UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KERJA SAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

SISWA KELAS VI A SDN I KARANGAJI SEMESTER 2 TAHUN 2015/2016

Sihono

SDN 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Karangaji Kecamatan Kedung semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian siswa kelas VI A. Lokasi di SDN 1 Karangaji karena peneliti merupakan guru mata pelajaran PKn dan kepala sekolah di sekolah tersebut.Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap: (1) perencanaan tindakan kelas, (2) pelaksanaan tindakan kelas, (3) observasi tindakan kelas, (4) refleksi, yang diikuti sklus spiral berikutnya. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan nilai ketuntasan dari kondisi awal ke siklus II. Nilai ketuntasan dari 45% menjadi 90% meningkat sebanyak 45%. Nilai rata-rata dari 64,5 menjadi 79,5 meningkat sebanyak 15.

Kata Kunci: Pembelajaran group investigation, hasil belajar peserta didik .

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah.

Berdasarkan kenyataanya tidak semua guru di SD Negeri 1 Karangaji melakukan hal itu. Guru mengajar tanpa persiapan, perencanaan, dan tindak lanjut. Masih banyak guru yang kurang mampu menyusun rencana pembelajaran, memilih metode, media, dan model pembelajaran dengan baik, sehingga hasil belajar siswa sangat rendah.

Fakta membuktikan hasil ulangan PKn kelas VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara pada hari Rabu, 6 Januari 2016, materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara menunjukkan hasil yang kurang maksimal dari 20 siswa yang memperoleh nilai 70 ( sesuai KKM) keatas hanya 9 siswa dan 11 siswa lainnya masih dibawah 70. Nilai rata-rata kelas adalah 64,5 dengan tingkat ketuntasan siswa sebesar 45%, nilai tertinggi 90 dan terendah 50. Siswa yang belum tuntas untuk materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara 55%

Melihat hasil yang diperoleh dari tes formatif tersebut menunjukkan rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Berdasarkan hal tersebut

diatas maka peneliti berusaha melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran group investigation dengan tujuan agar penguasaan siswa dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran lebih meningkat.

Dari beberapa masalah yang terdapat didalam latar belakang masalah tersebut, tidak mungkin akan peneliti teliti satu persatu. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga, dan pengetahuan. Oleh karena itu, hanya akan peneliti bahas tentang ”hasil belajar siswa rendah”. Dengan menerapkan model pembelajaran group investigation diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

Apakah melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016 ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) ini adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa membantu siswa mengurangi kebosanan dan menambah gairah belajar serta mengurangi tingkat kesulitan siswa dalam belajar.

Manfaat bagi guru sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman konsep, sehingga bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan mengajarnya.

Manfaat bagi sekolah mendapat dukungan masyarakat dalam menciptakan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas menuju sekolah efektif, unggul, dan kompetitif.

KAJIAN TEORI

Hakikat Hasil Belajar

Bloom (1956) dalam Anitah (2008: 2.19) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Aspek afektif mencakup penerimaan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup atau karakterisasi. Aspek psikomotor berkaitan dengan hasil belajar yang menyangkut gerakan-gerakan otot psikomotor. Sebagai petunjuk bahwa siswa telah memperoleh keterampilan aspek psikomotor, siswa dapat melakukan aktivitas menulis, dan mengucapkan lafal bahasa.

Suprijono (2009:5) menjelaskan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar.

Sudjana (2010:45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.Kebiasaan adalah perpadauan antara pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami apa yang harus diperbuat. Keterampilan berarti mengerti bagaimana melakukannya. Pengertian adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal dan biasanya lebih kompleks dari arti atau makna suatu hal.Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi ataukondisi di lingkungan sekitarnya.Sedangkan cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita capai disertai perencanaan dan tindakan kita untuk mencapainya.

Dari beberapa uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek belajar tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tentang konsep.

