Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Media Kartu Pecahan
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PECAHAN SEDERHANA
MELALUI MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III.B
SD NEGERI 019 SUNGAI BERINGIN KECAMATAN TEMBILAHAN
Tiasari
SD Negeri 019 Sungai Beringin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin materi pecahan sederhana dengan menggunakan media kartu pecahan. Media kartu pecahan digunakan guru melalui sebuah permainan kartu pecahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik observasi dan tes tertulis. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi guru, observasi siswa dan tes tertulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: hasil belajar matematika dengan menggunakan media kartu pecahan siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin mengalami peningkatan pada materi pecahan sederhana. Peningkatan pada siklus I sebesar 23,2% sedangkan pada siklus II sebesar 39,3%. Peningkatan tersebut disebabkan dalam menjelaskan aturan permainan kartu pecahan guru memberikan simulasi pelaksanaan permainan kartu pecahan. Dengan demikian siswa dapat melakukan permainan kartu pecahan sesuai dengan aturan permainan.
Kata Kunci: Hasil belajar matematika dan media kartu pecahan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang paling utama dan paling dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah pendidikan sekolah dasar (SD). Sekolah Dasar merupakan salah satu penyelenggara tingkat pendidikan yang mengembangkan potensi siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara memuaskan guna menghadapi tuntutan pendidikan dan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Guru dalam pembelajaran menggunakan metode, pendekatan dan teknik mengajar yang relevan. Selain itu guru juga menggunakan alat peraga dan media pembelajaran sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. Mata pelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam pembangunan iptek karena mempelajari matematika sama halnya melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Pada siswa SD, matematika adalah kegiatan konkret. Siswa SD belum bisa diajari secara definisi. Untuk itu,guru perlu menyiapkan strategi atau Perencanaan mengajar secara matang. Agar pembelajaran Siswa SD bisa menyenangkan.
Pembelajaran matematika diharapkan mengembangkan potensi siswa, siswa diharapkan bisa mengkonstruksikan pemahamannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber utama pembelajaran, masih banyak kita jumpai pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan cara konvensional, yang kurang memberikan kesempatan siswa berpikir kritis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Januari 2017 SD Negeri 019 Sungai Beringin media pembelajaran matematika masih sangat minimal. Media pembelajaran matematika tersebut disusun atau diletakkan di belakang kelas, sehingga terkadang digunakan siswa untuk belajar sambil bermain ketika waktu istirahat tiba. Media pembelajaran merupakan hal yang penting ketika menjalankan proses pembelajaran karena media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa serta minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali Kelas III.B di SD Negeri 019 Sungai Beringin pada mata pelajaran matematika nilai rata-rata siswa paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Berdasarkan daftar nilai siswa Kelas III.B tahun ajaran 2016/2017 semester 2 bahwa nilai rata-rata matematika materi pecahan sederhana masih rendah. Mayoritas siswa Kelas III.B masih kesulitan memahami materi pecahan sederhana dengan kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana.
Hal ini terlihat dari ulangan harian matematika siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin pada materi pecahan, dari 24 siswa, ada 10 siswa yag nilainya tidak mencapai KKM dengan rentang nilai 40-64, 4 siswa yang dapat melebihi KKM dengan rentang nilai 70-100, dan 10 lainnya hanya mencapai KKM dengan rentang nilai 65-70. Guru Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin menentukan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Hasil wawancara dengan guru Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin pada hari Rabu, 11 Januari 2017 dalam pembelajaran guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan masih jarang dalam menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran matematika sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu interaksi siswa dengan guru belum terlihat, siswa belum aktif bertanya selama proses pembelajaran. Siswa juga mengalami kesulitan di dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini terlihat ketika dalam mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang tidak selesai. Rendahnya hasil belajar dalam pecahan sederhana siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin mendorong untuk dilakukannya penelitian di SD Negeri 019 Sungai Beringin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep pecahan sederhana kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana.
