UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI DEBIT AIR MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 01 JENAWI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Suparjo

SDN 01 Jenawi

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dan secara khusus bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkat hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 01 Jenawi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SD Negeri 01 Jenawi pada semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 14 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2017. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik tes tertulis untuk data primer dan teknik observasi untuk data sekunder. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan diskriptif komparatif dan diskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dengan melihat hasil nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal dari setiap tes. Nilai rata-rata pada kondisi pra tindakan adalah 51 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 14%; pada siklus I adalah 59 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 43%; dan pada siklus II adalah 75 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 86%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi debit air siswa kelas VI SD Negeri 01 Jenawi Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, Matematika Realistik

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matematika harus disajikan dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika antara lain dengan mengkaitkan materi yang disajikan dengan konteks kehidupan seharihari yang dikenal siswa di sekelilingnya atau dengan memberikan informasi manfaat materi yang sedang dipelajari bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah selanjutnya, baik permasalahan dalam matematika itu sendiri, permasalahan dalam mata pelajaran lain, maupun permasalahan dalam kehidupan seharihari (Antonius Cahya Prihandoko 2006:10).

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran bukan menginformasikan materi agar dikuasai oleh siswa, tetapi memberikan kondisi agar siswa mengusahakan terjadi belajar dalam dirinya. Hasil belajar merupakan perubahan pada diri anak meliputi kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan setelah mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan intelektual dapat diukur dengan tes hasil belajar. Siswa dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai Kriteria ketuntasan Minimal yang telah ditentukan pada mata pelajaran Matematika.

Berdasarkan pendapat di atas diungkapkan bahwa tujuan mata pelajaran Matematika salah satunya adalah pembentukan sikap siswa. Sikap merupakan suatu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Sikap matematika adalah ranah afektif yang sangat penting dalam menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah. Siswa yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk keberhasilan pembelajarannya adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat merangsang dan meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika.

Hasil observasi pada mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Namun guru belum menggunakan alat peraga tetapi dalam pembelajaran tersebut guru menekankan bahwa setidaknya siswa hafal dengan materi tersebut. Padahal hafalan bukanlah solusi untuk memahami sebuah materi. Siswa juga tidak semuanya aktif dalam diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai halhal yang belum dimengerti tetapi belum ada siswa yang berani untuk menunjukkan jari. Guru memberikan pertanyaan kepada salah satu siswa tetapi siswa tersebut tidak menjawab pertanyaan dengan tepat. Guru juga tidak mengkaitkan materi dengan lingkungan siswa.

Hasil belajar Matematika kelas VI pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan ini ditunjukkan dari hasil belajar Matematika pada ulangan harian pertama. Dari hasil ulangan harian tersebut masih banyak siswa yang hasil belajarnya rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Standar ketuntasan belajar minimal mata pelajaran Matematika yang telah ditetapkan bagi siswa kelas VI pada tahun pelajaran 2017/2018 adalah 67. Secara individual siswa dinyatakan telah mencapai kriteria ketuntasan minimal jika prestasi belajarnya tidak kurang dari 67.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ketepatan dalam pemberian pendekatan pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa. Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa dapat termotivasi dan senang dengan apa yang akan guru sampaikan. Penggunaan rumusrumus matematika tanpa memahaminya hanya akan menjadi sebuah hafalan. Jika siswa mempelajari matematika hanya dengan hafalan, maka mereka tidak akan bisa menerapkan konsep atau rumus tersebut untuk menyelesaikan permasalahan seharihari yang mereka temukan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah Pembelajaran Matematika Realistik. Menurut Daitin Tarigan (2006: 1), pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Pembelajaran matematika realistik sebagai kegiatan yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa. Matematika realistik pada dasarnya adalah pola belajar yang memanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran Matematika sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran Matematika secara lebih baik. Pembelajaran matematika realistik dimana pembelajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan seharihari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi siswa diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjawab masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik. Peneliti ingin mengkaji masalah ini dengan mengadakan penelitian mengenai “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Debit Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Kelas VI Semester I SDN 01 Jenawi Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan ini adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar Matematika materi debit pada siswa kelas VI semester I SDN 01 Jenawi Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui Pembelajaran Matematika Realistik?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi debit pada siswa kelas VI semester I melalui Pembelajaran Matematika Realistik di SD SDN 01 Jenawi Tahun Pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi guru,memberikan pengalaman kepada peneliti tentang salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa yaitu pembelajaran matematika realistis. Manfaat bagi siswa memperoleh pengalaman belajar mengajar yang menyenangkan.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2006: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Gagne (Nana Sudjana, 2006: 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2006: 22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu (a) ranah kognitif, (b) ranah afektif, dan (c) ranah psikomotoris.

