UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD KELAS V SEMESTER II SDN 1 GONDANG KECAMATAN NGAWEN

KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Supriyanti

SDN 1 Gondang, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan IPA sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi IPA. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran IPA terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Cooperative Learning Tipe STAD terhadap motivasi belajar IPA. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA setelah diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. (b.) Mengetahui pengaruh motivasi belajar IPA setelah diterapkan pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun pelajaran 2012/2013 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari pra Siklus, Siklus I dan Siklus II yaitu, siklus I (38,8%), siklus I (88%), siklus II (100%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa Kelas V serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.

Kata Kunci : IPA, Cooerative Learning Tipe STAD

 

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V Semester II SDN 1 Gondang Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian (nilai rata-rata pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 adalah 65 dengan ketuntasan 70%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh penulis yang sekaligus sebagai guru kelas V SDN 1 Gondang dan juga sebagai peneliti dalam laporan ini. Disamping hasil belajar siswa, pengamatan peneliti atau penulis menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah.

 

Identifikasi Masalah

Mengapa nilai ulangan harian siswa kelas V Semester II dalam mata pelajaran IPA pada materi gaya magnet kurang bagus?

Apakah saya sebagai guru sekaligus peneliti sudah menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi gaya magnet kelas V semester II SDN 1 Gondang ?

Mengapa siswa kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran IPA?

Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah terindetifikasi, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) tipe STAD dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA pada materi gaya magnet siswa kelas V Semester II SDN 1 Gondang ?

Rumusan Masalah

Melihat rendahnya hasil belajar kelas V SDN 1 Gondang dalam mata pelajran IPA materi gaya magnet, maka peneliti sekaligus sebagai guru kelas V mengambil tindakan kelas untuk memecahkan masalah ini dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih menekankan pada kerja sama dalam kelompok kecil.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum: Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi siswa SD pada umumnya.

Tujuan Khusus: Untuk meningkatkan hasil belajar dan kualitas proses mata pelajaran IPA pada materi gaya magnet bagi kelas V semester II SDN 1 Gondang pada tahun 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi: Manfaat untuk siswa adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Gondang pada mata pelajaran IPA materi gaya magnet, Manfaat untuk guru adalah memperdalam pemahaman dan penggunaan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menguasai teknik dalam pelaksanaanya, Manfaat untuk sekolah adalah meningkatkan pembelajaran karena adanya inovasi model pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe STAD sehingga berdampak pada peningaktan kualitas out put dan out came sekolah.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Teori Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuaikannya apabila tidak sesuai (Slavin, 1994). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, maka mereka harus memecahkan masalah, menemukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya.

Salah satu prinsip yang paling penting dalam teori Konstruktivisme adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Peranan penting guru adalah menyediakan suatu suasana dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan tahap-tahap yang membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendaptkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).

Teori Mengajar

Mengajar, dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi antara lain Kompetensi Dasar yang diinginkan atau dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang akan memainkan peran sertanya dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Komponen-komponen pada sistem ini saling mempengaruhi serta bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar mengajar memiliki “profil” tertentu. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar mengakibatkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda.

STAD (Student Teams Achievement Division).

Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2003), yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Stavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dari pendidikan pembelajaran kooperatif.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

a.     Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, 6 kelompok masing-masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen baik laki-laki dan perempuan.

b.     Guru menyampaikan materi pelajaran.

c.     Guru membagikan materi pada masing-masing kelompok pada laki-laki dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran melalui tanya jawab dan diskusi antar sesama anggota kelompok.

d.     Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan kedepan kelas diwakili satu anak (pelapor)

e.     Selanjutnya tanggapan dari masing-masing kelompok.

f.      Selanjutnya guru memberi tanggapan dan penegasan dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaan materi kepada siswa secara individu atau kelompok yang mendapat skor tertinggi di beri penghargaan.

g.     Kesimpulan pelaksanaan tipe stad melalui tahapan sebagai berikut.

1).   Penjelasan materi

2).   Diskusi kerja kelompok

3).   Validasi oleh guru

4).   Evaluasi

5).   Menentukan nilai individu dan kelompok

6).   Penghargaan individu atau kelompok

Model Pembelajaran Kooperatif

Pada penerapan model pembelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok tertentu. Dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, untuk mencapai tujuan. Dalam model pembelajaran ini nampaknya ada komponen-komponen utama dari pembelajaran kooperatif merupakan bagian intregal dari setiap model pembelajaran kooperatif. Pertama, pembelajaran kooperatif mengajak siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, melengkapi lembar kerja. Kedua, pengaturan siswa untuk saling membantu, berbagi tugas, dan mendukung belajar teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, adanya saling ketrgantungan positif diantara anggoa kelompok. Keempat, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerja sama. Kelima, terjadinya pemrosesan kelompok dalam belajar.

Temuan Hasil Penelitian

Dari hasil pengamatan nilai ulangan harian dari 8 siswa kelas V SDN 1 Gondang , rata-rata nilai ulangan harian masih < 75. hal ini dikarenakan karena guru dan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang dalam mempersiapkan semua kelengkapan perangkat dalam pembelajaran baik itu sumber dan alat pembelajaran, metode, model dan sebagianya.

Para siswa kebanyakan masih sulit untuk menerima penjelasan dari guru yang bersifat informasi saja dan selanjutnya hanya diberikan tugas secara individu, sehingga jika keadaan ini bila dikembangkan terus-menerus siswa akan sulit untuk memahami konsep dan hasil belajar menjadi buruk.

Kerangka Berpikir

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria pertama agar suatu pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.

Kerangka berpikir yang digunakan peneliti antara lain memuat (1) Variabel-variavbel yang akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan ada teori yang mendasar. Contoh alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:

 

 


PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian

Lokasi

Penelitian ini dilakukan di kelas V semester II SDN 1 Gondang Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017.

Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan tanggal 2 Februari 2017 dan Siklus II dilaksanakan tanggal 23 Februari 2017.

Mata Pelajaran

Penelitian ini dilakukan pada waktu pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan tema tentang Gaya Magnet kelas V semester II di SDN 1 Gondang Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017.

Kelas dan Karakteristik Siswa

Penelitian dilakukan di Kelas V dimana jumlah siswa terdiri dari 8 siswa dengan perbandingan 2 putri dan 6 putra dengan karakteristik siswa mayoritas kehidupan dari kalangan Petani dengan tingkat kemampuan ekonomi dan kepandaian siswa rata-rata kurang.

Sumber Data

Data Penelitian Tindakan Kelas ini diambil atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu peneliti sendiri dan siswa V semester II tahun 2016/2017 SDN 1 Gondang Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi:

Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari hasil observasi tentang kegiatan pembelajaran guru dan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti materi pembelajaran.

Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang sifatnya terukur yang dinyatakan dengan angka-angka. Data diambil dari hasil belajar siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPA.

Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui:

Tes tertulis

Tes tertulis ini dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada setiap siklus. Nilai yang diperoleh pada ulangan inilah sebagai data yang akan dianalisis.

 

 

Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat sesame pendidik yang mengampu mata pelajaran matematika dan kepala sekolah. Observer dan kepala sekolah ikut masuk dalam ruangan kelas, untuk mengamati langsung kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya, sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diikuti terus menerus baik dari sisi pendidiknya maupun dari sisi peserta didik. Hal-hal yang diobservasi adalah sikap, ucapan , gerakan dan tingkah laku peserta didik maupun langkah-langkah yang diambil oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini yang akan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

Hasil refleksi

Refleksi dari teman sejawat sesama pendidik yang mengajar mata pelajaran matematika dan kepala sekolah dilksanakan setelah proses pembelajaran selesai pada setiap siklus. Kekurangan yang terjadi pada setiap siklus baik dari perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran didiskusikan untuk memperoleh perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik dari pada siklus sebelumnya.

Validasi Data

Validasi data pada penelitian ini meliputi:

1.     Validasi hasil belajar peserta didik yang berbentuk nilai hasil tes tertulis yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Instrumen soal mengacu pada materi pokok peluang dan berbentuk uraian.

2.     Validasi proses, yaitu memeriksa kelayakan data dari proses penyusunan , hasil observasi dan hasil refleksi melalui triangulasi, yakni melalui sumber data dan metode yang digunakan, baik dari peneliti, observer dan kepala sekolah.

Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif, yaitu:

1.     menganalisis hasil belajar siswa yang bentuknya nilai ulangan pada akhir setiap siklus. Nilai hasil ulangan (tes) pada setiap siklus dianalisis secara diskriptip komparatif, dengan cara membandingkan nilai ulangan (tes) pada setiap siklus dengan indikator kinerja.

2.     Menganalis observasi teman sejawat dan kepala sekolah dengan menggunakan analisis diskriptip berdasarkan hasil observasi dan fefleksi setiap siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN

Pra Siklus / Pembelajaran Awal

Tabel 4.7. Nilai Tes Pra Siklus

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

85-100

A

Sangat baik

2

25%

2.

75-84

B

Baik

3

38%

3.

65-74

C

Cukup

0

0%

4.

55-64

D

Kurang

2

25%

5.

< 54

E

Sangat Kurang

1

13%

Jumlah

8

100%

Siklus 1

Tabel 4.10. Hasil Belajar Siklus I

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

85-100

A

Sangat baik

4

50%

2.

75-84

B

Baik

3

38%

3.

65-74

C

Cukup

1

13%

4.

55-64

D

Kurang

0

0%

5.

< 54

E

Sangat Kurang

0

0%

Jumlah

8

100%

 

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A 4 siswa atau 50% , sedangkan yang mendapat nilai B siswa 3 (38 %) sedangkan yang mendapat nilai C 1 siswa (13%) yang mendapat nilai D 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai E 0 siswa atau 0%.

Siklus 2

Tabel 4.13. Hasil Belajar Siklus II

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

85-100

A

Sangat baik

5

63%

2.

75-84

B

Baik

3

37%

3.

65-74

C

Cukup

0

0%

4.

55-64

D

Kurang

0

0%

5.

< 54

E

Sangat Kurang

0

0%

Jumlah

8

100%

 

Tabel 4.16 Perbandingan Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

PRA SIKLUS

Siklus I

Siklus I I

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata-rata

Jumlah siswa

Persen tase

Tnts

Blm

Tnts

Blm

Tnts

Blm

73

5

3

63

84

7

1

83

85

8

0

100

 

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 73 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 84 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 85. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 38,8%, Siklus I menjadi 83 dan Siklus II 100%.

Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.     Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Gondang, Beberapa indikator terjadinya peningkatan kualitas proses belajar mengajar tersebut adalah: Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, Peningkatan kerja sama dalam kelompok dan tidak tampak sikap individual., 2) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Gondang. 3). Pemberian lembar kerja tiap kelompok ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep materi gaya magnet. 4) Pujian atau penguatan ternyata mampu meningkatkan hasil belajar.

Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil pembelajaran (kesimpulan) diatas adalah: 1) Perlu dilakukan penelitian tindakan sejenis untuk materi/kosep mata pelajaran yang lain atau menerapkan model pembelajaran yang lain atau menerapkan model pembelajaran yang paling cocok untuk materi terkait. 2) Guru lebih kreatif dalam memberikan latihan-latihan pada lembar kerja pada setiap proses kegiatan belajar mengajar. 3). Dalam memberikan pujian atau penguatan, guru harus melihat situasi atau kondisi yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan kompetensi antar siswa khususnya dalam prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Johson, D.W., dan Johnson, R.T., 1989. Cooperative and Competitive: Theory and Researc. Edina, WN: Interaction Book Co.

Lundgren, L., 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: MC. Millan/MC. Graw – Hill.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Masscochusets: Allyn and Bacon Publisher.

Sulistyorini, Sri. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPA. Lembaran Ilmu Pengetahuan. No. 1- tahun XXVIII-1999-11-19. Semarang: IKIP Semarang.

Winata Putra, Udin. S. [et.al]. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.