UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MELATIH KESABARAN MELALUI PENELADANAN

KISAH NABI AYYUB AS DENGAN METODE ROLE PLAYING

SISWA KELAS V SEMESTER I SDN JETAKWANGER,

KEC. NGAWEN, KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Jirin

SDN Jetakwanger, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ASBTRAK

Proses pembelajaran PAI di SDN Jetakwanger pada umumnya hanya ditekankan pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek- aspek yang lain. Metode yang dipakai guru selama ini sangat monoton yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang kreatif sehingga motivasi belajar menjadi rendah. Melihat hal tersebut peneliti merasa khawatir dan mencoba memperbaiki keadaan tersebut dengan menerapkan metode role playing.  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Jetakwanger. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu menghitung data dengan angka, kemudian menggambarkan data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah menerapkan metode role playing. Adapun cara yang ditempuh untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode role playing adalah dengan menerapkan metode tersebut selama tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Skor rata- rata motivasi belajar siswa sebelum menerapkan metode role playing adalah 91 dan meningkat menjadi 83 pada skor gabungan siklus I, II,. Dari hasil skor tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode role playing secara signifikan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Keyword: role playing, motivasi belajar, pembelajaran PAI

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan antuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap an kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dalam lembaga persekolahan, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Dan agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, ia perlu memiliki kualifikasi tertentu yaitu profesionalisme: memeiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa (kedewasaan), dan memiliki ketrampilan teknis mengajar serta mampu membangkitkan etos dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan

Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat meningkat apabila pembelajaran berlangsung efektif dan efisien, serta penggunaan metode yang sesuai dengan materi. Selain itu di tunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup, serta kecakapan guru dalam mengelola kelas.

Tolak ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi beajar. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di kelas V SDN Jetakwanger untuk beberapa kompetensi dasar menunjukkan nilai rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar PAI memang sarat akan materi, disamping cakupannya luas dan perlu hafalan. Selain itu pembelajaran masih menggunakan model konvensional yang sifatnya searah dan membosankan. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru siswa pasif. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek. Kondisi seperti tersebut mengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. siswa yang tuntas hanya 53%. Dengan rata-rata kelas 76 dari 30 siswa.

Rendahnya prestasi belajar PAI kelas V SDN Jetakwanger dimungkinkan juga guru belum menggunakan metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif.

Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk melakukan motivasi dalam metode pembelajaran yang dapat meningkatkan peran peran aktif siswa baik individu maupun kelompok guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan uraian diatas sudah selayaknya pembelajaran PAI di kelas V SDN Jetakwanger diadakan inovasi metode pembelajaran dengan keterlibatan siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran (Role Playying ). Dengan metode ini diharap siswa dapat menemukan pokok materi baik secara individu maupun kelompok sehingga dapat memperoleh prestasi yang maksimal.

Berdasarkan kisah Nabi Ayub tersebut kiranya kaum muslimin dan muslimat dapat berusaha meneladaninya. Namun dalam kenyataan kaum muslin saat ini pada umumnya mengabaikan sikap dan sifat sabar dalam hidup dan kehidupannya.

Metode ternyata mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan metode dengan tujuan. Metode yang dipergunakan dalam setiap proses pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan rumusan tujuan.

Metode role playing atau bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas V SDN Jetakwanger masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran. Hal ini diakuinya kurang memotivasi siswa. Dan cenderung mengakibatkan para siswa sering menyibukkan diri dengan bermain-main atau membuat keributan di kelas.

Penerapan pembelajaran dengan metode Role Playying merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam meningkatkan hasil belajar PAI khususnya kompetensi Dasar membandingkan meneladani Kisah Nabi Ayyub AS, bagi siswa kelas V SDN Jetakwanger, Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020, sehingga diharap dapat membantu para guru menyumbangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran.

Rumusan Masalah

“Apakah menggunakan metode Role Playying dapat meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti Tentang meneladani Kisah Nabi Ayyub AS bagi siswa kelas V semester I SDN Jetakwanger Kecamatan Ngawen, Tahun Pelajaran 2019/2020?”

Tujuan Penelitian

  1. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar PAI sehingga menunjukkan hasil maksimal
  2. Siswa dapat memanfaatkan dan menerapkan mata pelajaran PAI SD cukup sarat akan materi, alokasi waktu terbatas.
  3. Siswa dapat meningkatkan pemahaman Peneladan kisah Nabi Ayyub.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

  1. Pengembangan model pembelajaran Role Playying dengan media peta dalam menanamkan konsep berarti? Kemampuan utama belajar efektif dapat tercakup.
  2. Diharap dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi peserta didik.

Manfaat Praktis

  1. Bagi Siswa/Peserta Didik

Siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar

  1. Bagi Guru

Terjadinya inovasi dalam proses pembelajaran dan mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

  1. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan prestasi sekolah dan meningkatkan popularitas sekolah.

Model Role Playing menjadi model alternative bagi para guru untuk menanamkan konsep.

KAJIAN TOERI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18: 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Model Pembelajaran Role Playying

Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajar sendiri dan kelompok lain (Anitah 2008:37). Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antara sesama siswa.