Oemar Hamalik (2006: 30) mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Winkel (Purwanto 2010: 45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nana Sudjana (2006: 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diukur dan diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki seseorang setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan sejumlah tingkat kognitif, afektif dan psikomotor pada peserta didik berupa perubahan tingkah laku setelah mencapai penguasaan sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar Matematika yang lebih pada aspek kognitif dan afektif. Hasil belajar tersebut mencerminkan penguasaan siswa terhadap suatu materi yang dipelajari dan diukur menggunakan tes dan diwujudkan dalam bentuk nilai. Aspek afektif yang berupa sikap berusaha untuk berpikir berdasarkan data yang dapat digunakan, yang sebelumnya telah dipelajari, dan asumsi akan tercermin saat proses pembelajaran berlangsung.

Sugihartono, dkk (2007:76) menggolongkan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi 2 yaitu:Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar dan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan itu mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai pengetahuan dan teknologi serta nilai keterampilan. Nilai-nilai yang akan kita transformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaaan yang dimiliki masyarakat. Maka di sini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan (Burhanudin, 1997: 10)

Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Untuk dapat memfasilitasi agar siswa dapat lebih mengenal kemampuannya, maka langkah awal yang dilakukan oleh guru adalah berusaha mengenal siswanya dengan baik dan berusaha memberikan materi ajar dengan baik dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode yang menarik tentunya, sehingga proses belajar mengajar tidak terasa monoton dan membosankan.

Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (Arif Rohman, 2009: 8), memaknakan pendidikan sebagai upaya membantu anak agar bisa mengembangkan diri secara optimal di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Berdasarkan hakikat dan tujuan matematika di atas maka dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru dituntut untuk dapat menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif siswa. Guru juga harus memperhatikan kondisi pembelajaran agar dapat merangsang dan meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran matematika. Sikap matematika adalah ranah afektif yang sangat penting dalam menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah.

Siswa yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang sesuai dengan hakikat dan tujuan matematika adalah pembelajaran matematika realistik.

Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik pertama kali dikembangkan oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Belanda pada tahun 1970-an. Nyimas Aisyah, dkk (2007: 7.3) menyebutkan bahwa pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasieksplorasi nyata.

Daitin Tarigan (2006: 3) menyatakan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika.

Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik

Traffers (Ariyadi Wijaya: 2011: 21) merumuskan 5 karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu: penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, matematisasi horizontal.

Berdasarkan karakteristik pembelajaran matematika Realistik di atas, maka langkahlangkah dalam kegiatan inti proses pembelajaran matematika realistik pada penelitian ini sebagai berikut.

Ø  Langkah 1. Memahami masalah kontekstual. Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami masalah tersebut.

Ø  Langkah 2. Menjelaskan masalah kontekstual. Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk dan saran mengenai halhal yang belum dipahami siswa.

Ø  Langkah 3. Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memberikan motivasi dengan memberikan pewrtanyaan yang berkaitan dengan soalsoal tersebut.

Ø  Langkah 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan teman satu kelas.

Ø  Langkah.5 Menyimpulkan. Berdasarkan hasil diskusi, guru bersama siswa menyimpulkan hasil untuk menemukan suatu konsep dan prosedur baku.

Frans Moerlands (Sugiman, 2011: 8) mendeskripsikan pembelajaran matematika realistik dalam ide gunung es (iceberg) yang mengapung di tengah laut. Model gunung es terdapat empat tingkatan aktivitas, yakni (1) orientasi lingkungan secara matematis, (2) model alat peraga, (3) pembuatan pondasi, dan (4) matematika formal.