Model Pembelajaran Group Investigation

Strategi pembelajaran yang baik adalah ketika tercipta suasana pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan.Selain itu, strategi pembelajaran juga harus memperhitungkan semua kondisi siswa, baik itu keadaan internal maupun eksternal siswa. Metode pembelajaran Investigasi Kelompok atau Group investigation mengambil model dari masyarakat, terutama mengenai mekanisme sosial yang ada pada masyarakat yang biasa dilakukan melalui kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan inilah siswa mempelajari pengetahuan dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial (Winataputra, 2001 34).

Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai berikut: 1)Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen; 2)Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan; 3)Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya; 4)Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya; 5)Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya; 6)Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya; 7)Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan; 8)Evaluasi dan 9)Penutup

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan persiapan dirancang oleh guru sejak awal hingga tidak menjadi kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran group investigation. Guru melaksanakan langkah persiapan ini pada waktu mengakhiri kegiatan pembelajatan sebelumnya. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran (kegiatan penutup), guru memberi tahu materi yang akan dibahas untuk kegiatan pembelajaran berikutnya dan sekaligus menugaskan kepada siswa untuk mempelajarinya. Misalnya ; materi yang akan dibahas adalah lingkungan, maka tugas siswa untuk mempelajarinya agar mereka memiliki kesiapan belajar.

Tahap pengetahuan awal adalah tahap dimana guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dibahas. Misalnya tentang materi menghargai pahlawan. Guru dapat mengetahui pengetahuan awal siswa dengan cara mengajukan pertanyaan, misalnya ; Apakah pengertian pahlawan, jenis jenis pahlawan . Kemuadian siswa disuruh mencatat jawabannya dibuku catatan masing masing atau mereka langsung menjawab. Dengan demikian, guru dapat mengetahui pengetahuan awal siswa tentang lingkungan.

Pada tahan eksplorasi, guru memberi uraian singkat tentang materi pembelajaran (lingkungan) dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran umum tentang materi pembelajaran. Tujuan guru mengeksplorasi materi pembelajaran adalah untuk memotivasi siswa agar mareka terdorong rasa ingin tahu lebih banyak tentang materi pembelajaran.

Tahap pertanyaan siswa adalah marupakan refleksi dari rasa ingin tahu mereka tentang materi pembelajaran.Untuk itu, guru member kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian pertanyaan tersebut di catat di papan tulis.Artinya, pada tahap ini, guru membuat daftar pertanyaan siswa. Setelah daftar pertanyaan tersusun, langkah berikutnya adalah memilih pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan investigasi. Kegiatan memilih pertanyaan sangat penting karena mungkin saja pertanyaan yang diajukan siswa tidak relevan dengan materi atau terlalu luas.

Penyelidikan atau investigasi adalah kegiatan siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipilih.Pada tahap ini, peran guru adalah sebagai fisilitator kegiatan investigasi, tetapi tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang tidak terjawab oleh siswa.Semua jawaban siswa dicatat dalam buku catatan siswa masing-masing.

Tahap pengetahuan akhir adalah tahap dimana setiap siswa (kelompok) mendiskusikan hasil penyelidikannya, kemudian membandingkannya dengan pengetahuan awal. Sehingga dapat diketahui perbedaan antara pengetahuan awal dengan pengetahuan akhir. Perbedaan pengetahuan tersebut adalah merupakan hasil belajar siswa.

Terdapat dua kegiatan yang termasuk kedalam tahap refleksi, yaitu: membuat kesimpulan dan pemantapan. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan atas proses dal hasil belajar mereka. Siswa dapat mengomentari proses pembelajaran, baik waktu maupun pertanyaan dan sumber belajar yang mereka miliki. Hasil belajar dapat diamati dari pertanyaan yang dapat terjawab dengan benar dan perbedaan antar pengetahuan awal dengan pengetahuan akhir. Pemantapan dapat diberikan oleh guru dengan cara memberi tugas.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas VI A SDN 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara jumlah siswa 20 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 5 siswa perempunan pada mata pelajaran PKn semester 2 tahun pelajaran 2015 /2016. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Jenis penelitian tindakan. Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC.Taggart (dalam Rofi’udin, 1996:20) berupa siklus spriral yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refeksi, yang diikuti siklus spiral berikutnya.

