokalisasikan simbol-simbol bahasa. Dalam pembelajaran membaca, siswa tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa, melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut siswa untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.

Meskipun pembelajaran membaca sudah diajarkan sejak kelas I semester 1. Namun, pada kenyataannya pada semester 2, lebih dari 50% siswa kelas I SDN 1 Ngilen belum bisa membaca dengan lancar. Akibatnya nilai membaca siswa masih rendah, bahkan sebagian besar siswa belum mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70. Dari 21 siswa kelas I, setelah dilakukan ulangan harian, hanya 9 siswa yang tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan hariannya 61,43.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelaran yang variatif, dan salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dan bisa sangat variatif adalah dengan diterapkannya model cooperative learning dengan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini dikemas dalam bentuk permainan yang sesuai dengan jiwa anak usia sekolah dasar, sehingga diharapkan anak akan termotivasi untuk belajar membaca dan kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan.

Teknik permainan dalam pembelajaran sesuai dengan salah satu karakteristik anak usia Sekolah Dasar. Terdapat empat karakter atau sifat menonjol dari usia Sekolah Dasar (SD) yang setidaknya dipahami yaitu : senang bermain, merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung, cenderung lebih senang bergerak, dan senang bekerja dalam kelompok.

Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tidakan kelas yang berjudul : Penerapan Teknik Permainan Menyusun Kata Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas I SDN 1 Ngilen Tahun Pelajaran 2013/2014.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2013/2014?”

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui penerapan teknik permainan menyusun kata.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian yang dilakukan antara lain :

1.   Bagi Siswa : meningkatnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khusunya pada kompetensi membaca.

2.   Bagi Guru : meningkatnya keproesionalan guru terutama dalam meningkatkan kwalitas pembelajaran dan meningkatnya keterampilan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran.

3.   Bagi Sekolah : meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah karena teratasinya masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok. Menurut Slavin (2009 : 8), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.

Menurut Sugiyanto (2008 : 35) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009 : 27) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan menekankan pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Teknik Permainan Menyusun Kata

Teknik mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran (Subana dkk, 2005: 20). Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan.

Semi (1993: 105) menyatakan bahwa teknik merupakan cara khas yang operasional yang digunakan atau dilalui dalam menggapai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan berpegang pada metode. Oleh sebab itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha aau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Menurut Suyatno (2004: 15), teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran langsung. Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa untuk menyampaikan bahan-bahan pengajaan yang dipilih untuk pelajar-pelajarnya. Teknik yang dipilih haruslah sejajar dengan kaidah yang dianut. Teknik adalah suatu muslihat atau strategi atau taktik yang digunakan oleh guru agar mencapai hasil maksimal pada waktu mengajar sesuatu bagian bahasan tertentu.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa teknik merupakan alat yang digunakan guru dalam suatu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Rini (2005: 6) menyatakan bahwa mengajak siswa bermain sambil belajar ternyata memberi manfaat bagi kedua belah pihak, baik guru maupun siswa. Terdapat tiga manfaat permainan bagi guru.1)Memudahkan guru dalam memberikan penjelasan mengenai suatu materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan menerapkannya dalam bentuk permainan. 2) Membantu guru membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 3) Memberikan prestasi tersendiri bagi guru karena membuat siswa berpartisipasi aktif selama proses belajar mengajar di kelas.

Selain bermanfaat bagi guru, bermain sambil belajar juga bermanfaat bagi siswa. Terdapat lima manfaat bermain sambil belajar bagi siswa. 1) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari karena disajikan dalam bentuk permainan yang menyenangkan. 2) Mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa bosan dalam kelas.3) Membantu siswa mengingat materi pelajaran lebih mudah dan cepat. 4) Siswa menjadi aktif di kelas. 5) Menumbuhkan solidaritas dan sportivitas di kalangan para siswa.

Menurut Suyatno (2004: 14) permainan belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat, menghilangkan stress dalam lingkungan belajar, mengajak orang terlibat penuh, meningkatkan proses belajar, membangun kreativitas diri, mencapai tujuan dengan pengalaman, meraih makna belajar melalui pengalaman, dan memfokuskan siswa sebagai subjek belajar. Ciri-ciri permainan di antaranya: adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang harus diperhatikan oleh para pemain dan adanya tujuan yang harus dicapai atau tugas yang harus dikerjakan. Permainan bisa bersifat individu atau kelompok.

