Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode STAD
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI LUAS BANGUN DATAR SEDERHANA
MELALUI METODE STAD KELAS V SEMESTER I SDN SAMBONGREJO, NGAWEN, BLORA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Puryoto
SDN Sambongrejo, Ngawen, Blora
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) untuk mengetahui pelaksanaan upaya meningkatkan hasil belajar matematika, 2) untuk mengetahui metode STAD pada pelajaran matematika, 3) untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan metode STAD guna meningkatkan hasil belajar matematika. Teknik penelitian menggunakan metode STAD diterapkan pada proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 pembelajaran menggunakan metode STAD ternyata masih belum memenuhi harapan peneliti, karena dibuktikan dari hasil penelitian masih ada siswa yang belum tuntas. Maka peneliti melakukakan pembelajaran siklus 2 mulai dari rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, dengan tujuan perbaikan siklus 1 menghasilkan penambahan perbaikan langkah-langkah oleh peneliti pada pembelajaran siklus 2. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil Belajar siswa Kelas V Semester I pada mata pelajaran matematika dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode STAD. Peningkatan nilai rata-rata secara berturut-turut dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu: 66,67; 81,67; 89,17. Tingkat ketuntasan belajar matematika siswa kelas V yang semula pada kondisi awal sebesar 33,6% menjadi 75% pada siklus I dan dapat ditingkatkan lagi menjadi 100% pada siklus II. Dari hasil siklus 2 semua siswa sudah mendapat nilai tuntas, peneliti sudah mencapai hasil penelitian yang diinginkan dengan menggunakan metode STAD. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi menghitung luas bangun datar sederhana (trapesium dan layang-layang) kelas V semester I.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Luas Bangun Datar Sederhana, Student Teams Achievement Division (STAD)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
|
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sehingga dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat merancang dan menciptakan suasana belajar yang bermakna agar tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hendaknya guru mendesain dan menentukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk berinteraksi secara kooperatif dan berkompetisi tanpa kehilangan kemandiriann belajar dalam pendidikan.
Indetifikasi Masalah
Hal di atas didukung dengan data hasil belajar siswa di kelas V. Dari 30 siswa ditemukan 12 siswa (40%) mengalami ketuntasan belajar dari rata-rata ulangan harian yang telah mencapai KKM. Sedangkan 18 siswa (60%) mengalami ketidaktuntasan dalam pembelajaran Matematika dengan perolehan nilai dibawah KKM 75.
Peserta didik dirasa kurang mampu untuk memahami materi membutuhkan kreatifitas yang tidak monoton sehingga peserta didik masih kesulitan pada saat mengerjakan latihan soal dan antara materi dan evaluasi sering tidak signifikan sangat dibutuhkan inovasi Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam proses belajar mengajar.
Analisis Masalah
Berdasakan identifikasi masalah tersebut diatas, penulis menganalisis bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika adalah: pembagian kelompok tidak didasarkan pada kemampuan kognitif, ras dan gender, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran atau teacher centered, siswa belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kerja kelompok, tidak disampaikan langkah-langkah pembelajaran secara berkelompok, tidak adanya peran siswa sebagai tutor sebaya dalam mempelajari dan menguasai materi pembelajaran secara bersama-sama,dan belum menggunakan media pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada hasil pembelajaran Matematika yang rendah.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berupaya untuk meningkatkan pembelajaran Matematika dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar Matematika materi luas bangun datar dengan Student Teams Achievement Divisions (STAD) kelas V semester I SDN Sambongrejo tahun pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis tersebut guru belum memberdayakan seluruh metode maupun model pembelajaran yang ada. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana efektifitas pelaksanaan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi luas bangun datar kelas V semester I?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka akan ditetapkan tujuan perbaikan sebagai berikut: Untuk mengetahui efektifitas hasil belajar dalam melaksanakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran matematika materi luas bangun datar kelas V semester I.
Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 (empat), diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Dapat mengembangkan dan memperbaiki pola pembelajaran yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik
b. Dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan
c. Dapat memotivasi guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik
d. Dapat meningkatkan tanggung jawab Guru dan Peserta terhadap tugasnya secara professional.
2. Bagi Guru
a. Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi
b. Dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
c. Membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
d. Dapat memperbarui sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.
3. Bagi Sekolah.
a. Menciptakan sistem pembelajaran ilmiah, mengerti dan lengkap.
b. Ditemukannya salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk pelaksanan kegiatan belajar.
c. Penelitian ini dilakukan sebagai momentum refleksi diri bagi sekolah tempat penelitian, baik sebelum ataupun sesudah adanya penelitian.
4. Bagi Perpustakaan
Bagi Perpustakaan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan dilakukan oleh peneliti lain dan juga menambah kelengkapan karya ilmiah di perpustakaan.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Hakekat Belajar
Menurut Moh. Surya (dalam Uno, 2011: 139), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Thorndike (1998) belajar adalah membentuk pola hubungan antara stimulus dan respon yang diberikan. Thorndike juga berprinsip dalam belajar “lakukan hal yang menyenangkan dan hindari hal yang membosankan†(hukum law of effect). Rasa senang dan puas dapat diperoleh siswa setelah ia mendapatkan pujian atau reward atas prestasi yang dicapai. Kesuksesan yang diraih akan mengantarkannya untuk mendapatkan prestasi yang berikutnya. Belajar akan berhasil jika siswa telah siap melaksanakan kegiatan belajar.Menurut Hamdani (2011: 21), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik.Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan – rangsangan individu yang dikirim padanya oleh lingkungan.
Pembelajaran
Gagne dan Briggs (1979) berpendapat Pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan, dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran Matematika
Kata Matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980:148).
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda menurut Reigaluth dan Merril (dalam Uno, 2009: 16). Selanjutnya menurut Suprijono (2009: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Selain beberapa pendapat diatas hasil belajar juga dikemukakan oleh (Anitah, 2009: 2.19), bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil belajar selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Students Team Achievement Division ( STAD)
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) menurut Subadi (2010: 133) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Anita (Widyantini 2008: 4) memaparkan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok dan menekankan kerjasama di dalam kelompok tersebut.
Kerangka Berfikir
Menurut Azis (2009) pembelajaran matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekan pada perolehan hasil dan mengabaikan pada proses. Akibat dari pembelajaran yang hanya menekankan hasil adalah hasil yang dicapai tidak tahan lama atau anak akan mudah lupa pada materi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. hal tersebut didukung oleh pendapat Zamroni (Supinah 2009: 3) bahwa orientasi pendidikan di Indonesia cenderung menempatkan siswa sebagai objek dan materi pembelajaran yang bersifat subject oriented, guru bersifat otoriter serta manajemen yang sentralis. Dari gambaran tersebut tampak bahwa pembelajaran belum mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang menekankan pada perolehan hasil serta menempatkan siswa sebagai objek akan menjadikan siswa mudah lupa materi pembelajaran yang diberikan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka diperoleh hipotesis tindakan dari penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas V SD Negeri Sambongrejo.
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Sambongrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 15 siswa putra dan 15 siswa putri.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V semester I SDN Sambongrejo tahun pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan tempat penelitian di SDN Sambongrejo karena peneliti mengajar di SDN tersebut.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 September 2017 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017.
4. Pihak Yang Membantu Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh teman peneliti, dari SDN Sambongrejo.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Tahapan pra PTK di atas sangatlah penting karena merupakan cerminan dari masalah yang dihadapi oleh guru selama mengajar di kelas. Berangkat dari PTK inilah suatu rencana tindakan dibut. Selanjutnya proses tindakan memasuki fase atau tahapan siklus.i. Menurut Kemmis dan Taggart (Sukajati 2008: 16) prosedur penelitian tindakan kelas dirinci dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Pra Siklus
Dalam kegiatan pembelajaran di atas semua diamati dengan cermat oleh peneliti dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran, terutama hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut: a) Hampir semua siswa kurang memahami konsep luas bangun datar. b) Dari hasil ter evaluasi rata-rata hasilnya kurang memuaskan.
Dari hasil temuan di atas, dimana siswa kurang memahami konsepluas bangun datar dan hasil tes evaluasi rata-rata kurang memuaskan. Maka peneliti langsung melakukan intervensi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menganalisa kurikulum, program pembelajaran, jadwal pelajaran, buku sumber, sarana pembelajaran, dan metode pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran berupa rencana tindakan akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya sehingga dalam siklus berikutnya pelaksanaan pembelajaran akan lebih baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pra Siklus
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif Pra Siklus Mata Pelajaran Matematika
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
|
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
4 |
13% |
|
2. |
75-84 |
B |
Baik |
8 |
27% |
|
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
6 |
20% |
|
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
12 |
40% |
|
5. |
< 50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
|
Jumlah |
30 |
100% |
||||
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 13% atau 4 siswa. Yang mendapat nilai B (Baik) sebanyak 27% atau sebanyak 8 siswa, dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 20% atau 6 siswa, dan yang mendapat nilai kurang sebanyak 40% atau 30 siswa, sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang 0% atau 0 siswa.
Siklus 1
Tabel 4.4. Rekapitulasi nilai ulangan formatif siklus I
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
|
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
10 |
33% |
|
2. |
75-84 |
B |
Baik |
11 |
37% |
|
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
9 |
30% |
|
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
|
5. |
< 50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
|
Jumlah |
30 |
100 |
||||
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (Sangat Baik) adalah 10 siswa, atau 33% sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 11 siswa, atau 37%.Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak 9 siswa, atau 30% sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 0 siswa,atau 0% sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) sebanyak 0% atau 0 siswa.
Siklus 2
Tabel 4.7 Rekapitulasi nilai ulangan formatif siklus II
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
|
1. |
86-100 |
A |
Sangat baik |
15 |
50% |
|
2. |
75-85 |
B |
Baik |
15 |
50% |
|
3. |
6-74 |
C |
Cukup |
0 |
0% |
|
4. |
54-65 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
|
5. |
< 50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
|
Jumlah |
30 |
100% |
||||
Yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 15 siswa, atau 50%. Sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 15 siswa, 50%, dan yang mendapat nilai cukup (C) 0 siswa, 0% sedangkan yang mendapat nilai D adalah 0% atau 0 siswa dan yang mendapat nilai E tidak ada atau 0%, sedangkan nilai rata-ratanya 0%. Ketuntasan Belajar pada silkus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 11 dibawah ini.
