TRADISI MELAHIRKAN DENGAN PERANTARA DUKUN BERANAK

DI DESA TARAMANA KECAMATAN ALOR TIMUR LAUT

KABUPATEN ALOR

Fani Rosela Adang, Emy Wuryani, Wahyu Purwiyastuti
Pendidikan Sejarah – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Tradisi Melahirkan Dengan Perantara Dukun Beranak di Desa Taramana adalah salah satu tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih bertahan sampai sekarang. Penelitian ini menggunaka metode deskriptif kualitatif melalui teknik pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi. Keberadaan dukun beranak adalah untuk membantu masyarakat khususnya ibu dalam proses persalinan dan pasca persalinan. Dengan adanya dukun beranak di desa Taramana, ibu tidak sulit untuk melakukan proses persalinan dan pasca persalinan karena dukun beranak akan membantu ibu. Sebagai penolong persalinan, dukun beranak lebih dipercaya dan diminati dari pada penolong medis lainnya. Alasan masyarakat memilih dukun beranak karena, pengalaman, tradisi, ekonomi dan jarak.

Kata kunci: Tradisi melahirkan, dukun beranak

PENDAHULUAN

Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih dilaksanakan dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku didaerahnya masing-masing. Akhir-akhir ini bangsa Indonesia sebagai bangsa yang dinamis, mengalami tantangan dalam menghadapi globalisasi dan kemajuan teknologi (Widiarto, 2009: 4).

Bangsa Indonesia tidak lepas dari proses modernisasi dalam rangka mengisi cita-cita kemerdekaan, hal ini berarti bangsa Indonesia harus dapat mengikuti gerak modernisasi. Salah satunya adalah pemahaman antar negara atau antar etnik. Pemahaman budaya terhadap budaya lain akan menimbulkan pemahaman budaya yang berarti pemahaman terhadap jiwa bangsa lain atau etnik lain. (Widiarto, 2009: 2).

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagian besar dipenuhi melalui kebudayaan yang bersumber dari pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagain besar karena kemampuan manusia adalah terbatas dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptanya juga terbatas dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Kebudayaan juga mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia hidup sendiri maka tidak akan ada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-tindakannya, akan tetapi setiap individu tidak akan bisa untuk hidup sendiri tanpa adanya masyarakat dan kebudayaan. (Widiarto, 2009: 39).

Masyarakat desa Taramana juga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dijalani karena dalam masyarakat sendiri mempunyai kebudayaan tersendiri. Dalam hal ini kebudayaan yang menjadi kebutuhan masyarakat desa Taramana adalah tradisi melahirkan yang menggunakan tenaga pelayanan kesehatan tradisional. Salah satu tenaga yang sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pelayanan kesehatan, khususnya untuk membantu proses persalinan adalah dukun beranak. Contoh bentuk kebudayaan dijadikan sebagai warisan dan pedoman keseharian adalah tradisi dukun beranak di Desa Taramana Kecamatan Alor Timur Laut Kabupaten Alor.

Sampai saat ini, dukun beranak masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat desa Taramana. Sebagian besar ibu di daerah pedesaan lebih senang memanfaatkan pelayanan dukun beranak dalam membantu proses persalinan. Hal ini disebabkan karena sesuai dengan sistem sosiokultural yang ada di daerah pedesaan tersebut. Dukun beranak biasanya berasal dari daerah tersebut dan dikenal oleh masyarakat. Mereka telah menjadi bagian dari sistem organisasi sosial dan sistem keagamaan yang berlaku. Imbalan terhadap pelayanan telah diberikan oleh dukun beranak tidak berupa uang, melainkan bisa berupa ayam, beras dan hasil kebun lainnya. Hal ini menyebabkan bidan atau petugas kesehatan hanya bertugas sebatas memeriksa kondisi kesehatan dari ibu hamil.

Saat tiba waktu bersalin, keluarga menghubungi dukun beranak untuk datang ke rumah membantu proses persalinan. Sebelum membantu ibu bersalin, dukun meminta semua anggota keluarga berkumpul dan berdoa terkadang dari pihak keluarga sebelum memanggil dukun beranak untuk kerumah, salah satu dari anggota keluarga berdoa tanpa harus menunggu perintah dari dukun beranak karena menurut menurut masyarakat berdoa adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh manusia sebelum melakukan kegiatan.