Permainan menyusun kata merupakan permainan yang digunakan khusus untuk kemampuan membaca. Penerapannya yaitu guru membacakan kalimat, siswa harus menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sesuai kalimat yang dibaca guru.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa permainan bahasa menyusun kata adalah sebuah permainan bahasa susun kata yang menggunakan kata-kata sebagai acuan dalam pembelajaran membaca.

Prosedur pada teknik permainan menyusun kata meliputi: a) Guru menyiapkan papan stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel, b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, c) Guru membagikan kertas kata kepada masing-masing siswa, setiap siswa menerima lima kata, d) Guru memberi waktu untuk berdiskusi, e) Guru melafalkan satu persatu kalimat, f) Masing-masing kelompok berlomba untuk menyusun kata pada papan stereoform hingga membentuk kalimat yang sesuai dengan kalimat yang dibacakan guru, g) Kelompok yang paling cepat dan paling benar dalam menyusun kata menjadi pemenangnya, h) Siswa diberi tugas untuk membaca bacaan yang terdapat pada papan stereoform.

Pembelajaran Membaca

Pembelajaran membaca di kelas sekolah dasar itu merupakan pembelajaran membaca permulaan tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh anak-anak tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas rendah sekolah dasar. Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Soejono (1975:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

Kegiatan membaca menurut Combs (dalam Slamet, 2007: 138), ada tiga tahap, yakni (1) tahap persiapan, (2) tahap perkembangan, dan (3) tahap transisi. Tahap persiapan, anak mulai menyadari tentang barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang kata. Tahap perkembangan anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata lain. Selanjutnya, dalam tahap transisi, anak mulai mengubah kebiasaan membaca dalam hati. Anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai atau tidak tegang.

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2007: 139) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini, yakni (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa); (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) orientasi ke kiri dan kanan;(8) keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosakata.

Kesulitan-kesulian umum yang dihadapi anak dalam belajar membaca pada: (1) pramembaca pada umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada membaca kata demi kata, pemarafrasean yang salah, miskin pelafalan, atau kesalahan pengucapan, penghilangan, pengulangan, pembalikan, penyisipan, penggantian, dan (3) pemecahan kode (dekoding) yang meliputi kesulitan konsonan, kesulitan vokal, kesuliran kluster, diftong, digraf, kesulitan menganalisis struktur kata, dan tidak mengenali makna kata dalam kalimat.

Tujuan pembelajarn membaca permulaan pada dasarnya ialah memberi bekal pengetahuan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca permulaan dan mengenalkan serta menangkap isi bacaan dengan baik dan dapat menuliskannya. Secara rinci pembelajaran pengenalan membaca permulaan bertujuan untuk memupuk kesadaran dan mengembangkan kemampuan anak-anak untuk memahami dan mengenalkan cara membaca permulaan dengan benar. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa atau menuliskan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya, memperkenalkan dan melatih anak mampu membaca sesuai dengan teknik-teknik tertentu, melatih keterampilan anak untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, atau ditulisnya dan mengingatnya dengan baik, Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tetentu dari sebuah kata dalam suatu konteks.

Kerangka Berpikir

  Pada awal pembelajaran, keterampilan membaca siswa masih rendah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan yang telah dibaca. Ketika dilakukan ulangan, hasil belajar siswa masih jauh dari harapan. Masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Penggunaan teknik permainan menyusun kata diharapkan dapat membuat siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa lebih mudah memahami isi bacaan yang dibacanya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2013/2014.

 METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN 1 Ngilen pada tahun pelajaran 2013/2014 tepatnya pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran, dengan jumlah siswa 21 anak terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah capaian peningkatan kemampuan membaca siswa tingkat ketuntasannya mencapai minimal 80% dan capaian nilai rata-rata ulangan harian minimal 70.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN       

Pra Siklus

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, pembelajaran membaca dilaksanakan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Kegiatan membaca dilakukan secara klasikal dan tidak terarah. Kondisi tersebut berdampak pada siswa dan proses pembelajaran yang kurang berhasil secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi belajar Bahasa Indonesia dalam materi membaca pada siswa kelas I SDN 1 Ngilen yang masih jauh dari harapan.

