UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI ZAKAT DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING KELAS VI B SEMESTER 1 SDN GONDORIYO

KEC. JAMBU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Ripmiyatun

Sekolah Dasar Negeri Gondoriyo

 

ABSTRAK

Hasil belajar mengajar kondisi awal Pendidikan Agama Islam Kelas VI B di SDN Gondoriyo Jambu, Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar Zakat, dari 33 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 75 ada 11 siswa (33,33%) dan 22 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 75. Model pembelajaran problem Solving merupakan alternatif metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan model pembelajaran problem Solving pada siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian tindakan ini sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 69,24 ; 74,85 ; 74,48; (2) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 33,33% ; 69,70% ; 90,91 %.

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Pendidikan Agama Islam, Model            Pembelajaran Problem Solving.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan persoalan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan, model pembelajaran, dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain perubahan dan perbaikan kurikulum, peningkatan daya dukung sarana dan prasarana, serta peningkatan mutu para pendidik dan siswa.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Hasil belajar dapat dikatakan membekas atau konstan, jika perubahan yang terjadi akibat proses belajar tahan lama dan tidak terhapus begitu saja. Proses pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelejaran tentang agama yang lebih banyak membahas materi yang ada kaitannya dengan ibadah. Di antara masalah ibadah yang berkaitan dengan masyarakat Islam adalah masalah zakat.

Dalam masalah zakat, siswa tidak semata-mata menghafal ayat atau hadits dan penjelasan ulama. Tetapi perlu juga untuk memahami berbagai permasalahan yang berkaitan dengan orang yang wajib berzakat, penerima zakat, besarnya zakat. Siswa dalam mempelajarai masalah zakat akan berhadapan langsung dengan masalah-masalah tersebut yang memerlukan beberapa pemecahan masalah yang perlu dipikirkan bersama ataupun sendiri.

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan pemahaman serta penguasaan materi yang diberikan. Makin tinggi tingkat pemahaman dan penguasaan materi, maka makin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diukur melalui tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai konsep untuk memecahkan masalah dan pada akhirnya mampu mencapai prestasi yang baik. Hasil belajar antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda.

Dalam ulangan harian tentang zakat ini, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VI B SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang hasil belajar siswa masih rendah. Dari 33 siswa, yang mencapai nilai KKM 75 ada 11 siswa (33,33%) dan masih ada 22 siswa (66,67%) yang belum mencapai KKM. Sehingga perlu dilakukan perbaikan melalui suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menerangkan materi Pendidikan Agama Islam kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Berdasarkan observasi di kelas kelemahan belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VI B SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang adalah (1) siswa tidak mampu menguasai hubungan antar konsep,(2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Masalah-masalah di atas merupakan masalah-masalah pendekatan pembelajaran, belum lagi masalah-masalah dari siswa itu sendiri.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang zakat adalah melalui model pembelajaran problem Solving. Hamiyah dan Jauhar (2014: 126) menyatakan bahwa metode problem solving merupakan penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode problem solving merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan proses runtut dengan melihat permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencapai pemecahannya.

Penerapan metode problem solving diharapkan membuat siswa lebih terampil dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah zakat dalam Pendidikan Agama Islam. Metode problem solving juga akan membantu pemahaman siswa karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa juga dapat melatih kemampuan menghitung berdasarkan konsep matematika yang benar ketika menyelesaikan soal karena siswa belajar berdasarkan proses yang sistematis. Selain itu, siswa difasilitasi untuk bekerja sama dalam kelompok serta menghargai pendapat orang lain pada saat pemecahan masalah, serta menumbuhkan motivasi/minat untuk belajar. Jika hal-hal tersebut dapat terwujud, maka diharapkan metode problem solving dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ; “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving Kelas VI B Semester I SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019.“

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang Tahun pelajaran 2018/2019 ?
  2. Apakah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang Tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;

  1. Peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan model pembelajaran problem Solving pada siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019.
  2. Peningkatan ketuntasan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan model pembelajaran problem Solving pada siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019.

Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat konseptual utamanya pada pembelajaran, disamping itu juga kepada penelitian hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapatmemberikan sumbangan kepada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, utamanya pada peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran problem Solving .

Mengingat pentingnya model pembelajaran problem Solving dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan peranannya cukup besar bagi siswa dalam hal meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam, oleh karenanya wajar jika guru mempunyai keyakinan untuk menerapkannya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Secara khusus, penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam berupa pergeseran dari pembelajaran yang hanya mementingkan hasil pembelajarannya saja tetapi juga mementingkan prosesnya karena dalam pembelajaran disarankan untuk menggunakan paradigma belajar yang menunjukkan kepada proses untuk meningkatkan hasil.