Kepercayaan masyarakat desa Taramana kepada dukun beranak yang membuat dukun beranak bukan hanya membantu ibu dalam proses persalinan tetapi dukun beranak juga bersediah membantu ibu selama 1 minggu untuk mengurus ibu dan bayi pasca persalinan. Dukun beranak mempunyai jadwal kunjungan ke rumah ibu pasca persalinan untuk merawat ibu dan bayi. Beberapa hal yang dilakukan oleh dukun beranak pasca melahirkan adalah merawat bayi dan ibu, juga melatih ibu dalam mengurus bayi. Hal ini dilakukan oleh dukun agar ibu menjadi mandiri dalam merawat bayinya tanpa bantuan dukun.

KAJIAN PUSTAKA

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. (Koentjaraningrat, 1969: 76).

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat isatiadat, norma-norma, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat melalui pendidikan formal atau informal. Selanjutnya kebudayaan juga merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. Adanya kait mengait diantara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sebagai sistem (Widiarto, 2005:11).

Dalam unsur-unsur kebuadayaan yang universal merupakan unsur-unsur yang pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di dunia (Koentjaraningrat, 1974: 12). Unsur-unsur kebudayaan dikelompokan menjadi cabang-cabang kebudayaan yang tetap. Kebudayaan dapat dibagi ke dalam unsur-unsur, sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, filsafat, dan religi. Disamping itu ada pula yang membagi kebudayaan kedalam unsur-unsur seperti : pola-pola komunikasi, bentuk-bentuk jasa, pertukaran barang dan jasa, bentuk-bentuk hak milik, kontrol sosial, praktek religi dan magi, metodologi, filsafat, ilmu, kesenia dan rekreasi. (Widiarto, 2009: 15).

Ada tujuh unsur-unsur kebudayaan salah satunya adalah sistem teknologi. Sistem timbul karena manusia mampu menciptakan peralatan yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia mampu menciptakan peralatan, yang sudah dilakukan dari jaman dahulu. Manusia mampu menciptakan pakaian dari kulit binatang buruhannya, menciptakan transportasi menggunakan binatang, menciptakan rumah, menciptakan batu dan kayu untuk digunakan dalam berburu dan bercocok tanam, dan manusia mampu memnciptakan perahu untuk digunakan dalam penyebarangan sungai. Peralatan mengalami kompleksitas dari yang sangat sederhana menjadi moderen dan serba cepat serta instan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Taramana, Kecamatan Alor Timur Laut Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Data dalam penelitian ini meliputi: Wawancara kepada 8 ibu dengan rentang usia antara 20-38 tahun dan seorang dukun beranak di Desa Taramana. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data, menggunakan studi kepustakaan, observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi.

PEMBAHASAN

Geografis Desa Taramana

Desa Taramana adalah salah satu dari 8 desa yang ada di Kecamatan Alor Timur Laut Kabupaten Alor. Desa Taramana terbagi menjadi 2 dusun, yaitu Dusun Satu dan Dusun Dua. Jumlah penduduk Desa Taramana pada tahun 2015 adalah 1.049 jiwa yang terdiri dari 262 Kepala Keluarga.

Berdasarkan letak geografis, desa Taramana berada diantara gunung Motomang dan gunung Babby serta laut Flores dengan luas 33,51 km. Dilihat dari kondisi wilayah desa Taramana yang berada di antara pegunungan dan lautan, kehidupan masyarakat desa Taramana mayoritas bekerja sebagai petani, nelayan dan peternak. Hasil yang didapatkan melalui berkebun, beternak, dan melaut dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tradisi Melahirkan Di Desa Taramana

Tradisi melahirkan dengan perantara dukun beranak adalah tradisi yang dilakukan turun temurun yang merupakan warisan dari masyarakat terdahulu desa Taramana. Tradisi melahirkan dengan perantara dukun beranak sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat, karena antara dukun beranak dan masyarakat sudah saling kenal secara akrab bahkan banyak dari ibu-ibu memilih dukun beranak untuk membantu persalinan karena pengalaman dari keluarga yang turun-temurun menggunakan jasa dukun beranak.  (wawancara Herlina, 23 April 2016).

Ibu hamil memilih dukun beranak dalam membantu proses persalinan karena selain pengalaman dari keluarga, dukun beranak mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu ibu. Dukun beranak tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan, tetapi dukun beranak membantu ibu dalam pasca persalinan, seperti mengurus ibu dan bayi pagi dan sore selama satu minggu, (memandikan ibu, bayi, mengobati tali pusar bayi selama tali pusar belum lepas), faktor jarak dan biaya yang terjangkau yang dapat dibayar langsung maupun di kemudian hari dapat berupa uang maupun barang, yang membuat masyarakat mempunyai alasan yang kuat untuk mempertahankan dukun beranak sebagai penolong persalinan dan pasca persalinan. (wawancara Herlina, 23 April 2016).

Sejarah Dukun Beranak

Dukun beranak di masyarakat desa Taramana sudah ada mulai tahun 1940. Pada mulanya dukun beranak ada di desa Taramana karena keadaan terdesak yang disebabkan belum adanya kendaraan, jalan yang belum diaspal, belum ada bidan yang terlatih dan profesional, dan belum mengetahui keberadaan rumah sakit. Pada saat ibu ingin melakukan persalinan di desa, ada orang yang menyediakan diri untuk membantu proses persalinan.

Proses persalinan dengan mengunakan jasa dukun beranak sudah dilakukan sejak lama, mulai dari tahun 1940 melalui dukun beranak yang bernama Salomi Berimau. Setelah Salomi Berimau meninggal pada tahun 1965 maka  pada tahun 1965 digantikan oleh dukun beranak yang bernama Loisa Karibana, namun pada tahun 1971 Loisa Karibana meninggal dan pada tahun 1971 digantikan oleh Henderina Plaituka. Pada tahun 1981 Henderina Plaituka meninggal dan akhirnya pada tahun 1981-2016 di lanjutkan oleh Agustina Besikode.

Pasien

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada 8 ibu hamil dengan usia 20-38 tahun di desa Taramana, yang mempercayai dukun dalam membantu proses persalinan. Hal tersebut disebabkan karena rumah dukun beranak memiliki jarak yang dekat dengan rumah pasien. Sehingga keluarga dapat memanggil dukun beranak dengan cepat di setiap waktu membutuhkan pertolongan dukun beranak. Pasien memilih dukun, bukan hanya karena jarak tetapi juga karena faktor biaya. Keluarga tidak harus menyiapkan dana yang besar apabila menggunakan jasa dukun beranak. Keluarga hanya menyiapkan biaya sebesar Rp.100.000-200.000 dan barang berupa beras, kopi, gula, sabun, sayuran, jagung, dan singkong.

Peralatan yang disiapkan oleh Dukun

Dukun beranak menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk digunakan ketika membantu proses persalinan. Peralatan yang disiapkan dukun yaitu gunting, benang, timbangan, silet dan kain. Gunting digunakan untuk memotong benang. Benang digunakan untuk mengikat tali pusar sebelum dipotong. Silet untuk memotong tali pusar. Timbangan dan kain digunakan untuk menimbang bayi. (Wawancara Agustina Besikode: 18 Desember 2015).

Peralatan yang disiapkan oleh Keluarga

Kebutuhan bayi yang harus disiapkan oleh ibu ialah minyak telon, minyak kayu putih, keranjang pakaian, sabun, topi, kaus kaki, kaus tangan, selimut, gendongan, pakaian bayi, cussons baby, alkohol, obat tetra dan minyak bimoli untuk memijat perut ibu. Pada saat ibu mulai merasakan sakit pada pinggang, paha dan perut, ibu meminta keluarga untuk memanggil dukun beranak ke rumah. Sebelum ibu melahirkan ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh keluarga seperti air hangat untuk memandikan bayi dan ibu, daun-daun dari hutan seperti daun mengkudu dan daun gamal, bara api, amplop yang berisi uang dan hasil usaha lainnya berupa kopi, gula, sabun, beras dan sayuran dari kebun, peralatan mandi bayi dan ibu berupa: sabun, handuk, dan ember. (Wawancara ibu Herlina: 18 Desember 2015).