Masih banyak siswa yang nilai ulangannya dibawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari 21 siswa kelas I SDN 1 Ngilen, pada nilai ulangan harian sebelum dilakukan penelitian, hanya 9 siswa (42,86%) yang tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 61,43. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil ulangan harian pada pembelajaran pra siklus :

 

Tabel Rekapitulasi Hasil Pra Siklus

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

9 anak

2

Tidak Tuntas

12 anak

3

Nilai Rata-rata

61,43

4

Nilai Tertinggi

80

5

Nilai Terendah

40

 

Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I pada bulan Maret 2014. Dalam pembelajaran guru menggunakan teknik permainan menyusun kata. Dalam permainan ini guru membagi siswa dalam setiap kelompok 5 – 6 siswa. Di akhir pembelajaran guru melakukan ulangan. Hasil ulangan siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel Rekapitulasi Hasil Siklus I

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

13 anak

2

Tidak Tuntas

8 anak

3

Nilai Rata-rata

68,57

4

Nilai Tertinggi

90

5

Nilai Terendah

50

           

      Data hasil ulangan Siklus I menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa (61,90%). Sebanyak 8 siswa (38,10%) belum tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 68,57.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada bulan April 2014. Dalam pembelajaran siklus II guru masih menggunakan teknik permainan menyusun kata tetapi pembagian kelompok diubah menjadi 3 – 4 siswa dalam satu kelompok. Dengan pembagian kelompok dengan jumlah lebih sedikit ternyata membuat siswa semakin fokus dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi dan permainan menyusun kata bisa lebih hidup dan merata. Hal ini berdampak positif pada hasil ulangan siswa. Berikut ini adalah tabel hasil ulangan pada akhir siklus II.

Tabel Rekapitulasi Hasil Siklus II

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

17 anak

2

Tidak Tuntas

4 anak

3

Nilai Rata-rata

76,67

4

Nilai Tertinggi

100

5

Nilai Terendah

50

           

Data hasil ulangan Siklus II menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 17 siswa (80,95%). Sebanyak 4 siswa (19,05%) belum tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 76,67.

Pembahasan

Rata-rata hasil belajar siswa yang pada kondisi awal 61,43. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I yang menerapkan teknik permainan menyusun kata dengan jumlah kelompok 5 – 6 siswa, rata-rata nilai ulangan meningkat menjadi 68,57. Pada siklus II, peneliti kembali menerapkan teknik permainan menyusun kata dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I.Perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengubah jumlah anggota setiap kelompok menjadi 4 – 5 siswa. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklu II meningkat menjadi 76,67.

Jumlah siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan juga mengalami peningkatan. Pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 9 anak (42,86%), pada Siklus I meningkat menjadi 13 anak (61,90%) dan pada Siklus II kembali meningkat menjadi 17 anak (80,95%).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan pencapaian tingkat ketuntasan belajar dari 42,86% pada kondisi awal menjadi 80,95% pada kondisi akhir.

Saran

Beberapa saran sebagai bahan masukan dan tindak lanjut kerkenaan dengan hasil penelitian ini, yaitu :

1.     Bagi Kepala Sekolah

Sebaiknya Kepala Sekolah selalu mendorong dan membina guru untuk lebih pro aktif dalam usaha menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas

2.     Bagi Siswa

Sebaiknya siswa selalu berusaha aktif dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3.     Bagi Guru

a.     Guru sebaiknya selalu tanggap terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran dan berusaha mencarikan solusinya

b.     Guru sebaiknya menggunakan keterampilan dasar mengajar secara optimal dan kreatif dalam upaya merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna

c.     Guru hendaknya mampu dan mau menerapkan pengggunaan model-model pembelajaran baru yang disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan dicapai

d.     Guru dituntut untuk selalu meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tuntutan standar kompetensi yang digariskan dalam kurikulum, seimbang antara hasil belajar dan keterampilan proses.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rini, Ayu. 2005. Exellent English Games. Jakarta: Kesaint Blanc.

Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Slamet, St. Y dan Suwarto. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Soejono. 1975. Petunjuk Membaca Menulis Permulaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya. SIC.