Manfaat Praktis

Pada manfaat praktis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Islam dan siswa.

Bagi guru Pendidikan Agama Islam, model pembelajaran problem Solving dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Pengertian Hasil Belajar Siswa

Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah: “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159). Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993: 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (1986: 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Model pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran problem solving termasuk salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa. Polya (dalam Aisyah, dkk., 2007: 2.19) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Majid (2015: 212) juga menyatakan bahwa model pembelajaran problem solving bukan hanya sekadar model pembelajaran mengajar tetapi juga merupakan suatu model pembelajaran berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan metode-model pembelajaran lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Majid (2015: 213) menyatakan model pembelajaran problem solving merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi “learner centered” dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok. Fadillah (2014: 196) juga mengungkapkan model pembelajaran problem solving adalah cara menyampaikan materi dengan guru memberikan suatu permasalahan tertentu untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya oleh siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar guru yang menyajikan masalah, kemudian siswa dituntut untuk berpikir kritis agar dapat memecahkan masalah tersebut secara individu maupun kerja kelompok. Model pembelajaran problem solving menekankan pada pemecahan masalah, sehingga siswa dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri.

Kerangka Berpikir

Pemahaman siswa akan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Zakat yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Identifikasi masalah yang tampak dalam hasil belajar mengajar kondisi awal Pendidikan Agama Islam Kelas VI di SDN Gondoriyo Jambu, Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar Zakat, dari 33 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 75 ada 11 siswa (33,33%) dan 22 siswa mendapatkan nilai di bawah 75. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 75. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam masalah Zakat.

Dengan model pembelajaran problem Solving diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi Zakat dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, saling membantu antara teman, dan saling tanya jawab tentang zakat melalui penerapan problem Solving.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan problem Solving dalam upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam Kelas VI B di SDN Gondoriyo Jambu, Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar Zakat. Kerangka pikir penelitian tersebut dapat divisualisasikan dalam bagan berikut ini.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Gondoriyo Jambu, Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester I tahun pelajaran 2018/2019. Berikut disajikan jadwal kegiatan penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal, Agustus 2018 – Oktober 2018 (3 bulan).

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI B SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 33 anak. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa Kelas VI B hasil belajarnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam masih sangat rendah. Siswa merasa kesulitan dalam belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal kemampuan siswa dalam Menulis Karangan Sederhana dalam pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran problem Solving. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru di Kelas VI B SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang.

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk prasiklus dilaksanakan pada tanggal 6 September 2018 di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang, tahun pelajaran 2018/2019, dengan jumlah siswa 33 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada prasiklus adalah seperti pada tabel berikut.

Pembahasan Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus 1

Berdasarkan nilai hasil belajar pada prasiklus, nilai rata-rata adalah 69,24 dengan ketuntasan belajar klasikal 33,33% dengan mendapatkan nilai ³ 75. Pada siklus I, nilai rata-rata adalah 74,85 dengan ketuntasan belajar klasikal 69,70% (23 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 75. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada prasiklus dan siklus I.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 69,70% belum mencapai 85%. Peningkatan rata-rata nilai 5,61 dan peningkatan ketuntasan belajar klasikal 36,36%.

Siklus 2

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II, nilai rata-rata adalah 78,48 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,91% (30 siswa) dengan mendapatkan nilai ³75, dan tidak ada siswa yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai <75. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 90,91% sudah mencapai dan lebih dari 80%. Peningkatan rata-rata nilai 3,63 dan peningkatan ketuntasan belajar klasikal 21,21%.

Peningkatan Hasil Belajar

Setelah dilakukan tindakan pada prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Analisis Hasil Tes Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving Sebelum Dan Sesudah Diberi Tindakan

 

No

 