 

 

 

 

METODELOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai, bulan Juli 2019 sampai dengan bulan Oktober 2019.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SDN Jetakwanger, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, yang berada di Jl. Desa Jetakwanger-Beru, tepatnya 10 Km dari Kota Kecamatan Ngawen, dan 30 Km dari Ibu Kota Kabupaten Blora.Pelaksanaan perbaikan dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jetakwanger. Jumlah siswa berjumlah 30 siswa dengan rincian untuk laki-laki: 14 dan perempuan: 16. Pada umumnya mata pencaharian orang tua siswa adalah bertani, rata-rata pendidikan orang tua hanyalah SD dan SMP. Sehingga kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Jetakwanger, menyebabkan banyak dari orang tua siswa yang pergi merantau ke luar daerah, maka dari itu kegiatan pembelajaran dalam sekolah kurang begitu maksimal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Awal

Siswa belum dapat memahami pelajaran karena materinya terlalu luas dan menggunakan metode cooperative learning ada 30 siswa.

Dalam Proses Pembelajaran Prasiklus, guru mengamati dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Dari pengamatan guru merefleksi diri ada beberapa hal yang muncul dalam pikiran. Mengapa setelah selesai pembelajaran siswa kurang memahami materi yang telah diberikan.

Masalah tersebut dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran. Penelitian ini penulis lakukan proses pembelajaran Pra siklus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V semester 1 SDN Jetakwanger tentang meneladani kisah Nabi Ayyub AS. Ternyata hasil evaluasi dari siswa 16 yang mendapatkan nilai 75-100 hanya siswa 14 atau 47% dari seluruh siswa. Penulis menyimpulkan bahwa tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah.

Berdasarkan hal-hal tersebut penulis selalu berdiskusi dengan teman sejawat dan guru yang lain selama penelitian hasil diskusi ada beberapa masalah yaitu:

  1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi
  2. Guru dalam menyampaikan materi tidak menggunakan bahasa yang komunikatif dengan siswa.
  3. Guru menggunakan alat peraga tidak mencukupi semua kelompok
  4. Siswa kurang berhasil untuk merespon pertanyaan guru.

 

Siklus 1

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Pada prasiklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 14 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 7 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 76 menjadi 83 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I menjadi 77% dari sebelumnya yaitu hanya 53%.

Siklus II

Berdasarkan hasil tes siklus I dengan hasil tes siklus II dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Pada siklus I jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 1 (77%) anak dan pada akhir siklus II (100%) anak dinyatakan lolos. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 83 menjadi 91 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II menjadi 100% dari sebelumnya yaitu hanya 77%.

Pembahasan dari Tiap Siklus

Deskripsi Kondisi Awal/pra Siklus

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai A sejumlah 7 anak atau 23%, yang mendapat nilai B sebanyak 30% atau 9 anak, nilai C sebanyak 47% atau 14 anak, nilai D 0% atau 0 anak.

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa siswa kelas V dalam pelajaran PAI yang mencapai ketuntasan belajar (KKM) 16 siswa atau 53%, yang belum tuntas 14 siswa atau 47%.

Deskripsi Siklus I

Berdasarkan diagram ketuntasan belajar diatas dapat ditunjukkan bawa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 23 siswa atau 77%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 23%. Dari jumlah siswa 30 siswa. Adapun dari hasil tes siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertingi: 100, nilai terendah 70, sedangkan nilai rata-rata kelas 83, dari jumlah siswa 30 siswa.

Berdasarkan hasil tes siklus I dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar dan pengurangan jumlah siswa yang masih dibawah KKM. Nilai rata-rata kelas meningkat siklus I: 83 dan pada pra siklus 76 dari 30 siswa.

Deskripsi Siklus II

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus II yang mencapai ketuntasan 30 siswa (100%), sedang yang belum tuntas 0 siswa (0%) berarti ada peningkatan ketuntasan.

Peningkatan nilai rata-rata yaitu pada kondisi awal 76, pada siklus I menjadi 83, pada siklus II meningkat menjadi 91. sedangkan ketuntasan belajar pra siklus 16 siswa (53%) yang tuntas, pada siklus I yang tuntas 23 siswa (77%) sedangkan pada siklus II yang tuntas 30 siswa (100%) dari 30 siswa.

Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa mengenahi hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar membandingkan meneladani Kisah Nabi Ayyub AS.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif learning model Role Playying dapat meningkat hasil belajar mata pelajaran PAI khususnya kompetensi dasar membandingkan meneladani Kisah Nabi Ayyub AS bagi siswa kelas V SDN Jetakwanger Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2019/2020. Pada akhir siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar 23 siswa (77%), yang belum tuntas 7 siswa (23%), dengan nilai rata-rata kelas 83. Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 30 siswa (100%), siswa yang belum tuntas 0 siswa (0%) dengan nilai rata-rata 91 jadi secara umum ada peningkatan baik pada ketuntasan belajar maupun rata-rata kelas, adapun hasil non tos pengalaman program belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.

Saran

Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian diatas, maka dikemukakan saran bahwa: guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif learning model Role Playying sesuai dengan materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang telah didesain terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta. Universitas Terbuka.

Anita, Lic. 2002. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo.

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP, 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Slameto, 1995, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.