Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Discovery Learning
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI VIRUS
MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING
PADA SISWA KELAS X MIPA 2 SEMESTER 1
SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Lina Artuty Widyasari
SMA Negeri 3 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) Aktivitas KPS siswa dalam proses pembelajaran materi virus menggunakan model discovery learning pada siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo. (2) Hasil belajar materi virus melalui penggunaan model discovery learning pada siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. (3) Perubahan perilaku siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 sebagai dampak penerapan model discovery learning. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun pelajaran 2018/2019 sejumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, tes, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas KPS siswa. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata aktivitas KPS siswa yang semula 61,11% pada siklus I, meningkat menjadi 88,89% pada siklus II. Penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan tingkat ketuntasan materi virus. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73,19 pada Siklus I, menjadi 80,41 pada Siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 57,78% pada Siklus I, menjadi 91,67% pada Siklus II. Perubahan perilaku yang ditunjukkan siswa sebagai dampak dari pembelajaran materi virus menggunakan model discovery learning adalah semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mempelajari materi virus. Siswa kelas X MIPA 2 mengalami peningkatan perilaku dalam mengikuti proses pembelajaran materi virus di setiap siklusnya, yaitu 72,22% pada siklus I, menjadi 91,67% pada siklus II. Penelitian ini disimpulkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas KPS siswa, hasil belajar dan tingkat ketuntasan siswa materi virus, serta perubahan perilaku siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Discovery Learning, Virus, Motivasi, Hasil belajar
ABSTRACT
This research aims to increasing: (1) Student science proses skill activities in the learning process off materials virus using discovery learning models for student of class X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo in academic years 2018/2019. (2) Learning outcomes of materials Virus through the use of discovery learning models for student of class X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo in academic years 2018/2019. (3) Changes in students behavior of class X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo in academic years 2018/2019 as the impact of implementating discovery learning models. This research is Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles. The subject of research is the grade X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo academic years 2018/2019 consisting of 36 students. Data collection technique by observation, interview, test, and analytical data. Data validity uses triangulation method. Data analysis uses comparative description technique and critical analytis. The results of study shown that the discovery learning model can improve the science proses skill acticvity of student. This is shown by increasing value student activity who where originally 61,11% in the Cycle I, increased to 89,00% in Cycle II. The use of discovery learning can improve learning outcomes and the level of completenessof virus material. This is indicated by the increase in the average value of learning outcomes obtained by students and the level of mastery of students learning in each cycle of actions taken. The average value of the student learning outcomes has increased from 73.19 in Cycle I, to 80.41 in Cycle II. Student learning completeness has increased from 57.78% in cycle I, to 91.67% in Cycle II. Behavior changes shown by student as an impact of virus learning using discovery learning models is the increasing motivation of students to study virus. Class X MIPA 2 students experienced an increase in behavior in following the virus learning process in each cycle, from 72,22% in Cycle I, increasing to 91,67% in Cycle II. The research concluded that discovery learning models can improve the acitivity of students’ science process skill, learning outcomes and the level of student completeness in materials virus, as well as changes in behavior of sudents class X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo academic years 2018/2019.
Keywords: Discovery Learning, Virus, Motivation, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu biologi sebagai proses, biologi sebagai produk, dan biologi sebagai sikap. Membelajarkan biologi idealnya mencakup ketiga aspek tersebut. Belajar biologi bukan hanya sekadar proses transfer ilmu dari guru, tetapi merupakan sebuah proses untuk mencari, menemukan secara aktif, dan berbagi pengetahuan yang telah diperoleh sehingga terjadi peningkatan pemahaman. Proses untuk menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep melalui kegiatan-kegiatan ilmiah seperti observasi dan eksperimen akan membiasakan siswa berpikir tingkat tinggi dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Kaitannya dengan pembelajaran di sekolah, sebagian besar materi biologi bersifat abstrak dan imajinatif. Padahal, kemampuan berpikir abstrak yang dimiliki siswa berbeda-beda. Siswa kesulitan mempelajari materi virus karena strukturnya tidak bisa diamati secara langsung, prosesnya berada di dalam sel inang, serta keterbatasan referensi yang dimiliki. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Akibatnya, nilai hasil belajarnya rendah. Demikian juga yang terjadi pada siswa kelas X MIPA 2 semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran, motivasi belajar siswa rendah sehingga dalam proses pembelajaran pasif, sulit memahami materi, dan belum ada kerjasama. Dari 36 siswa, 10 siswa (27,8%) mendapat nilai di atas KKM dan 26 siswa (72,22%) mendapat nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata kelas 68,194.