Responden

Skor Pra

Siklus

Skor Siklus 1 Skor Siklus 2
1 Fajri Apriliyanto N 75 80 80
2 Gaitsha Dinda H 75 80 75
3 Haikal Styo Ichsan 60 70 75
4 Ika Yuliyanti 60 65 70
5 Intan Wibowowati 70 75 80
6 Irene Sinta Pratiwi 70 75 80
7 Julian Iqbal Saputra 70 75 80
8 Kautsar Maesyarah S 75 80 75
9 Laila Nadiva Sari 60 65 75
10 Muhamad Rizky M 65 70 80
11 Muhammad Destian L 75 85 85
12 Muhammad ilham B 75 80 75
13 Muhammad Sany A 60 70 75
14 Nadya Nur Azizah 60 70 75
15 Nindi Rahmawati 70 75 80
16 Olviana Saputra 70 75 80
17 Raditya Dwi Handika 70 75 80
18 Rahman Ali Febrian 75 80 75
19 Rena Widia Sari 60 65 70
20 Reyvinna Safitri 65 70 80
21 Rina Widia Sari 75 85 85
22 Rini Widia Astuti 70 75 80
23 Saktiawan Wafi A 70 75 80
24 Sandika Surya S 75 80 85
25 Sandra Feronika N 75 80 85
26 Sani Rofiyatun 75 80 80
27 Shilfy Agustina 70 75 80
28 Tia Selviana 70 75 80
29 Ukhti Khujjatul B 60 65 70
30 Wilda Azka F 75 80 85
31 Wildan Zakkal F 70 75 80
32 Zaenal Muttakin 70 75 80
33 Zahrani Nafisati U 70 70 75
Jumlah nilai 2285 2400 2590
rata-rata nilai 69.24 74,85 78,48

 

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem Solving memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan guru (hasil belajar meningkat dari prasikus, siklus I, dan II ) yaitu masing-masing untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam ; 69,24 ; 74,85 ; 78,48. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai sebesar 90,91%.

P E N U T U P

Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada prasiklus ratar-ata 69,24; siklus I rata-rata 74,85 dan siklus II 78,48.
  2. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem Solving dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas VI B di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 33,33% ; 69,70% ; 90,91 %.

Impllikasi

Pembelajaran dengan model pembelajaran problem Solving ini perlu dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa. Model pembelajaran problem Solving mempunyai beberapa kelebihan yang akan berdampak positif dan berimplikasi dalam pembelajaran di antaranya adalah (1) meningkatkan kemampuan indidvidu dalam menyelesaikan soal (problem solving) (2) mengembangkan pengertian dan prepestik yang lebih baik atau dapat mengembangkan konsep individu (3) membantu mengurangi rasa cemas dalam pembelajaran dan meningkatkan kemandirian dan motivasi intrinsik.

Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

  1. Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran problem Solving agar diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Gondoriyo Kec. Jambu Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019.

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT            Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur Penelitian Suatu Pendekaran Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

___________ 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Harlinda Syofyan. 2016. Penerapan Metode Problem Solving pada Pembelajaran IPA Untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V di SDN 3 Kreo Tangerang). Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat.

Ramli Sitorus. 2014. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar SIswa pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Medan Estate. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nurochman. 2011. Pendidikan Agama Islam Kelas 6. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional.

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Bahan Ajar Cetak. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Fadillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta. Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sora. 2015. Makalah Penerapan Teori Belajar Polya dalam Pembelajaran Matematika. http://di-am.blogspot.co.id/2015/01/makalahpenerapan-teori-belajar-polya.html

Buchari, Mochtar 1986. Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Tarsito

Chaplin, JP.1992. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Pustaka Jaya.

Chotimah, H. (2007). Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Possing.Jurnal Penelitian Kependidikan, 17 (1)

Dayat, Tri [et al] ; editor, Roekhan, Abdul Rani. . Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamzah. 2003. Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika        Siswa Sekolah    dasar melalui Pendekatan Problem Posing.             Disertasi            doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hesti, Dwi Hartini. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika melelui Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Klaten. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta.UNY.

Irwan. 2011. Pengaruh Pendekatanproblem Posing Modelsearch, Solve, Create And Share (SSCS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011. Universistas Negeri Padang.

Irzani.2009. Strategi belajar mengajar matematika. Mataram: Media grafindo         press.

Iskandar, Srini M.. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik Dalam       Matematika. Malang:Semi-Qui V Jurusan Matematika FMIPA UM.

Mahmudi, Ali. 2008. Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Matematika diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNPAD Bekerjasama dengan Departemen Matematika UI, Sabtu, 13 Desember 2008.

Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Nasution, 1972, Psikologi Pengajaran Nasional , Bandung: Remaja Rosda Karya

Poerwadarminta, WJS. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai         Pustaka,1993

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT      Rineka Cipta.

Sudjana, Nana 2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.            Remaja Rosdikarya

Sudjana, Nana, 1998, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar          Baru Algesindo.

Sugiyono. 2011. Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.(Edisi   Revisi). Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.