PEMBAHASAN
Pembahasan Pra Siklus
Pada awalnya siswa kelas V nilai rata-rata pelajaran matematika sangat rendah khususnya dalam Luas bangun datar, yang jelas salah satunya disebabkan karenanya kompetensi yang harus di kuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 30 siswa terdapat 12 siswa atau 40% yang baru mencapai ketuntasan sedangkan 18 siswa atau 60% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk Kompetensi Dasar menghitungluas bangun datar dan layang-layang yang telah ditentukan KKM yaitu 75 sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi 90 terendah 50 dengan rata-rata kelas sebesar 70,00.
Pembahasan Siklus I
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (Sangat Baik) adalah 10 siswa, atau 33% sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 11 siswa, atau 37%.Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak 9 siswa, atau 30% sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 0 siswa,atau 0% sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) sebanyak 0% atau 0 siswa.
Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 30 siswa terdapat 21 siswa (70%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 9 siswa (30%) belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 terendah 70 dengan nilai rata-rata 80,67.
Pembahasan Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 15 siswa atau 50%. Sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 15 siswa 50% dan yang mendapat nilai cukup (C) 0 siswa, atau 0% sedangkan yang mendapat nilai D adalah 0% atau 0 siswa dan yang mendapat nilai E tidak ada atau 0%, sedangkan nilai rata-ratanya 0%.
Tabel 4.10. Perbandingan hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Pra Siklus |
Model Siklus I |
Model Siklus II |
1 |
85-100 |
A |
Sangat baik |
4 |
10 |
15 |
2 |
75-84 |
B |
Baik |
8 |
11 |
15 |
3 |
65-74 |
C |
Cukup |
6 |
9 |
0 |
4 |
55-64 |
D |
Kurang |
12 |
0 |
0 |
5 |
≤ 50 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
30 |
30 |
30 |
Tabel 4.11. Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata pra siklus siklus I dan siklus II
No |
Uraian |
Jumlah Siswa |
||
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
||
1. |
Pra Siklus |
12 |
18 |
70,00 |
2. |
Siklus I |
21 |
9 |
80,67 |
3. |
Siklus II |
30 |
0 |
88,67 |
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan metode STAD dalam upaya meningkatkan hasil belajar Matematika materi Luas bangun datar sangat dibutuhkan agar siswa aktif mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan metode STAD dapat meningktkan hasil belajar mata pelajaran Matematika khususnya kompetensi dasar menghitungluas bangun datar dan layang-layang, siswa kelas V SDN Sambongrejo efektif.
2. Tekhnik penggunakan metode STAD yang diterapkan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya aktifitas belajar siswa dan juga hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi siswa yaitu pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat dari 21 siswa atau 70% meningkat menjadi 30 siswa atau 100%. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan membangkitkan minat proses pembelajaran yang ditumbuhkan dari siswa yang inovatif.
3. Efektifitas metode STAD kelas V semester I dalam meningkatkan hasil belajar telah berhasil. Dari target yang diinginkan yaitu ≥85% dari 30 siswa, yang memperoleh nilai ≥85 sebanyak 30 siswa atau 100%. Karena keefektifitasan sudah terbukti dan disajikan oleh peneliti secara langsung dalam tahapan 2 siklus.
Saran
Saran yang ingin disampaikan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Bagi Guru
Bagi guru sebaiknya dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak bosan dan jenuh. Sebaiknya dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak cepat monoton dalam mengikuti pembelajaran. Guru sebaiknya juga memberikan motivasi pada siswa sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru dan hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik.
Bagi Kepala Sekolah
Bagi Kepala sekolah diharapkan dapat memotivasi para guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik, serta meningkatkan tanggung jawab guru terhadap tugasnya secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, Solichan, 2002. Matematika (Bahan Ajar Pelatihan Guru Kelas SD). Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional.
Aqib, Zainal. 2010. Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsini. 1993, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994. Garis-garis Besar Pengajaran (GBPP) Matematika SD. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Aziz. 2009. Problematika Pembelajaran Matematika SD. http://azisgr.blogspot.com/2009/05/problematika-pembelajaran-matematika-sd.html.
Choto. 2010. Hakikat Matematika. http://aanchoto.com/2010/09/hakikat-matematika/.
Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdiknas. 2007. Standar Isi
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Febrianto, Dian Eko. 2012. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). http://dianeko18.blogspot.com/2012/05/model-pembelajaran-student-teams.html.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hopkins, David. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)
Muhsetyo, Gatot. Dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rahajeng. 2011. Kesulitan Belajar Matematika di SD. http://fkip.widyamandala.ac.id/berita/brita-fkip/kesulitan-belajar-matematika. html.
Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
……………………….. 1995. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Online di http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan pembelajaran.html
Subadi, Tjipto. 2010. Lesson Study Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Suatu Model Pembinaan Menuju Guru Profesional. Surakarta: Badan Penerbit FKIP-UMS.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.