Berdasarkan permasalahan yang ada, guru perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan dan mengembangkan berbagai model, metode, dan strategi mengajar yang sesuai. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada produk tetapi didasarkan pada proses, sehingga siswa yang awalnya hanya menghapalkan konsep-konsep menjadi membangun konsep-konsep yang diperolehnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi keterampilan proses sains, mendorong konstruktivisme siswa, dan meningkatkan kemampuan metakognitif adalah model Discovery Learning. Bruner (1967) menyatakan Dicovery Learning bertujuan untuk memberikan kesempatan siswa mengoleksi, mengorganisasi, dan menganalisis data atau bahan yang dipelajari yang kemudian digeneralisasi menjadi suatu bentuk akhir. Model Discovery Learning memiliki 5 tahapan yang dapat melatih siswa belajar sesuai dengan metode ilmiah, yaitu orientation, hypotesis generation, hypotesis testing, conclusion, regulation and evaluation (Vermaans, 2003). Melalui model Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui serangkaian kegiatan ilmiah sehingga siswa lebih cepat memahami konsep-konsep. Pengetahuan yang diperoleh siswa berdasarkan pengalaman menjadi lebih bermakna dan kuat dalam memori jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Menurut beberapa hasil penelitian, model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Fitri Astuti (2015) menyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model Guided Discovery Learning lebih mudah memahami materi karena membangun konsep dengan proses mental sendiri. Penelitian Azhari (2015) menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada materi system respirasi karena penerapan model Discovery Learning mempengaruhi kesiapan dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Virus melalui Model Discovery Learning pada Siswa Kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun pelajaran 2018/2019â€.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembelajaran materi virus melalui model Discovery Learning pada Siswa Kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apakah model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi virus pada siswa kelas X MIPA 2 semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019?
3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar materi virus melalui model Discovery Learning pada siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?
Tujuan
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran materi virus menggunakan model Discovery Learning pada siswa kelas X MIPA 2 semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
2. Meningkatkan hasil belajar materi virus melalui model Discovery Learning pada siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
3. Perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar materi virus melalui model Discovery Learning pada siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI & HIPOTESIS
Belajar dan Pembelajaran Biologi
Soetomo (1993:46) berpendapat belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap, dan lain-lain. Galloway dalam Sukamto (1997:27) juga mengemukakan pendapat yang sama yaitu belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang merupakan pola baru dari reaksi berupa kepandaian, kecakapan, sikap kebiasaan, atau suatu pengertian yang dihasilkan dari proses terjadinya hubungan antara stimulus/rangsangan dengan unsur di luar individu dan potensi yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Dengan adanya dua faktor tersebut maka proses dan hasil belajar yang dicapai oleh setiap orang akan berbeda-beda.
Dewi (2008:92) mengatakan: pembelajaran sains mengandung 3 dimensi penting, yaitu muatan sains, yang berisi fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi kedua adalah keterampilan proses sains artinya mengajarkan keterampilan yang nantinya akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ketiga adalah karakteristik dari sikap dan watak ilmiah seperti keingintahuan, antusiasme yang tinggi dalam bertanya untuk memecahkan masalah.
Teori Belajar dalam Sains
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori pemrosesan informasi, teori psikologi kognitif Bruner, dan lainnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang sempurna. Siswa perlu menggunakan pengalaman dalam mengartikan atau memberi makna terhadap materi yang telah diajarkan hingga menemukan pengetahuan baru. Pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri (Slavin 2008:18).
Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna diartikan sebagai suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. (Dahar, 1989). Proses belajar bermakna sangat relevan dengan model discovery learning yang memiliki karakteristik bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika siswa dapat mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan pengalaman yang didapat. Pembelajaran menggunakan model discovery learning menuntut siswa tidak sekedar hapal terhadap konsep-konsep biologi, tetapi juga mengkaitkan konsep yang dipelajari dengan pengalaman nyata yang dimiliki siswa untuk membangun konsep baru.
Teori belajar Gagne
Gagne dalam Indrawati (2001:35) menyatakan hasil-hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi-kondisi internal dan eksternal yang diciptakan guru berhasil. Kondisi internal berupa pernyataan-pernyataan internal siswa dan proses kognitif, hasil-hasil belajar yang diharapkan adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan teknik kognitif. Pembelajaran dengan model discovery learning menggunakan pemrosesan informasi oleh siswa, sehingga teori Gagne relevan dijadikan landasan teori.
