Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Discovery
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
TENTANG HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN GERAK
MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY
PADA SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SD NEGERI 1 CEPOGO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Dwiningsih
SD Negeri 1 Cepogo
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah 1) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak melalui metode Discovery bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, 2) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak melalui metode Discovery. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis bersama teman sejawat melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK dengan fokus permasalahan pada peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode Discovery. Perbaikan pembelajaran ini penulis laksanakan selama 2 siklus. Hasil belajar siswa sebelum perbaikan pembelajaran yang menerapkan metode Discovery dengan nilai rata-rata hanya 72,1 dengan persentase ketuntasan 47,3% dari 19 siswa. Pada siklus I pembelajaran menerapkan metode Discovery meningkatkan nilai rata-rata kelas yaitu 80 dengan ketuntasan sebesar 63,2%. Siklus II penerapan metode Discovery meningkatkan hasil belajar siswa 88,4 dengan taraf penguasaan (daya serap) terhadap materi pelajaran sebesar 94,7%. Aktvitas belajar siswa mengalami peningkatan pula yaitu siklus I 75% dan siklus II 85%. Oleh karena itu, dapat disarankan bahwa penerapan metode Discovery secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dimungkinkan siswa lebih tertarik terhadap materi, siswa tidak bosan, serta siswa dapat mengekspresikan pendapatnya mengenai suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Discovery
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya yang sesuai dengan kebutuhan pribadinya serta kebutuhan masyarakatnya.
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa merupakan faktor terpenting. Pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen antara lain tujuan, peserta didik, pendidik, isi/ bahan, cara/ metode dan situasi/ lingkungan. Hubungan ke enam faktor tersebut berkaitan satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan (Hadikusumo, 1995;36).
Kondisi awal siswa-siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/ 2017 sebelum diadakan penelitian, ketika mereka mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mereka sudah beranggapan bahwa pelajaran IPA adalah pelajaran yang sangat sulit, tidak menarik, sulit dipahami, sehingga ini selalu berakibat fatal, sebab setiap kali diadakan kegiatan belajar IPA, mereka cenderung pasif, kurang biasa menangkap isi pelajaran dan kurang semangat yang akhirnya hasil belajarpun rendah.
Hal ini terbukti berdasarkan nilai ulangan harian mata pelajaran IPA sebelum diadakan penelitian diperoleh hasil berikut dari 19 siswa yang tuntas 9 siswa dengan persentase ketuntasan 47,3% dan yang tidak tuntas belajar 10 siswa dengan persentase ketuntasan 52,6%.
Sebelum diadakan penelitian, guru dalam pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran konvensional yang banyak di dominasi ceramah, sehingga kurang menarik bagi siswa dan membuat siswa enggan belajar. Dari pokok masalah tersebut diatas dapat diambil kesimpulan penyebab timbulnya nilai siswa yang rendah disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang menarik. Maka diperlukan strategi pembelajaran yang baru, yang lebih menarik perhatian siswa.
Salah satunya adalah model pembelajarn Discovery untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor guru dan faktor siswa. Pembatasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dipusatkan pada “Upaya meningkatkan hasil belajar IPA Materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 melalui metode Discovery.â€
Berdasarkan analisis guru, rendahnya ketuntasan yang dicapai siswa disebabkan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah saja saat memberikan penjelasan dan contoh-contoh. Kegiatan ini membuat siswa bosan dan tidak konsentrasi dengan materi yang dipelajari. Oleh karena hal tersebut, guru bermaksud mengadakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode Discovery/penemuan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar siswa aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Pembelajaran menggunakan metode ini berpusat pada siswa, sedangkan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan demikian, siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Selain itu, penggunaan metode ini dapat mengurangi ketergantungan siswa kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa dan melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber informasi yang tidak pernah tuntas digali.
Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah melalui metode Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/ 2017? 2) Apakah metode Discovery dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas VI SD Negeri 1 cepogo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam mengikuti pembelajaran IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak?
Penelitian bertujuan 1) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak melalui metode Discovery bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, 2) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA materi melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak melalui metode Discovery.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut, Bagi Siswa 1) memberikan kemudahan siswa dalam menguasai materi pembelajaran IPA, 2) meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA, Bagi Guru; 1) meningkatkan keterampilan guru dalam meneraapkan metode Discovery dalam pembelajaran IPA, 2) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian IPA Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 7) Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.
Komponen penting dalam Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ada tiga. Komponen tersebut yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, komponen tersebut yaitu: 1) produk ilmiah, 2) proses ilmiah, dan 3) sikap ilmiah.
Pengertian IPA menurut Srini M. Iskandar (1997: 2) yaitu Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk ilmiah Maslichah Asy’ari (2006: 8) berpendapat bahwa Sains sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Ilmu Pengetauan Alam sebagai proses ilmiah. IPA sebagai proses, menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk), inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan (Srini M. Iskandar, 1997:5)
Menurut Mohammad Surya (1997) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Witherington (1952) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:11), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi.
Menurut pengertian diatas, belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk pemerolehan pengalaman menempatkan anak sebagai pusat segala-galanya. Pembelajaran dalam hal ini lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang memungkinkan keterlibatan anak secara aktif dan intensif (Taufiq Agus, 2011:6.6). Pembelajaran dan belajar sangat berdekatan. Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator yang mempermudah siswa belajar dengan menerapkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran (Taufiq Agus, 2011: 5.7).
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa situasi belajar harus mempunyai tujuan, dan tujuan itu merupakan salah aspek dari situasi belajar. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan siswa sendiri.Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Proses belajar yang utama adalah mengerjakan hal-hal yang sebenarnya, belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
Menurut Hayardin dalam buku Sudjana (dalam Sanjaya:2011) mengemukakan bahwa “Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah menerima pengalaman belajarnya.â€Menurut Soedjarto (dalam Abidin 2012) bahwa “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.â€
Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik murid setelah mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai denga lingkungan dan zaman, tempat dan waktu ia hidup.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: a) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah, b) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah), Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah), Syah (2004:244), c) Data Collection (Pengumpulan Data), Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, Syah (2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relefan, membaca literatur, c) Data Processing (Pengolahan Data), Semua informasi hasil bacaan, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi pada pembentukan konsep dan generalisasi, d) Verification (Pembuktian), Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan data hasil processing, Syah (2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya, e) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi), Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan verifikasi, Syah (2004:244).
Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Takdir (2012:70) mengemukakan beberapa kelebihan belajar mengajar dengan Discovery, yaitu: 1) Dalam penyampaian bahan Discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna 2) Discovery strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata 3) Discovery strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan dikemudian hari 4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan Discovery strategy akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran 5) Discovery strategy banyak memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar.
Adapun kelemahan model Discovery yang dikemukakan Takdir (2012:70), yaitu: a) Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa. b) Menyita pekerjaan guru. c) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. d) Tidak berlaku untuk semua topik. e) Berkenaan dengan waktu, strategi Discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama daripada ekspositori. f) Kemampuan berfikir rasional siswa ada yang masih terbatas. g) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu kesimpulan. h) Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama. i).Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajara dengan cara ini. Di lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. j) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan
Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo meotivasi penulissebagai guru kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan hasil refleksi dan kolaborasi dengan teman sejawat dipilih sebagai alternatif tindakan yaitu menerapkan metode Discovery pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Dengan penerapan metode Discovery ini diharapkan aktivitas belajar siswa mengalami perubahan yang positif sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA. Selain itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran ujian sekolah. Sehingga pemahaman materi kelas VI harus dikuasai dengan baik.