Media pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika materi pecahan sederhana akan memusatkan perhatian siswa. Media pembelajaran yang dapat diamati atau dipegang ketika melakukan aktivitas belajar dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pecahan sederhana, maka diperlukan media pembelajaran yang sesuai. Salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah kartu pecahan. Kartu pecahan adalah media pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran matematika kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana. Dari uraian di atas, penelitian yang dilakukan berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Sederhana Melalui Media Kartu Pecahan Di Kelas III.B SDN 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahanâ€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan: “Bagaimana upaya meningkaatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana melalui media kartu pecahan pada siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan?â€.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan melalui media kartu pecahan.
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Siswa mampu berhitung materi pecahan dengan benar.
2. Siswa dapat belajar sambil bermain dengan suasana yang menyenangkan.
3. Hasil belajar siswa materi pecahan dapat meningkat.
4. Siswa memiliki pengalaman dalam menggunakan media pembelajaran dengan benar.
5. Guru dapat menggunakan media kartu pecahan sebagai alat bantu dalam proses kegiatan pembelajaran.
6. Guru dapat termotivasi dalam menggunakan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran.
7. Dapat meringankan guru dalam mengkondisikan siswanya karena melalui media pembelajaran siswa akan terpusat perhatiannya pada media pembelajaran tersebut.
8. Sekolah menambah kumpulan media pembelajaran yang sudah dimiliki oleh sekolah.
9. Dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Matematika Di SD
Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya adalah kegiatan. Pada siswa SD, matematika adalah kegiatan konkret. Siswa SD belum bisa diajari secara definisi. Untuk itu,guru perlu menyiapkan strategi atau Perencanaan mengajar secara matang. Pembelajaran matematika diharapkan mengembangkan potensi siswa, siswa diharapkan bisa mengkonstruksikan pemahamannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber utama pembelajaran, masih banyak kita jumpai pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan cara konvensional, yang kurang memberikan kesempatan siswa berpikir kritis, pembelajaran matematka masih banyak hanya sebagai metode untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tertutup dan definisi, hal ini dihawatirkan dapat merusak kecerdasan intuisi siswa. Pelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk “dibimbing†dan “menemukan kembali†matematika dengan melakukannya. Oleh karena itu seorang guru harus mengetahui langkah-langkah pembelajarannya agar penyampaian sistematis.
Cakupan matematika sebagai suatu mata pelajaran memang sangat luas. Kemampuan matematika bukan hanya sekedar kemampuan berhitung atau menggunakan rumus, akan tetapi mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut mampu memahami tentang konsep dasar matematika. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses untuk menciptakan lingkungan belajar bagi siswa agar terkondisikan dalam belajar matematika. Pembelajaran matematika juga menggunakan suatu desain yang mengoptimalkan siswa dalam belajar matematika sehingga terciptalah belajar matematika yang optimal (Gatot Muhsetyo, 2007: 256). Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran matematika di kelas III SD merupakan suatu kegiatan yang memberikan kepada siswa untuk dibimbing dan menemukan kembali matematika dengan melakukannya. Pembelajaran matematika di SD memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Menurut Hudoyo (Lenterak, 2011) fungsi dari pembelajaran matematika di SD adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas III SD memiliki tujuan dan fungsi yaitu untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam membandingkan pecahan sederhana melalui simbol-simbol yang tertulis pada media kartu pecahan. Selain itu juga menambah dan mengembangkan ketrampilan membandingkan dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan pengetahuan dasar matematika dasar sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di kelas III SD hendaknya dapat menerapkan pembelajaran konstruktivisme. Pada penelitian yang akan dilakukan menerapkan pembelajaran konstruktivisme, karena pada penelitian ini berpusat pada aktivitas siswa. Selain itu pada penelitian ini juga melatih siswa untuk dapat bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling, ataupun pemecahan masalah khususnya materi pecahan sederhana.
Hasil Belajar
Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penilaian usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Eko Putro Widoyoko (2009: 25) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan pembelajaran adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa bersifat non fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Menurut Winkel (Purwanto, 2010: 45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan pada diri siswa yang dihasilkan dari proses kegiatan pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar matematika yang ditentukan dalam penelitian kali ini adalah memproleh hasil atau nilai yang tinggi untuk ujian atau tes matematika. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Alat evaluasi terbagi menjadi beberapa macam salah satunya adalah tes. Tes hasil belajar yang baik harus sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan Menurut Wina Sanjaya (2008:238) tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan reliabilitas.
Karakteristik Siswa Kelas III SD
Perkembangan seseorang terjadi dari beberapa tahap. Menurut Rita Eka Izzaty (2008: 4) perkembangan seseorang dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu perkembangan prenatal, perkembangan masa bayi, perkembangan masa kanak-kanak awal, perkembangan masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa awal dan madya serta masa lanjut usia. Siswa kelas III SD termasuk pada masa kanak-kanak akhir sebab rentang usia pada masa kanak-kanak akhir adalah 7-12 tahun.
Berdasarkan paparan di atas, siswa kelas III di SD sudah mencapai pada asas-asas tersebut karena di kelas III SD siswa sudah mempunyai daya ekspresi pada tingkat awal. Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa yang berani menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Selain itu siswa juga sudah menunjukkan sikap kepeduliannya terhadap teman sebayanya. Kelas rendah di sekolah dasar termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Oleh karena itu siswa masih membutuhkan alat bantu yang konkret dalam memahami sebuah konsep baru terutama pada pembelajaran matematika. dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana siswa sangat membutuhkan alat bantu dalam memahami materi tersebut. Alat bantu tersebut berbentuk media pembelajaran. ciri-ciri kelas III SD sesuai dengan kenyataannya antara lain masih suka memuji diri sendiri, masih suka membandingkan dirinya dengan teman sebaya dan masih suka meremehkan orang lain dengan cara menganggap bahwa dirinya yang lebih baik dalam segala-galanya. Perkembangan dari karakteristik seseorang banyak yang mempengaruhi antara lain keturunan, lingkungan dan lain sebagainya. Ahmad Fauzi (2004:98) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Media Pembelajaran
Gerlarch & Elly (Azhar Arsyad, 2011: 3) mengatan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Wina Sanjaya (2008: 205) mengatakan bahwa media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, Slide, bahkan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata dan lain-lain. Azhar Arsyad (2011: 7) berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah seperangkat alat bantu yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Sudjana &Rivai (Azhar Arsyad, 2011: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran,
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, dan
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Media Kartu Pecahan
Menurut Rifaidlilah Kartika (2016) kartu bilangan berfungsi untuk menambah keterampilan siswa dalam memahami atau mendalami suatu materi yang konsepnya telah dipelajari. Salah satu contoh alat peraga kartu pecahan adalah kartu permainan pecahan. Alat peraga kartu permainan pecahan ini berguna untuk membina keterampilan siswa dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dan sebaliknya. Setiap kartu mempunyai dua bagian yang berbeda yaitu satu bagian berisi pecahan biasa dan satu bagian berisi pecahan desimal. Media kartu pecahan adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan konsep pecahan sederhana dengan kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana. Media kartu pecahan yang akan digunakan berbentuk persegi panjang yang dibuat dari kertas karton dan dilapisi oleh kertas asturo serta dibungkus oleh plastik bening dengan tujuan supaya media kartu pecahan dapat terjaga kualitasnya. Media kartu pecahan ini berukuran panjang 5 cm dan lebar 10 cm. Kartu pecahan ini terbagi menjadi dua bagian atas dan bawah. Bagian atas terdapat angka pecahan sedangkan bagian bawah terdapat gambar yang menjelaskan tentang angka pecahan tersebut.
Berdasarkan paparan di atas, media kartu pecahan memiliki beberapa tujuan. Melalui penggunaan media kartu pecahan siswa dapat mendalami konsep membandingkan pecahan sederhana. Media kartu pecahan juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membandingkan pecahan sederhana. Selain itu media kartu pecahan dapat meningkatkan daya ingat siswa.
John D Latuheru (1998: 15) mengemukakan kelemahan permainan kartu sebagai berikut:
a. Ketepatgunaan (efektivitas) belajar melalui permainan tergantung dari materi yang dipilih khusus serta bagaimana memanfaatkannya.
b. Penggunaan bahan untuk permainan biasanya memerlukan suatu pengaturan khusus, bila ada siswa yang tidak melakukan, biasanya mengganggu atau menghambat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.
c. Bahan permainan mungkin sekali membutuhkan biaya yang cukup besar serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
d. Membutuhkan adanya diskusi-diskusi sesudah permainan dan itu dilaksanakan demi keberhasilan pembelajaran tersebut.
e. Waktu dalam hal ini merupakan rintangan yang sangat berarti, belajar secara induktif memang membutuhkan waktu jika dibanding dengan mengajar secara langsung.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran di dapat diartikan sebagai proses menambah pengalaman siswa guna memperoleh sebuah pengetahuan baru.. Berdasarkan hasil penelusuran pada daftar nilai ulangan harian tahun 2016/2017 dan hasil observasi yang dilakukan, menunjukkan adanya permasalahan yang muncul pada pembelajaran matematika di SDN 019 Sungai Beringin. Permasalahan tersebut hasil belajar siswa yang kurang memenuhi target KKM SD negeri 019 Sungai Beringin pada materi pecahan sederhana. Penggunaan media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam menjelaskan konsep materi pecahan sederhana banyak media pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah media pembelajaran kartu pecahan. Media kartu pecahan adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pecahan sederhana. Media kartu pecahan digunakan melalui sebuah permainan kartu. Dalam permainan kartu pecahan siswa dibagi menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Permainan kartu tersebut dilakukan secara bergiliran dan berulang. Sehingga akan meningkatkan daya ingat siswa dalam membandingkan pecahan sederhana. Dengan demikian hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan sederhana akan meningkat.
Hipotesis
Memperhatikan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: “penggunaan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suyadi (2010: 22) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran. Model Kemmis dan Mc. Taggart (Suwarsih Madya, 2007: 25) yang setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Desain Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai tujuan utama. Tujuannya yaitu meningkatkan hasil belajar matematika Kelas III.B pokok bahasan bilangan pecahan.
Dalam proses penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart (Suwarsih Madya, 2007: 25) yang setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait.
Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini yaitu
A. Tahap Prasiklus
B. Tahap siklus: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi.
Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 019 Sungai Beringin Jalan Tanjung Harapan Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari s/d Maret 2017.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin dengan jumlah siswa 24 orang. Siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 14 siswa sedangkan siswa yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 10 siswa. Selain itu subjek penelitian ini juga adalah guru Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika materi pecahan sudah dilakukan dengan menggunakan media kartu pecahan.
Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes yang digunakan pada penelitian ini berupa tes tertulis dan bersifat essay.
b. Observasi
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan secara langsung. Observasi digunakan untuk mengetahui penerapan media kartu pecahan sudah dilaksanakan seperti seharusnya atau belum.
Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Soal Tertulis
Tes digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan dengan menggunakan media kartu pecahan. Soal tes yang diujikan berupa soal essay yang terdiri dari 10 soal.
b. Lembar Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai terlaksananya kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media kartu pecahan.
Teknik Analisis Data
Analisis data untuk hasil tes tertulis, dihitung dengan mencari rata-rata nilai (rerata) digunakan untuk mengetahui rata-rata kelas. Rumus mean (M) menurut Sumardi Suryabrata (1983:81) sebagai berikut:
Rumus yang digunakan untuk mengitung presentase siswa yang lulus adalah sebagai berikut:
Dimana f adalah jumlah keseluruhan bilangan dan n adalah banyaknya nilai.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini apabila:
a. Nilai rata-rata hasil belajar siswa ≥ 65.
b. Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 minimal mencapai ≥ 70% dari jumlah siswa dengan kriteria klasifikasi minimal cukup.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data awal berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa sebelum dikenai tindakan pembelajaran menggunakan media kartu pecahan. Rerata kelas 59,8 nilai tertinggi 85, dan nilai terendah 35.
Siklus I
Penelitian pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya adalah 6 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 01 Maret 2017, guru menjelaskan materi pecahan sederhana dengan menggunakan demonstrasi buah apel dan media kartu pecahan. Kegiatan inti guru mengenalkan pecahan sederhana berdasarkan demontrasi buah apel yang sudah dilakukan dan menggunakan media kartu pecahan. Media kartu pecahan digunakan siswa untuk mengklasifikasikan pecahan sederhana berdasarkan penyebutnya. Selain itu media kartu pecahan digunakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang cara membandingkan pecahan. Media kartu pecahan tersebut digunakan melalui sebuah permainan. Berdasarkan data hasil penelitian, masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yang masih minimal yaitu 68,3. Sedangkan nilai tertinggi 97,5 dan nilai terendah 32,5. Sehingga masih ada perbedaan yang cukup jauh antara nilai tertinggi dengan nilai terendah. Berdasarkan data hasil penelitian, menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang mendapatkan nilai antara 90-100 kriteria sangat baik 4 siswa (17,4%), nilai antara 79-89 kriteria baik 4 siswa (17,4%), nilai antara 68-78 kriteria cukup 5 siswa (21,7%), nilai antara 57-67 kriteria kurang 6 siswa (26,2%), dan nilai antara >56 kriteria sangat kurang 4 siswa (17,4%). Dari hasil tindakan siklus I yang telah teurai seperti di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi pecahan sederhana kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana telah mengalami peningkatan. Tetapi tindakan pada siklus I belum memenuhi nilai target yang ingin dicapai. Maka penelitian harus dilanjutkan pada tindakan siklus ke -2. Pada tahap siklus I Siswa nampak antusias dalam melakukan permainan kartu pecahan. Siswa juga nampak lebih aktif dan kondusif dalam melakukan permainan kartu pecahan. Selain itu siswa juga dapat menunjukkan sikap adil, kerja sama, dan toleransi. Sikap adil tersebut ditunjukkan siswa pada saat membagi kartu pecahan di dalam kelompoknya secara adil.
Siklus II
Pembelajaran pada siklus II pertemuan I materi yang disampaikan kepada siswa adalah membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan kartu pecahan dan melalukan permainan kartu pecahan. Sedangkan pada pertemuan II pada mata pelajaran matematika mengulangi menjelaskan tentang membandingkan pecahan sederhana secara detail dengan menggunakan media kartu pecahan yang dilakukan melalui sebuah permainan. Pada siklus ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Berdasarkan data hasil penelitian bahwa >70% hasil belajarnya sudah melebihi KKM. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yaitu 82,9 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Berikut ini adalah tabel klasifikasi hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada siklus II pertemuan I. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang mendapatkan nilai antara 90-100 kriteria sangat baik 6 siswa (25%), nilai antara 79-89 kriteria baik 11 siswa (45,8%), nilai antara 68-78 kriteria cukup 6 siswa (25%), nilai antara 57-67 kriteria kurang 1 siswa (4,2%), dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara >56 kriteria sangat kurang.
Berdasarkan data hasil penelitian, perbandingan hasil belajar matematika siswa pada pra tindakan yang telah tuntas sebanyak 8 siswa (33,3%) sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 siswa (66,7%) dan jumlah siswa adalh 24 siswa. Pada siklus I yang telah tuntas sebanyak 13 siswa (56,5%) sedangkan yang belum tuntas adalah 10 siswa (43,5%). Pada siklus II yang telah tuntas sebanyak 23 siswa (95,8%) sedangkan hanya 1 siswa yang belum tuntas (4,2%). Peningkatan hasil belajar matematika pada Kelas III.B pra tindakan dengan siklus I sebesar 8,3 (dengan rata-rata nilai pada pra tindakan sebesar 59,8 sedangkan pada siklus I sebesar 68,3). Peningkatan hasil belajara matematika dari siklus I dan siklus II sebesar 14,6 (dengan rata-rata nilai pada siklus I sebesar 68,3 sedangkan pada siklus II sebesar 82,9). Sementara peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana dari sebelum diberi tindakan sampai dengan siklus II sebesar 23,1 (dengan rata-rata nilai pada pra tindakan sebesar 59,8 sedangkan pada siklus II sebesar 82,9). Selama proses pembelajaran berlangsung siswa dapat mengikuti dari awal sampai akhir dengan baik. Siswa dapat secara aktif berdiskusi dengan guru ,dapat mengerjakan semua tugas serta siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa tidak tampak mengalami kesulitan. hal tersebut dibuktikan dengan siswa dapat mengerjakan soal secara tepat waktu.
Dari hasil tindakan siklus II yang telah terurai seperti di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi pecahan sederhana kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana telah mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut sudah memenuhi target yang ingin dicapai. Dengan demikian penelitian sudah tidak dilanjutkan atau berakhir. Penelitian ini berakhir dengan meningkatnya hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika materi pecahan dengan menggunakan media kartu pecahan pada siswa Kelas III.B SD Negeri 019 Sungai Beringin dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa dari prasiklus/tes awal prestasi siswa masih rendah karena di bawah KKM yaitu rata-rata kelas mencapai nilai 59,8. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran matematika menggunakan media kartu pecahan menunjukkan hasil belajar matematika dari rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 68,3 sudah mencapai KKM namun masih pada kriteria sedang dan ketuntasan belajar masih 56,5% belum mencapai 70% maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai nilai 82,9 sudah termasuk kriteria baik. Ketuntasan belajar siswa juga sudah tuntas dengan persentase ketuntasan 95,8% melebihi kriteria ketuntasan minimum yaitu 70%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru Kelas III.B
Hendaknya terus berusaha dalam menyiapkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif supaya pembelajaran lebih bervariasi dan tidak monoton menggunakan paradigma lama sehingga anak tidak bosan.
2. Bagi Siswa
Untuk selalu fokus dalam mengikuti pelajaran menggunakan media kartu pecahan supaya hasilnya lebih optimal. Selain itu siswa juga harus selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran karena dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan oleh guru.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya menyediakan buku-buku mengenai media pembelajaran sehingga dapat digunakan guru sebagai acuan dalam menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran.
b. Hendaknya memberikan arahan dan motivasi kepada guru untuk menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
c. Hendaknya menyediakan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran di SD Negeri 019 Sungai Beringin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fauzi. (2004). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Azhar Arsyad (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dwi Siswoyo, dkk (2007). Ilmu Pendidikan. Kecamatan Tembilahan: UNY Press.
Eko Putro Widoyoko (2010). Evaluasi Program Pembelajaran. Kecamatan Tembilahan: Pustaka Pelajar.
Gatot Muhsetyo (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hirdjan (1997). Permainan Matematika 7 Operasi Bilangan Kartu Matematika. Kecamatan Tembilahan: FPMIPA IKIP Kecamatan Tembilahan.
John D Latuheru (1998). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Joyce, B.; Weil, M.; Showers, B (1992). Models of Teaching (4th Ed). Boston: Allyn and Bacon.
Lenterak (2011). Pembelajaran Matematika di SD. Diakses melalui http://lenterakecil.com/pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar/. Pada tanggal 05 Januari 2017 pukul 15.00 WIB.
Marsigit. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran. Diakses melalui http://pbmmatmarsigit.wordpress.com/2008/12/pengembangan-model-pembelajaran.html. pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 13.00 WIB
. (2016). Perencanaan Pembelajaran Matematika. Diakses melalui http://powermathematics.blogspot.com/2008/11/perencanaan-pembelajaran-matematika.html. pada tanggal 30 Januari 2017 pukul 11.00 WIB.
. (2016). Pembelajaran Matematika Realistik. Diakses melalui http://powermathematics.blogspot.com. Pada tanggal 30 Januari 2017 pukul 13.00 WIB.
Osman T. dkk (2007). Matematika Kelas 3 Sekolah Dasar. Jakarta: Quadra.
Purwanto (2010) Evaluasi Hasil Belajar. Kecamatan Tembilahan: Psutaka Pelajar.