Teori belajar Piaget
Pembelajaran menggunakan model discovery learning pada materi virus dapat dilakukan pada siswa SMA karena sudah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara simultan maupun berurutan. Pertimbangannya adalah siswa SMA (usia 15-18 tahun) sudah dapat melakukan analisis serta berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir, mengkaitkan konsep-konsep, serta bekerja secara sistematis dan efektif.
Discovery Learning
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa dalam model Discovery Learning menurut Veermans (2003) meliputi lima sintaks, yaitu; orientation, hypothesis generation, hypothesis testing, conclution, dan regulation. Semua sintaks pada model Discovery Learning dapat melatihkan ketrampilan proses sains siswa.
Hasil Belajar
Prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar yang telah dicapai siswa setelah terjadi proses pembelajaran melalui suatu proses evaluasi. Menurut Benyamin S. Bloom ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian sebagai bagian dari program pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Asesment adalah proses pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Selain itu, tes prestasi belajar juga dapat digunakan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran agar dapat melakukan evaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk penyelenggaraan proses pembelajaran selanjutnya.
Hipotesis Tindakan
Penerapan model Discovery Learning diduga:
1. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran materi virus pada siswa kelas X MIPA 2 semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
2. Dapat meningkatkan hasil belajar materi virus pada siswa kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
3. Dapat memberikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran materi virus kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo sejumlah 36 siswa yang memiliki nilai hasil belajar paling rendah dibandingkan kelas MIPA yang lain. Nilai hasil belajar diketahui dari tes hasil belajar materi sebelumnya yaitu klasifikasi makhluk hidup. Penelitian dilaksanakan di Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan, yakni bulan Juli sampai dengan Desember 2018. Jenis data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi wawancara dengan siswa dan guru, observasi pada waktu tindakan penelitian, dan dokumen atau arsip yang dimiliki oleh guru, serta hasil tes siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dengan guru dan siswa, teknik tes, serta analisis dokumen.
Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa taknik yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif dan teknik analisis deskriptif komparatif. Adapun indicator keberhasilan dari penelitian ini adalah 80% siswa X MIPA 2 memiliki aktivitas KPS tinggi, hasil belajar dan ketuntasan di atas KKM, serta motivasi belajar yang tinggi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Peningkatan aktivitas KPS dan motivasi siswa dalam pembelajaran virus menggunakan model discovery learning dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Aktivitas KPS dan Motivasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
No |
Uraian |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Aktivitas KPS Siswa Tinggi |
15 |
41,67 |
22 |
61,11 |
32 |
88,89 |
2. |
Motivasi Siswa Tinggi |
19 |
52,77 |
26 |
72,22 |
33 |
91,67 |
Data peningkatan aktivitas KPS siswa dan perubahan perilaku siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II disajikan dalam diagram berikut:
Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No. |
Nilai Hasil Belajar |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1. |
Nilai Terendah |
55 |
60 |
65 |
2. |
Nilai Tertinggi |
80 |
85 |
90 |
3. |
Nilai Rata-rata |
68,194 |
73,194 |
80,41 |
Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No |
Ketuntasan Belajar |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Tuntas |
10 |
27,78 |
19 |
52,78 |
33 |
91,67 |
2. |
Belum Tuntas |
26 |
72,22 |
17 |
47,22 |
3 |
8,33 |
Jumlah |
36 |
100 |
36 |
100 |
36 |
100 |
Data peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran biologi materi “Virus†dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:
Pembahasan
Penggunaan model Discovery Learning pada siswa Kelas X MIPA 2 berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 61,11% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 88, 89% pada siklus II.
Penggunaan media bantu virus 3D yang dapat memvisualkan virus disertai dengan syntax model discovery learning yang mengoptimalkan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa menjadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat membantu seluruh tipe siswa dalam belajar baik tipe auditory, tipe visual, maupun tipe kinetik sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan seluruh konsep yang dihasilkan secara konstruksi akan terekam kuat dalam memori siswa. Dampak akhirnya tentu saja peningkatan hasil belajar materi virus seperti yang diharapkan.
Perubahan perilaku yang ditunjukkan siswa sebagai dampak dari pembelajaran materi virus menggunakan model Discovery Learning adalah semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mempelajari materi virus, dan meningkatnya kerjasama antar siswa. Siswa kelas X MIPA 2 mengalami peningkatan perilaku dalam mengikuti proses pembelajaran materi virus di setiap siklusnya, yaitu pada siklus I adalah 72,22%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 91,67%.
Peningkatan aktivitas Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa serta meningkatnya motivasi dan kerjasama antar siswa akan berdampak pada hasil belajar siswa. Penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran materi virus dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 68,19 atau di bawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Hal tersebut mendorong untuk perlunya dilaksanakan perbaikan pembelajaran, yaitu melalui model pembelajaran Discovery Learning.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, yaitu meningkat dari 68,194 menjadi 73,194. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 27,78% pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 52,78% pada akhir tindakan Siklus I.
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I belum optimal sehingga guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok sehingga anggota masing-masing kelompok menjadi lebih sedikit. Perubahan tersebut mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Perbaikan yang dilakukan guru berdampak positif dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir tindakan Siklus I, yaitu meningkat dari 73,194 menjadi 91,68. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52,78% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 91,62% pada akhir tindakan Siklus II.
Atas dasar hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar biologi materi “Virus†pada siswa Kelas X MIPA 2 Semester Gasal SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun pelajaran 2018/2019.
Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa model Discovery Learning yang dilakukan oleh guru meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dikaitkan dengan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Penerapan model Discovery Learning mendorong dilakukannya pembelajaran kolaboratif, yaitu siswa secara kelompok mempelajari virus. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, siswa juga didorong agar aktif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 61,11% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 88, 89% pada siklus II.
Demikian juga untuk sikap afektif, dari hasil observasi pada setiap siklusnya terlihat bahwa terjadi perubahan perilaku yang signifikan pada siswa. Siswa yang tadinya pasif dan kurang semangat mengikuti pelajaran menjadi memiliki motivasi belajar yang tinggi, dan sikap kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan perilaku dalam mengikuti proses pembelajaran materi virus di setiap siklusnya, yaitu pada siklus I adalah 72,22%, dan pada siklus II meningkat menjadi 91,67%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran materi virus melalui model Discovery Learning pada siswa Kelas X MIPA 2 semester 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas KPS siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata aktivitas KPS yaitu 61,11% pada siklus I, menjadi 88, 89% pada siklus II.
2. Penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi virus siswa kelas X MIPA 2 semester 1 SMAN 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
a. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73,19 pada Siklus I, menjadi 80,41 pada Siklus II.
b. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 57,78% pada Siklus I, menjadi 91,67% pada Siklus II.
3. Perubahan perilaku yang ditunjukkan siswa sebagai dampak dari pembelajaran materi virus menggunakan model Discovery Learning adalah semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mempelajari materi virus. Hal ini terlihat dari besarnya rasa ingin tahu siswa yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai rumusan masalah kemudian siswa berusaha mencari dan menemukan jawabannya secara mandiri melalui serangkaian kegiatan ilmiah. Peningkatan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran materi virus di setiap siklusnya adalah 72,22% pada siklus I, meningkat menjadi 91,67% pada siklus II.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk mengembangkan aktivitas belajar secara optimal sehingga hasil belajar semakin meningkat.
2. Bagi Guru Kelas
Guru kelas disarankan untuk mau menggunakan metode pembelajaran yang inovatif guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah disarankan untuk lebih mendorong para guru agar mau mencoba menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Jafar. 2015. Penerapan Model Discovery Learning terhadapa Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI-IPA 1 pada Materi Sistem Pernafasan di SMA Negeri Unggul Sigli. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 NOmor 1, Halaman 13-21. Unsyiah.
Brunner, Jerome S. 1960. The Procces of Education. Hardvard University Press. Cambridge.
Dahar, Ratna Willis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Shinta. 2008. Ketrampilan Proses Sains. Bandung: Tirta Emas.
Fitri Astuti Wahyu Utami. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Biologi Siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun pelajaran 2013/2014. Surakarta: Jurnal.fkip.uns. ac.id.
Indrawati. 2001. Kognitif. (Diunduh dari: http//:catalog.sunan-ampel.ac.id/, diunduh tanggal 12 Oktober 2018).
Slavin, Robert E. 2008. Educational Psychologi: Theories and Practise. Fourt Edition. Massachussets: Allyim & Bacon Publishers. Slavin, Robert E. 2008. Educational Psychologi: Theories and Practise. Fourt Edition. Massachussets: Allyim & Bacon Publishers.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Sukamto, Toeti. 1997. Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Veermans, K. 2003. Intelligent Support for Discovery Learning. Netherland. Publisher: Twente University Press.