Ruang lingkup Matematika dalam kurikulum 2006 yaitu KTSP pada kelas VI SD/MI meliputi aspek-aspek operasi hitung bilangan, pengukuran, geometri, dan pengolahan data. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi debit air. Materi debit air dipelajari pada kelas VI semester I dengan SK, KD dan indicator.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran Matematika materi debit, maka hasil belajar Matematika siswa kelas VI semester I SD Negeri 01 Jenawi dapat meningkat?”.

METODE PENELITIAN

Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri 01 Jenawi, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar semester I Tahun pelajaran 2017/2018.Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu sejak bulan Agustus-Oktober 2017. Jangka waktu tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap finalisasi dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Subjek dalam penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 01 Jenawi, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 14 siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar Matematika materi tentang debit pada siswa kelas VI melalui pembelajaran Matematika realistik. Sumber data yang digunakan yaitu menggunakan data primer da data skunder. Data primer diperoleh dari informan maupun situasi dan kondisi lapangan kerja diobservasi langsung. Data sekunder bersumber secara tidak langsung dari para pelaku, tetapi data yang diperoleh melalui studi pustaka, catatan-catatan, arsip-arsip atau dokumen benda-benda fisik, laporan-laporan yang diperoleh dari instansi terkait.

Prosedur menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus melalui empat tahapan yang dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Teknik dan alat pengumpul data menggunakan observasi terlibat. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung yang berupa tindakan/perilaku siswa sehari-hari di sekolah. Instrument kuesioner atau soal. Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriterianya eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran yang relevan melalui bentuk soal-soal yang telah diuji.Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes pada siklus I dan II. Penilaian dalam materi perkalian dan pembagian sampai dengan dua angka ini menggunakan cara penskoran agar mempermudah dalam penilaian.Skor dari masing-masing aspek kemudian dijumlahkan, kemudian baru diubah dalam bentuk nilai untuk mengetahui berapa nilai peserta didik.

 

Indikator Keberhasilan

Kriteria atau ukuran materi debit, pencapaian tujuannya dilihat dari hasil yang dicapai anak. Jika 75% anak sudah mendapat nilai 70 maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Apabila target 75% belum tercapai perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai target yang ditentukan tercapai atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan keberhasilan pencapaian belajar tentang materi sifat-sifat bilangan bulat pun disesuaikan dengan instrumen-instrumen yang telah ditentukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

12 siswa (86%) siswa belum tuntas atau belum mencapai standar nilai KKM, hal ini menunjukkan bahwa siswa yang telah memperoleh nilai tuntas di atas KKM masih tergolong rendah yaitu hanya 2 siswa (14%) dari total 14 siswa.

Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 65-75 kriteria cukup 2 siswa (14%) dan nilai ≥64 kriteria kurang 12 siswa (86%). Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 75 dan nilai terendah adalah 30, sedangkan rata-rata kelas sebesar 51.

Hasil Belajar antar Siklus

Sebanyak 12 siswa atau 86% siswa dari seluruh siswa mendapatkan nilai ≥ 65 dibandingkan data nilai siklus I yang hanya 6 siswa atau 43%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah 2 siswa atau 14% siswa dari seluruh siswa mendapatkan nilai ≥ 65. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar dilaksanakan pada siklus II.

Klasifikasi hasil belajar matematika sebelum tindakan dan setelah Siklus I dapat disajikan dalam tabel berupa frekuensi perolehan nilai dengan rentang nilai sebagai berikut.

Tabel 3. Klasifikasi Hasil Belajar Matematika Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

No

Interval Nilai

Klasifikasi

Pra Tindakan

Siklus I

Siklus II

Jml siswa

Presentasi Nilai

Jml

Siswa

Presentasi

Nilai

Jml

Siswa

Presentasi

Nilai

1

89100

Sangat baik

0%

 

1

7%

2

7687

Baik

0%

 

5

36%

3

6575

Cukup

2

14%

5

36%

6

43%

4

≥ 64

Kurang

12

86%

9

64%

2

14%

Jumlah

14

100%

14

100%

14

100%

 

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa banyaknya siswa pada siklus II yang mendapatkan nilai 89-100 dengan kriteria sangat baik ada 1 siswa (7%), nilai 76-87 dengan kriteria baik ada 5 siswa (36%), nilai 65-75 dengan kriteria cukup ada 6 siswa (43%) dan nilai ≥ 64 dengan kriteria kurang ada 2 siswa (14%).

Perolehan nilai tertinggi pada siklus II adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh pada siklus II adalah 55, sedangkan rata-rata kelas sebesar 75. Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus I. Peningkatan dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. Perbandingan Perolehan Nilai Kondisi Pra Tindakan, Dan Siklus II

Kondisi

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rata-Rata Kelas

Pra Tindakan

30

75

51

Siklus I

45

75

59

Siklus II

55

90

75

 

Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan perolehan nilai terendah dan perolehan rata-rata kelas. Sedangkan untuk perolehan nilai tertinggi antara pra tindakan dan siklus I belum ada peningkatan.

Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas meliputi 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada siklus II tahap– tahap yang dilakukan merupakan perbaikan pada siklus sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data tes yang berupa hasil belajar kognitif yang diperoleh melalui tes dan hasil belajar afektif berdasarkan hasil observasi sikap siswa menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik. Hasil dari kedua siklus tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik pada siswa kelas VI di SD N 01 Jenawi.

Data yang diperoleh sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes yang dipeoleh. Sebelum diterapkanya PMR dalam pembelajaran Matematika, diperoleh sebanyak 2 siswa atau 14% siswa mendapat nilai ≥ 65, sedangkan 12 atau 86% siswa mendapat nilai kurang dari 65. Namun setelah pembelajaran melalui PMR pada siklus I dan II diperoleh data bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil tes siklus I dipeoleh 6 atau 43% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 65, sedangkan 8 siswa atau 57% dari seluruh siswa belum mencapai nilai ≤65. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus I. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 12 atau 86% dari seluruh siswa tuntas dan 2 siswa atau 14% siswa yang belum tuntas. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I, mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar yang signifikan.

Ditinjau dari nilai ratarata tes yang diperoleh siswa, saat dilakukan tes pra tindakan yaitu 51. Nilai ratarata hasil tes pada siklus I yaitu 59 sedangkan nilai ratarata tes siklus II yaitu 75. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ratarata siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Selain dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ini juga dapat meningkatkan hasil belajar afektif berupa peningkatan sikap siswa yang berlangsung di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan beberapa paparan di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SDN 01 Jenawi melalui pendekatan Matematika Realistik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahanperubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus I. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 12 atau 86% dari seluruh siswa tuntas dan 2 siswa atau 14% siswa yang belum tuntas. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I, mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar yang signifikan.

Ditinjau dari nilai ratarata tes yang diperoleh siswa, saat dilakukan tes pra tindakan yaitu 51. Nilai ratarata hasil tes pada siklus I yaitu 59 sedangkan nilai ratarata tes siklus II yaitu 75. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ratarata siswa dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Selain dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ini juga dapat meningkatkan hasil belajar afektif berupa peningkatan sikap siswa yang berlangsung di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa saran bagi guru, sebaiknya menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik pada pembelajaran Matematika selanjutnya. Saran bagi kepala sekolah menghimbau kepada guru untuk menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai variasi pendekatan pembelajaran Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Cahya Prihandoko. (2006). Memahami konsep matematika secara benar dan menyajikannya dengan menarik. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Ariyadi Wijaya. (2012). Pembelajaran Matematika Realisik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daitin Tarigan. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas

Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. John W. Santrock. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

KTSP. (2007).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BP Cipta Jaya

Lorin W. Anderson. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marsigit. 2003. Metodologi pembelajaran matematika. Makalah disajikan pada kunjungan guruguru SD Wilayah Binaan III Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat di FMIPA UNY.

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ngalim Purwanto. (2006). Prinsipprinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Oemar Hamalik. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta. UNY Press.

Shigeo Katagiri. (2004). Mathematical Thinking and How to Teach It. Tokyo: University of Tsukuba.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas: Jakarta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiman. 2011. Peningkatan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realsitik. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.