Dengan menerapkan metode Discovery ini siswa akan lebih aktif mengikuti pembelajaran yang disampaiakna oleh penulis, siswa akan lebih berperan aktif dan akan termotivassi untuk berkkompetensi dengan teman dan salaing bekerjasama dengan siswa lain untuk menemukanpemecahan masalah.
Hipotesis Tindakan
Rumasan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui penerapan metode Discovery diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VI SDN 1 Cepogo Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara, pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017,yang beralamatkan di Jl. Telkom Bucu Km 03 Cepogo, Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yakni bulan Januari sampai Maret 2017. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo dengan jumlah 19 siswa, 13 laki-laki dan 6 perempuan.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang nilai hasil belajar siswa dan proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan metode Discovery
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, dokumen dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini.
Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Data yang diperoleh dari tes dianalisis berdasarkan persentase, sedangkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumen dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui tanggapan siswa dan perubahan tingkah laku siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran setelah menerapkan metode Discovery.
Teknik analisis data ini mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun ketentuan yang telah dibuat. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan tahap berikutnya.
Prosedur Penelitian
Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart ini terdiri dari empat komponen, yaitu: l) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi, (Sutama dan Main Sufanti. 2012: l l).
Berdasarkan hasil refleksi pada pra siklus maka peneliti merencanakan tindakan untuk pembelajaran siklus I. dalam tahap ini antara peneliti dan guru pengamat membahas rancangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan metode Discovery dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan pada pembelajaran pra siklus. Tahap penelitian siklus I;guru merencanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran seperti; a) menyusun RPP, b) Menyusun Lembar Observasi, c) menyusun instrumen penelitian
Dalam tahap ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan metode Discovery pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I yang telah dibuat.
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengamat sebagai kolaborator dengan merekam semua kegiatan pembelajaran pada Lembar Observasi Prose Pembelajaran siklus I. Tahap ini dilakukan refleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berbagai hambatan dianalisis untuk dievaluasi dan dikaji antara peneliti, dan guru pengamat untuk menentukan pemecahan masalah atas kekurangan atau kelemahan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklusI maka peneliti merencanakan tindakan untuk pembelajaran siklus 2. Dalam tahap ini antara peneliti dan guru pengamat membahas rancangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan metode Discovery dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan pada pembelajaran siklus I.
Tahap ini dilakukan refleksi baik secara kualitatif. Berbagai hambatan dianalisis untuk dievaluasi dan dikaji bersama peneliti, dan guru pengamat untuk menemukan pemecahan masalah atas kekurangan atau kelemahan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan tuntas apabila; 1) persentase ketuntasan siswa encapai lebih dari 80% dari jumlah siswa, 2) sekurang-kurangnya 80% siswa termotivasi mengikuti pembelajaran IPA, 3)adanya perubahan sikap pembelajar dari guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 sebelum diadakan penelitian, ketika mereka mengikuti pembejaran IPA, mereka sudah beranggapan bahwa pejajaran IPA adalah pelajaran yang sulit, tidak menarik, sulit dipahami, sehingga hal ini selalu berakibat fatal, yang akhirnya hasil belajar siswa rendah. Hal ini terbukti nilai ulangan harian yang diperoleh dari 19 siswa, nilai siswa yang tuntas belajar ada 9 siswa (47,3%) dan tidak tuntas belajar 10 siswa (52,6%), dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan rata-rata 72,1
Deskripsi Hasil Penelitian
Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan siklus II untuk mengetahui perrubahan sikap dan haisl belajar siswa dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil rekapitulasi keaktifan Siswa
No |
Kriteria Penilaian |
Nilai |
|
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
Bertanya kepada guru tentang materi yang dipelajari atau melakukan aktivitas diluar kegiatan |
3 |
4 |
2 |
Menjawab pertanyaan guru |
4 |
5 |
3 |
Aktif menyampaikan pendapat |
4 |
5 |
4 |
Mengajukan usul/pendapat kepada kelompok |
3 |
3 |
5 |
Menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai petunjuk guru |
4 |
4 |
6 |
Menuliskan jawaban selesai percobaan |
5 |
5 |
7 |
Mendengarkan informasi dari teman dalam satu kelompok |
4 |
4 |
8 |
Percaya diri dalam kegiatan pembelajaran |
3 |
4 |
Jumlah Skor |
30 |
34 |
|
Persentase rata-rata |
75% |
85% |
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa adanya peningkatan aktifitas belajar siswa dalam setiap aspeknya. Walaupun nilai cukup pada mengajukan usul/pendapat kepada kelompok, akan tetapi secara keseluruhan hasil persentase keaktifan belajar siswa 85% dan menunjukkan nilai yang sudah mencapai indikator keberhasilan 80% siswa aktif.
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selama dua siklus dapat dilihat dari data analisis berupa tabel dan grafik dibawah ini.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Evaluasi Belajar selama 2 siklus
Keterangan |
Siklus I |
Siklus II |
Jumlah |
1520 |
1680 |
Rata-rata |
80 |
88,4 |
Persentase Ketuntasan |
63,2% |
94,7% |
Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1) Pada siklus I nilai rata-rata kelas 88,4.
2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 18 siswa atau 94,7% dari jumlah siswa.
3) Siswa yang belum tuntas belajar ada 1 atau sekitar 5,3%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami peningkatan hasil ketuntasan belajar klasikal telah mencapai 94,7%, artinya ketuntasan belajar tersebut telah melebihi kriteria ketuntasan belajar klasikal yang diharapkan yaitu 75%, sehingga peneliti sudah tidak melakukan pembelajaran siklus III.
Pembahasan Hasil Penelitian
Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan studi awal pembelajaran. Proses pembelajaran pada studi awal aktivitas dan motivasi siswa belum muncul, hal ini disebabkan pembelajaran masih konvensional. Penyampaian informasi hanya dengan metode ceramah saja dan belum dilaksanakannya pengelolaan kelas yaitu dengan diskusi kelompok, sehingga aktivitas siswa belum terlihat.
Proses pembelajaran pada siklus I aktivitas siswa mulai terlihat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran juga meningkat. Hal ini disebabkan sudah adanya perubahan metode pembelajaran dan pengelolaan kelas dengan baik. Peneliti tidak hanya menyampaikan pembelajaran secara ceramah saja, namun sudah menggunakan pendekatan kontekstual, tanya jawab, serta diskusi kelompok yaitu dengan kelompok besar yang beranggotakan 4 atau 5 siswa tiap kelompok.
Dalam proses pembelajaran tersebut peneliti juga telah memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam diskusi kelompok. Takdir (2012:70) mengemukakan beberapa kelebihan belajar mengajar dengan Discovery, yaitu: 1) Dalam penyampaian bahan Discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna 2) Discovery strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata 3) Discovery strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan dikemudian hari 4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan Discovery strategy akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran 5) Discovery strategy banyak memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar.
Beberapa kelebihan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
Peningkatan aktivitas dan motivasi dalam pembelajaran siklus I memang telah mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut menurut peneliti belumlah optimal, sehingga peneliti melanjutkan PTK dalam siklus II.
Hasil belajar siswa pada siklus I telah meningkat dibandingkan pada studi awal pembelajaran. Hal ini terlihat bahwa siswa yang mencapa ketuntasan belajar berjumlah12 siswa atau 63,2%, siswa yang belum tuntas ada 7 siswa atau 36,8%. Nilai rata-rata siswa 80 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100.
Peningkatan hasil belajar pada siklus I ini dipacu oleh perubahan pola pembelajaran yang semula hanya bersifat konvensional atau transfer pengetahuan saja, beralih kepada pendekatan kontekstual yang juga melibatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna yaitu dengan bekerja kelompok dengan anggota kelompok 4 atau 5 siswa setiap kelompok. Hasil belajar pada suklus I tersebut dirasakan oleh peneliti belumlah optimal, sehingga peneliti melanjutkan lagi pada pembelajaran siklus II.
Siklus II
Pengkajian data yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran studi awal, siklus I, dan siklus II, secara bertahap mengalami peningkatan yang lebih baik.
Dari data paparan informasi bahwa aktifitas siswa pada siklus II meningkat, yang semula pada siklus I siswa yaitu 75% menjadi 85%. Hal ini disebabkan perkembangan mental siswa tersebut berbeda dari siswa secara normal lainnya.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari suasana belajar yang menyenangkan.
Penggunaan pendekatan kontekstual yang peneliti lakukan tentunya lebih memunculkan motivasi intrinsik siswa sebab pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Begitu juga munculnya motivasi ekstrinsik siswa sangat didukung oleh suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, dalam hal ini dengan diskusi kelompok, tanya jawab, serta dengan bimbingan peneliti yang sangat berarti bagi siswa, sehingga suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. (gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007: 5 – 6).
Penguasaan terhadap konsep pada proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat dibandingkan siklus I. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar secara klasikal pada studi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 47,3%, 63,2% dan 94,7% dan ketidaktuntasan atau belum tuntas belajar siswa secara klasikal menurun yaitu dari 52,6%, 36,8%, dan5,3%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipicu oleh penggunaan pembelajaran Discovery yang lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajan sehingga lebih bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok yang lebih kecil lagi dengan 3 atau 4 anggota tiap kelompok sesuai kedekatan pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa lebih tinggi, dan bimbingan peneliti secara menyeluruh kepada siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data pada bahasan sebelumnya serta hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut, a) Penerapan pembelajaran Discovery dapat meningkatkan motivasi belajar IPA bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo, aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II dari 75% menjadi 85%, b) Penerapan pembelajaran Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Cepogo. Jika pada kondisi awal atau prasiklus ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 47,3%, maka pada siklus I meningkat menjadi 63,2% dan pada siklus II ketuntasan belajar klasilkal mencapai 94,7%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran yang seyogyanya dilaksanakan guru, a) Guru sebaiknya menggunakan pendekatan, media dan metode yang tepat agar pembelajaran lebih bermakna dan kemampuan dalam mengelola kelas lebih meningkat, b) Guru sebaiknya melakukan penelitian tindakan kelas agar dapat meningkatkan layanan profesional kepada peserta didik, c) Guru sebaiknya memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan sesuai harapan, d) Guru harus mampu meningkatkan rasa percaya diri khususnya dalam mengajar siswa.
Untuk Siswa, a) Siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA, sehingga kerja sama dalam diskusi lebih meningkat, b) Siswa bisa menguasai materi pelajaran yang diberikan guru sehingga pembelajaran lebih efektif, c) Mampu meningkatkan inisisatif sesuai dengan KKM, d) Menumbuhkan sikap kritis sehingga hasil belajar meningkat.
Bagi sekolah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mempunyai potensi yang tinggi di bidang IPA, b)meningkatnya peran serta guru dan siswa dalam pembelajaran IPA
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hayardin. 2010. Media Belajar Ilmu Psikologi dan Bimbingan Konseling.
Diunduh 28 Agustus 2013 dari http://belajarpsikologi.com/macam-
macam-teori-belajar/ Maslichah Asy’ari. (2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Yogyakarta. Universitas Sanata Darma
Srini M. Iskandar. (1996). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rusyanti, Hesti. 2013. Kajian Teori Makalah. Diunduh 28 Agustus 2013 dari
http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-
ipa.html ww.sarjanaku.com 2013. Pengertian Prestasi Belajar Definisi Menurut Para
Ahli. Diunduh 28 Agustus 2013 dari
http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html
Nurnamawi, E.K. 2013. Teori Hasil Belajar. Diunduh 28 Agustus 2013 dari
http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/teori-hasil-belajar.html
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran- discovery-penemuan/