Proses Persalinan dan Pasca Persalinan

a. Proses

Pada saat ibu untuk melahirkan, pihak keluarga memanggil dukun beranak ke rumah keluarga dan membantu ibu dalam proses persalinan. Sesampainya dukun di rumah dengan membawa peralatan persalinan, dukun beranak meminta salah satu dari pihak keluarga untuk memanggil Pendeta ke rumah keluarga dan berdoa sebelum dukun beranak membantu ibu dalam proses persalinan, adapun dari pihak keluarga yang berdoa sebelum melakukan persalinan dan yang memimpin doa dalam keluarga adalah kakek atau nenek karena dianggap paling tertua dalam keluarga dan isi doanya ialah meminta pertolongan Tuhan agar proses persalinan berjalan lancar. Ibu berbaring dengan posisi melahirkan dukun beranak mengambil minyak gosok dan dukun beranak mengoles di seluruh perut ibu. Dukun beranak memijat perut ibu dengan perlahan-lahan sampai ibu merasakan kesakitan di sekitar perut dan pinggang. Ketika ibu mulai merasakan kesakitan, dukun beranak meminta ibu untuk mengejan agar ibu dapat melahirkan.

b. Pasca Persalinan

Ibu dengan sekuat tenaga dibantu dukun mengeluarkan bayi dari rahim ibu, bayi keluar dari rahim ibu dengan ari-ari (plasenta) kemudian dukun memisahkan bayi dari ari-ari. Awalnya bidan menggendong bayi dan dukun memijat tali pusar bayi kemudian diikat dengan benang. Setelah mengikat tali pusar, dukun menggunting tali pusar tersebut dengan gunting. Setelah menggunting tali pusar, pusar diobati dengan alkohol yang sudah disediakan. Dukun beranak memandikan bayi dengan air hangat. Selesai memandikan bayi, dukun menghangatkan pusar bayi dengan bara api. Kemudian dukun beranak mengobati pusar dengan obat kapsul agar pusar bayi bisa mengering. Pengobatan dilakukan selama tiga hari. Selesai mengurus pusar bayi dukun menimbang bayi untuk mengetahui berat badan bayi. Selesai dukun beranak mengurus bayi, dukun kembali mengurus ibu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisa dan pengumpulan data yang penulis paparkan dalam kajian “Tradisi Melahirkan Dengan Perantara Dukun Beranak Di Desa Taramana Kecamatan Alor Timur Laut” dapat disimpulkan bahwa Tradisi melahirkan dengan perantara dukun beranak adalah salah satu tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih bertahan sampai sekarang.

Tradisi melahirkan dengan perantara dukun beranak sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat, karena antara dukun beranak dan masyarakat sudah saling kenal secara akrab bahkan banyak dari ibu-ibu memilih dukun beranak untuk membantu persalinan karena pilihan pengalaman dari keluarga yang turun-temurun menggunakan jasa dukun beranak, dukun beranak memberikan pelayanan yang sangat baik bagi ibu dan bayi, faktor jarak dan biaya yang terjangkau yang dapat dibayar langsung maupun di kemudian hari dapat berupa uang maupun barang, yang membuat masyarakat mempunyai alasan yang kuat untuk mempertahankan dukun beranak sebagai penolong persalinan dan pasca persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

A. PUSTAKA:

Coomans, M. 1987. Manusia Daya Dahulu Sekarang Masa Depan. Jakarta: PT Gramedia.

Harsojo. 1967. Pengantar Antropologi. Jakarta: Binacipta.

Koentjaraningrat. 1964. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Koentjaraningrat. 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta: P. D Aksara.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentaitet dan Pembangunan. Jakarta: PT University.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.

Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Yogyakarta: Kedokteran EGC.

Pratiwi, A. 2010. Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Purwaningsih, D, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II. Yogyakarta: Rohima Press.

Siswoyo, S, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soekanto, S. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Soekmono. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Widiarto, T. 2005. Pengantar Antropologi Budaya. Salatiga: Widya Sari Press.

Widiarto, T. 2008. Pengantar Sosiologi. Salatiga: Widya Sari Press.

Widiarto, T. 2009. Psikologi Lintas Budaya Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press.

Zalbawi, S. 1996. Peranan Dukun Bayi Indonesia. Jakarta: Media Litbangkes.

B. JURNAL :

Rina, A. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Makara Kesehatan. 13 (1). 9-14.

Serilaila & Triratnawati, A. 2009. Tingginya Animo Suku Banjar Bersalin Kepada Bidan Kampung. Humaniora. 22 (2). 142-153.

C. INTERNET :

Peta Kabupaten Alor. Diunduh dari :

https://www.google.co.id/search?q=gambar+peta+kabupaten+alor&biw=1366&bih=641&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiz1JHVw97MAhUHrY8KHY_qD3cQ_AUIBigB#imgrc=TGq8M86eBl45mM%3A. Diakses pada 16 Mei 2016.

 

Â