Cara pengumpulan data dengan menggunakan model observasi dan model tes. Data diperoleh dengan observasi yang dilengkapi dengan pengamatan dan diskrit

Sebagai tolok ukur (kreteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil apabila: 1)Minimal rata-rata aktivitas siswa 76%: 2)Rata-rata aktivitas guru lebih dari 85%; 3)Minimal 85% dari siswa mencapai nilai diatas Kreteria Ketuntasan Minimal.

Apabila tiga hal tersebut di atas belum terpenuhi, maka harus diadakan program perbaikan sesuai dengan hasil yang diperoleh. Maksudnya bila aktivitas siswa dan guru kurang memenuhi tolok ukur maka diulang sampai memenuhi kreteria.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prasiklus / Kondisi Awal

Hasil ulangan formatif prasiklus dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara kelas VI A semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara pada hari Rabu, 6 Januari 2016 menunjukkan hasil yang kurang maksimal dari 20 siswa yang memperoleh nilai 70 ( sesuai KKM) keatas hanya 9 siswa dan 11 siswa lainnya masih dibawah 70,00. Nilai rata-rata kelas adalah 64,5 dengan tingkat ketuntasan siswa sebesar 45%, nilai tertinggi 90 dan terendah 50. Siswa yang belum tuntas untuk materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara 55%

Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti dan dibantu supervisor 1 dan supervisor 2 sepakat untuk dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran group investigation dengan tujuan agar hasil belajar siswa meningkat dengan cara Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Berdasarkan hasil proses pembelajaran dari prasiklus, siklus I dan siklus 2 mata pelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara kelas VI A semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 di Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran meningkat.

Pada pra siklus siswa yang tuntas 9 siswa, tingkat ketuntasan siswa 45% dan siswa yang belum tuntas 11 siswa, siswa yang belum tuntas 55% dengan nilai rata-rata 64,5. Pada perbaikkan pembelajaran siklus 1 terjadi peningkatan ketuntasan sebesar 15% dari pra siklus, dimana siswa yang tuntas menjadi 60% dan yang belum tuntas 45% dengan nilai rata-rata 71,5. Setelah dilaksanakan perbaikkan pembelajaran siklus 2 hasil prestasi belajar siswa meningkat sebesar 30% dengan tingkat ketuntasan mencapai 90%, siswa yang tuntas 18 siswa dan siswa yang belum tuntas 2 siswa, siswa yang tuntas sebesar 10%. Tingkat ketuntasan siswa dan rata-rata kelas sudah melampui indikator keberhasilan. Peneliti berdiskusi dengan supervisor 1 dan supervisor 2 perbaikkan pembelajaran mata pelajaran PKn tidak dilanjutkan karena hasil pembelajaran siklus 2 sudah mencapai indikator keberhasilan. Sebagai tolok ukur (kreteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil apabila minimal 85% dari siswa mencapai nilai diatas Kreteria Ketuntasan Minimal. Pada hasil perbaikkan pembelajaran siklus 2 tingkat ketuntasan siswa mencapai 90% berarti sudah diatas tolok ukur keberhasilan tindakan. Dari hasil kesepakatan peniliti dan supervisor proses perbaikkan pembelajaran dirasa cukup berhasil dengan demikian tidak perlu dilakukan perbaikkan pembelajaran siklus berikutnya.

Tingkat ketuntasan prasikus 45%, siklus 1 siswa yang tuntas 60% dan siklus 2 siswa yang tuntas 90%. Rata-rata prasiklus 64,5, siklus 1 nilai rata- rata kelas 71,5, dan siklus 2 rata-rata kelas 79,5. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis hasil tes formatif dari prasiklus, siklus 1, dan 2 selalu meningkat. Pada siklus 2 sudah diatas tolok ukur keberhasilan tindakan. Setelah berdiskusi dengan supervisor 1 dan supervisor 2, maka tidak perlu diadakan perbaikan pembelajaran dan merencanakan perbaikkan pembelajaran siklus berikutnya.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan Prasiklus

Pelaksanakan pembelajaran pra siklus dilaksanakan sesuai dengan tahapan proses dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.Setelah dilaksanakan tes formatif ternyata siswa yang tuntas belajar hanya 9 siswa, siswa yang tuntas hanya 45%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang berhasil. Hasil pengamatan dari peneliti dan 2 supervisor, peneliti merefleksi kegagalan pembelajaran disebabkan oleh:1)Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep; 2)Menggunakan model pembelajaran konvensional; 3)Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran; 4)Hasil pembelajaran siswa rendah; 5)KKM belum tercapai; 6)Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa; 6)Sarana pembelajaran kurang memadai; 7)Input siswa rendah; 8)Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.; 9)Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran prasiklus secara umum berlangsung dengan baik dan konduksif, akan tetapi karena beberapa faktor kegagalan diatas maka pelaksanaan perbaikkan pembelajaran prasiklus perlu diadakan perbaikkan pembelajaran siklus 1 agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pembahasan Siklus I

Pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran group investigation. Dari hasil tes formatif siklus 1 siswa yang tuntas belajar 12 siswa, siswa yang tuntas sebesar 60%. Dengan demikian pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus1 menunjukkan peningkatan ketuntasan siswa sebesar 15% dengan nilai rata-rata kelas naik sebesar 7 dari 64,5 menjadi 71,5. Hasil tes formatif hasil belajar siswa belum maksimal karena ketuntasan siswa baru mencapai 60%. Setelah dilakukan pengamatan dengan bantuan supervisor 1 dan supervisor 2 sebagai obsever, peneliti merefleksi kegagalan pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus 1. Dalam pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus 1 masih ada beberapa kendala, antara lain: 1)Siswa dalam mengerjakan tuas masih kurang teliti; 2)Guru belum optimal dalam memberikan tugas; 3)Interaksi pembelajaran didalam kelas kurang; 3) Respon dan pertanyaan siswa sangat rendah dan 4)Motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri rendah.

Pada pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus 1 berlangsung cukup baik dan situasi belajar kondusif, akan tetapi masih ada beberapa faktor kegagalan yang muncul, maka pada perbaikkan pelaksanaan pembelajaran siklus 1 perlu dilakukan perbaikkan pelaksanaan pembelajaran siklus 2 agar hasil belajar siswa meningkat.

Pembahasan Siklus II

Setelah pelaksanaan perbaikkan pembelajaran siklus 2 dilakukan masih dengan menggunakan model pembelajaran group investigation. Dari hasil tes formatif diperoleh data siswa yang tuntas belajar 18 siswa, siswa yang tuntas sebesar 90%. Siswa yang belum tuntas 2 siswa, siswa yang belum tuntas sebesar 10% . Nilai rata-rata kelas naik 8% dari 71,5 menjadi 79,5. Hasil ketuntasan belajar siswa meningkat 30% dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1. Hasil ketuntasan belajar siswa dan rata-rata kelas sudah diatas indikator keberhasilan penelitian. Peneliti dan supervisor sebagai observer sepakat tidak perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus 3.

Hasil belajar ketuntasan siswa dan nilai rata-rata kelas sudah diatas indikator keberhasilan penelitian. Tolok ukur indikator keberhasilan penelitian; minimal rata-rata aktivitas siswa 75%, ketuntasan minimal (KKM) 85% dan batas minimal rata-rata aktifitas guru 85%. Bagi 2 siswa yang belum tuntas tidak diadakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran tetapi akan diberi tugas remidi dan pengayaan diluar tindakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus berikutnya.

PENUTUP

Simpulan

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn materi kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa VI A Sekolah Dasar Negeri 1 Karangaji semester II Tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan nilai ketuntasan dari kondisi awal ke siklus II. Nilai ketuntasan dari 45% menjadi 90% meningkat sebanyak 45%. Nilai rata-rata dari 64,5 menjadi 79,5 meningkat sebanyak 15.

Saran

Saran bagi siswa diharapkan selalu aktif dan meningkatkan kerjasama dalam kelompoknya. Saran bagi guru diharapkan dalam pembelajarkan memanfaatkan alat peraga dan menggunakan model-model pembelajaran yang variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Supandi. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode GI untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN 2 Trawas Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wardani, I.G.A.K. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitar Terbuka

Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta:BSNP

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Lerning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar