UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI

DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENERAPKAN

GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VI

SD NEGERI KAUMAN LOR 03 KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 2 Tahun PELAJARAN 2016/2017

 

Wahyuni

Sekolah Dasar Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: siswa kurang mampu menguasai pembelajaran IPA Kelas VI semester genap SD Negeri Kauman Lor 03. Dari 18 anak hanya 10 anak (45,45%) yang mencapai KKM. Upaya guru untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar IPA materi “Energi dan Perubahannya” dengan menggunakan Pembelajaran Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI semester genap SD Negeri Kauman Lor 03 Pabelan. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada bulan Maret – April 2016. Subjek penelitian tindakan Kelas VIni adalah: siswa Kelas VI yang berjumlah 18 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pembelajaran dengan menggunakana Guided Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI di SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus 64,72; siklus I rata-rata 70,00 dan siklus II rata-rata 77,78; (2) Pembelajaran dengan menggunakan Guided Discovery Learning dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada Materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI di SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus 45,45%; pada sikus I meningkat menjadi 63,64% dan siklus II mencapai 90,91%. Kesimpulan penelitian ini yaitu hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran IPA pada materi “Energi dan Perubahannya” dapat meningkat melalui penerapan Guided Discovery Learning siswa Kelas VI SD Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: hasil belajar, ketuntasan belajar, Guided Discovery Learning.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tantangan era globalisasi yang sangat kompleks menuntut adanya perubahan dalam dunia pendidikan. Globalisasi menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter.Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk menjawab segala tantangan jaman, maka harus ada perubahan paradigma dalam pendidikan. Perubahan paradigma pendidikan yaitu dari teacher centered menjadi student centered,dari satu arah menjadi interaktif, dari isolasi menuju lingkungan jejaring, dari pasif menuju aktif-menyelidiki, dari abstrak menuju konteks dunia nyata, dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dari hubungan satu arah menuju kooperatif dan dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan (Artini, 2014: 2).

Perubahan paradigma pendidikan ini diharapkan akan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam dunia pendidikan, peningkatan mutu berarti suatu keberhasilan proses belajar yang menyenangkan sehingga mampu melahirkan generasi bangsa yang cerdas, kreatif, kritis dan berbudi pekerti luhur. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mendeterminasi sejauh mana pendidikan itu dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam mengembangkan potensi yang mereka punya, menemukan hal-hal baru yang menantang melalui pengalaman belajar. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan formal dapat diindikasikan apabila kegiatan pembelajaran mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan (Artini, 2014: 2).

Perubahan paradigma pendidikan akan melahirkan pembelajaran yang inovatif. Kunci dalam pembelajaran inovatif adalah learning is fun. Ciri proses pembelajaran inovatif adalah siswa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui praktek yang dapat mengembangkan pemahaman melalui pengalaman.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh sebab itu pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Realita pendidikan IPA yang diterapkan di sekolah-sekolah memiliki kecenderungan: (1) menekankan pada hakikat IPAsebagai produk; (2) proses pembelajaran yang membosankan; (3) berpusat pada guru; (4) peserta didik tidak mengalami pembelajaran bermakna; (5) guru tidak mengembangkan keterampilan berpikir kritis; (6) siswa sebagai obyek pasif penerima ilmu; (7) pembelajaran tidak mengembangkan kreativitas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar, masih bersifat hafalan teori-teori dan prinsip IPA sehingga belum melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar IPA siswa, pada ULH Kelas VI SD Negeri Kauman Lor 03, masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa pada pembelajaran IPA, dari 18 siswa, yang telah mampu menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan guru dan mencapai KKM baru ada 10 siswa (45,45%). Rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 64,72. KKM di VI SD Negeri Kauman Lor 03 untuk mata pelajaran IPA Kelas VI adalah 70. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar siswa masih belum memahami materi pelajaran IPA yang telah diajarkan guru. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran IPA belum berhasil dan belum dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Melihat kenyataan pentingnya keterampilan mengamati sebagaimana diungkapkan oleh para ahli diatas menyebabkan keterampilan mengamati harus ditingkatkan. Peningkatan keterampilan mengamati siswa pada pelajaran IPA dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, merangsang kreativitas yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Disamping itu dalam pembelajaran IPA diperlukan suatu metode pembelajaran yang tidak hanya menerapkan hakikat IPA sebagai produk namun juga hakikat IPA sebagai proses.Salah satu metode pembelajaran yang mempunyai implikasi yang sangat besar dalam meningkatkan keterampilan hidup (life skill) adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah salah satu jenis metode pembelajaran induktif yang berpusat pada siswa.

Carin dan Sund mengungkapkan bahwa anak usia SD paling tepat ialah menggunakan metode pembelajaran guided discovery yaitu suatu gabungan antara pendekatan ekspositori dengan pendekatan inkuiri. Maksudnya ialah anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan mendapatkan bimbingan untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 2003: 35). Gage dan Berliner (Moedjiono dan Moh Dimyati, 2002: 86) mengungkapkan bahwa dalam metode guided discovery siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya tidak hanya sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seorang guru atau sebuah buku. Menyadari akan keunggulan metode guided discovery dan melihat kenyataan bahwa metode guided discovery belum pernah diterapkan di SD Negeri Kauman Lor 03, maka peneliti perlu mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut apakah dengan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan mengamati pada siswa Kelas VI SD Negeri Kauman Lor 03.

Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1.     Apakah hasil belajar IPA materi “Energi dan Perubahannya” dapat meningkat dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Semester Genap SD Negeri Kauman Lor 03 Tahun Pelajaran 2016/2017? 

2.     Apakah ketuntasan belajar IPA materi “Energi dan Perubahannya” dapat meningkat dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Semester Genap SD Negeri Kauman Lor 03 Tahun Pelajaran 2016/2017? 

Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

1.     Meningkatkan hasil belajar IPA materi ”Energi dan Perubahannya” menggunakan media Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Semester Genap SD Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

2.     Meningkatkan ketuntasan belajar IPA materi ”Energi dan Perubahannya” menggunakan media Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Semester Genap SD Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1.     Secara teoritis: penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah keilmuan tentang peningkatan hasil belajar IPA tentang “Energi dan Perubahannya” dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Sekolah Dasar.

2.     Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak pihak tertentu yaitu:

a.    Bagi peserta didik agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA, yakni belajar “Energi dan Perubahannya” penggunaan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Sekolah Dasar sehingga pencapaian hasil belajar dapat tercapai secara optimal.

b.    Bagi guru sebagai masukan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan model pembelajaran dan strategi pembelajaran sehingga profesianalitas guru dapat meningkat. Bagi sekolah dan perpustakaan adalah sebagai penambah perbendaharaan jumlah buku di perpustakaan sekolah yang dapat dibaca oleh warga sekolah, sehingga dapat meningkatkan keprofesional guru di SD Negeri Kauman Lor 03, dan pada akhirnya kualitas sekolah terus meningkat.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertianm pengetahuan, dan apresiasi yang dikenal denga istilah kognitif, afektifm dan psikomotorik melalui perbuatan belajar (Abror, 2003: 65).Sedangkan Hamalik menyatakan bahwa siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya, apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap (Hamalik, 2005: 57).Pada bagian lain, Nawawi (2001: 10) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Beberapa pendapat tersebut diatas menunjukkan bahwa hasil belajar adalah salah satu hasil ujian dalam proses pengajaran yang dilakukan secara formal. Tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah dinyatakan dengan symbol angka atau huruf dalam raport dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.Pengukuran hasil belajar siswa di ukur dari waktu ke waktu dan merupakan gabungan dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Guided Discovery Learning

Guided Discovery Learning adalah Model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan mengeksplorasi, menemukan serta menyimpulkan suatu pengetahuan yang didapatkan siswa sehingga terjadi pemahaman konsep. Guided Discovery Learning merupakan model pembelajaran penemuan yang penerapannya dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir anak. Guru bertugas membimbing dan mengarahkan kinerja siswa dalam melakukan kegiatan penemuan (Sa’ud & Resmini, 2014).

Patta Bundu (2006: 87) mengemukakan bahwa mengamati adalah keterampilan proses dasar sains yang sangat penting untuk mengenal dunia luar yang menakjubkan. Kita mengamati setiap obyek dan fenomena alam melalui panca indera. Panca indera tersebut meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecap, dan peraba. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (2003: 52) mengungkapkan bahwa keterampilan mengamati merupakan keterampilan menggunakan semua panca indera untuk memperoleh data atau informasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Srini M. Iskandar (2007: 52). Menurutnya, keterampilan mengamati adalah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan salah satu indera atau memakai alat untuk membantu indera. Misalnya kaca pembesar untuk membantu penglihatan.

Menurut Carin dan Sund (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 2003: 37) anak-anak yang masih sangat muda, perlu mendapatkan bimbingan yang relatif besar. Diperlukan metode pembelajaran yang tepat agar siswa memiliki semangat tinggi untuk belajar. Gilstrap (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 2002: 87) mengemukakan bahwa metode guided discovery memiliki manfaat yang besar bagi siswa yaitu dapat menimbulkan gairah belajar pada diri siswa, karena siswa merasakan jerih payah kemampuannya sendiri.

Sund (Suprihadi Saputro, dkk, 2000: 197) menyatakan bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme,dll. Menurutnya, discovery berbeda dengan inquiry. Inquiry juga meliputi discovery. Inquiry adalah proses discovery yang digunakan lebih mendalam.

Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.

Pengembangan kemampuan discovery-inquiry pada diri siswa melalui pengajaran IPA dapat dilukiskan dengan kegiatan guided discovery. Moh. Amien (2007: 137) mengemukakan bahwa istilah guided discovery digunakan apabila di dalam kegiatan discovery-inquiry guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (2003: 37) menyatakan bahwa pendekatan guided discovery dipandang sebagai suatu gabungan antara pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efektifitas yang optimal, khususnya bagi anak usia SD. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Cagne (Oemar Hamalik, 2004: 188). Menurutnya guided discovery terjadi dengan sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.

Carin dan Sund mengungkapkan bahwa anak usia SD paling tepat ialah menggunakan metode pembelajaran guided discovery yaitu suatu gabungan antara pendekatan ekspositori dengan pendekatan inkuiri. Maksudnya ialah anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan mendapatkan bimbingan untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA (Hendro darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 2003: 35). Gage dan Berliner (Moedjiono dan Moh Dimyati, 2002: 86) mengungkapkan bahwa dalam metode guided discovery siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya tidak hanya sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seorang guru atau sebuah buku. Gilstrap (Moedjiono dan Moh Dimyati, 2002: 87) mengemukakan tentang keunggulan metode guided discovery adalah membantu dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

Moh. Amien (2007: 137) dan Richard Suchman (Suprihadi Saputro, dkk, 2000: 197) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided discovery: (1). Adanya problem yang akan dipecahkan. Problema itu dapat dinyatakan sebagai pernyataan atau pertanyaan, (2). Jelas tingkat atau kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya anak SD Kelas VI, (3). Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas, (4). Alat atau bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan, (5). Diskusi mengarahkan berwujud pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan discovery-inquiry, (6) Keadaan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ditetapkan, (7) Proses berfikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukan adanya: “mental operation“ siswa yang diharapkan dalam kegiatan, (8) Pernyataan yang bersifat “open ended” perlu diberikan berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh siswa, (9) Catatan guru meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari pelajaran dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya, tertutama bila kegiatan penyelidikan mengalami kegagalan atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Pendekatan pemberitahuan digunakan guru dalam menyampaikan materi IPA. Materi pelajaran IPA disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Guru hanya menginformasikan fakta dan konsep sehingga keterlibatan siswa sangat minimal. Dalam menyampaikan materi IPA guru juga tidak menggunakan media, sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Rezba bahwa untuk meningkatkan keterampilan mengamati, guru perlu membawa obyek yang menarik yang dapat diamati ke dalam kelas (Patta Bundu, 2006: 88).

Selain guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran, siswa juga jarang melakukan pengamatan dan menyimpulkan sendiri hasil percobaan. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Hal itu menyebabkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan secara mandiri. Akibatnya, menghambat peningkatan keterampilan mengamati siswa dalam mencari dan menemukan sendiri suatu konsep materi pembelajaran IPA. Hal itu tidak sesuai dengan pendapat Moh. Amien (2007: 137) yang menyatakan bahwa kegiatan guided discovery berupa percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.

Kegiatan guided discovery digunakan agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip. Salah satu cara yang dilakukan agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip yaitu dengan cara mengamati. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode guided discovery menyebabkan penilaian keterampilan mengamati yang dicapai lebih maksimal.

Kerangka Berpikir

Ketidakberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa dalam belajar, faktor luar diri siswa juga turut mempengaruhinya. Guru dalam mengajar juga merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Dari faktor guru mungkin guru tersebut belum menggunakan media dan metode yang tepat dan maksimal. Pada hal sangat banyak sekali pilihan pembelajaran dan srategi di dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang dirancang untuk pelajaran IPA yaitu Guided Discovery Learning. 

Kondisi awal, guru/peneliti pada pembelajaran bidang studi IPA materi “Energi dan Perubahannya”, masih rendah. Hal ini terlihat dari keberhasilan pembelajaran rata-rata ulangan harian di kelas masih rendah. Setelah itu, guru/peneliti melakukan tindakan pembelajaran dengan penggunaan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI SD Negeri Kauman dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, masing-masing dua kali pertemuan. Pada siklus satu dan dua akan melaksanakan pembelajaran penggunaan Guided Discovery Learning. Sehungga pada kondisi akhir siswa, diduga setelah melaksanakan pembelajaran penggunaan Guided Discovery Learning pada yang tepat, hasil atau nilai pelajaran IPA materi “Energi dan Perubahannya” akan meningkat.

Diharapkan melalui pelaksanakan pembelajaran IPA materi “Energi dan Perubahannya” dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VISD Negeri Kauman dapat meningkat baik hasil maupun proses dan akhirnya prestasi belajar siswa juga akan meningkat

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

       Tempat penelitian ini di Kelas VI SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Waktu penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal, 1 Maret – 30 April 2017 (6 Minggu efektif).

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VI SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2016/2017.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu:

1.     Siswa: diperoleh data tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI.

2.     Guru: diperoleh data tentang siswa dalam pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

                        Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan tes.

a.   Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa, daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto.

b.   Tes

Tes digunakan untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini berupa tes yang yang dikerjakan secara individual setelah mempelajari suatu materi.

2.   Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi lembar kerja siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengumpulkan data tentang kemampuan IPA tentang materi “Energi dan Perubahannya” melalui penerapan Guided Discovery Learning.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 64,72 dan ada 10 siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Kondisi Awal secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 45,45%.

Deskripsi Tiap Siklus

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 54,55% atau ada 14 siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada Siklus I ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari Kondisi Awal Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Guided Discovery Learning.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: pada siklus I hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 18 siswa, rata-rata 70,00, sudah 14 siswa yang tuntas belajar (63,64%).

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Nilai rata-rata tes tertulis pelajaran IPA sebesar 77,78 dan dari 18 siswa yang telah tuntas sebanyak 90,91% (20 orang). Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai. Hasil pada Siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari Siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada Siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan Guided Discovery Learning sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan Guided Discovery Learning.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: pada siklus II hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 18 siswa, rata-rata 77,78, sudah 20 siswa yang tuntas belajar (90,91%).

Pada Siklus II guru telah menerapkan pembelajaran dengan media gambar dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pembelajaran dengan menerapkan Guided Discovery Learning dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Berdasarkan nilai hasil belajar pada Kondisi Awal, nilai rata-rata adalah 64,72 dengan ketuntasan belajar klasikal 45,45% (10 siswa) mencapai KKM nilai ³ 70. Pada siklus I, nilai rata-rata adalah 70,00 dengan ketuntasan belajar klasikal 54,55% (14 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70, dan masih ada 8 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa peningkatan hasil tes pada Kondisi Awal dan siklus I sebesar 5,28.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar prasiklus ketuntasan belajar 45,45% dan siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 63,64% belum mencapai 80%. Peningkatan ketuntasan belajar 18,18%.

Siklus II

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II, nilai rata-rata adalah 77,78 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,91% (20 siswa) dengan mendapatkan nilai ³70. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II sebesar 7,78.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 90,91% sudah mencapai dan lebih dari 80%. Peningkatan ketuntasan belajar 27,27%

Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas belajar

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa dengan dengan menerapkan Guided Discovery Learning dalam pembelajaran berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada Kelas VI, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada Materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI di SD Negeri Kauman Kec. Pabelan Kab. Semarang.

P E N U T U P

Kesimpulan

1.     Pembelajaran dengan menggunakana Guided Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI di SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus 64,72; siklus I rata-rata 70,00 dan siklus II rata-rata 77,78.

2.     Pembelajaran dengan menggunakan Guided Discovery Learning dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada Materi “Energi dan Perubahannya” pelajaran IPA Kelas VI di SD Negeri Kauman Lor 03 Kec. Pabelan Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus 45,45%; pada sikus I meningkat menjadi 63,64% dan siklus II mencapai 90,91%.

Kesimpulan penelitian ini yaitu hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran IPA pada materi “Energi dan Perubahannya” dapat meningkat dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada siswa Kelas VI Semester Genap SD Negeri Kauman Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

Implikasi

Pembelajaran dengan menerapkan Guided Discovery Learning meningkatkan hasil belajar IPA. Pembelajaran dengan menerapkan Guided Discovery Learning dapat digunakan untuk berbagai kelas dalam pelajaran IPA.

Saran

1.     Guru disarankan perlu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan Guided Discovery Learning pada pelajaran selain IPA pada materi yang sesuai agar anak lebih aktif.

2.     Peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan Guided Discovery Learning perlu adanya peningkatan sarana prasarana belajar, maka kepala sekolah disarankan mengontrol penggunaan media pembelajaran yang mendukung pembelajaran IPA.

3.     Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel lain dalam penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing yaitu motivasi berprestasi, berpikir kritis dan lain-lain. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada mata pelajaran lain, misalnya PKn atau dalam pembelajaran terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abdur Rahman. 2003. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Amien, Moh. 2007. Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdiknas.

Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Artini, Ni M. R. S. 2014. “Pengaruh Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 6 SDK Soverdi Tuban”. Skrpsi. Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas.

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 2003. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdiknas.