UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE ULAR TANGGA (UTANG) UNTUK MENYELESAIKAN SOAL-SOAL

PADA MATERI PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT KELAS IX I

SMP NEGERI 1 GUBUG SEMESTER 1TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Rosalia Anna Wijaya Adhiningtyas

SMPN 1 Gubug Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika melalui Metode “utang” pada Siswa Kelas IX SMPN1 Gubug Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini jenis penelitian tidakan yang diadakan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti hasil belajar mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar sebesar 34,4%, yaitu dari 37,5% menjadi 71,9%. Pada di siklus II meningkat sebesar 15,6%, yaitu dari 71,9% menjadi 87,5%. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode “Utang” terbukti dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa di siklus I adalah 4 poin dari 70 menjadi 74. Di siklus II dari 74 menjadi 82.

Kata kunci: Utang, matematika

 

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMP meliputi aspek-aspek Bilangan, aljabar, geometri dan Pengukuran serta statistika dan Peluang. Salah satu standar kompentensi mata pelajaran matematika adalah memahami konsep persamaan dan fungsi kuadrat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar ini membekali siswa agar memiliki kemampuan sebagai berikut:

 (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

 Namun kenyataan yang diperoleh dari hasil belajar siswa mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Gubug pada kelas IX I materi Persamaan Dan Fungsi Kuadrat hasilnya masih jauh dari harapan, karena dalam pembelajaran masih menggunakan cara-cara konvensional sehingga masih banyak siswa yang sulit memahami materi inni dan akhirnya hasil ulangannya banyak yang belum tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75.

 Berdasarkan kondisi tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar mapel matematika khususnya materi “Persamaan Dan Fungsi Kuadrat” kurang optimal. Hal ini disebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, masih merasa kesulitan menerima penjelasan dari guru, tidak berani bertanya, kurang bergairah mempelajari materi pelajaran, kurang termotivasi belajarnya, pembelajaran dikelas kurang efektif, merasakan bahwa pelajaran yang diikutinya kurang menyenangkan, selama di rumah kurang tekun belajarnya, merasa kurang adanya perhatian dari guru, kurang kerja sama antar siswa dalam diskusi kelompoknya, kurang memiliki kepercayaan pada diri sendiri, kurang bersemangat dalam komunikasi ilmiah yang bebas dan terarah, kurang berkembang kreativitas belajarnya, dan kurang sekali membaca buku-buku yang berhubungan dengan mata pelajaran yang harus dipelajarinya.

 Kurang optimalnya hasil belajar ini juga disebabkan oleh kekurangtepatan guru dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan cenderung bersifat memompakan informasi kepada siswa, belum bisa memotivasi atau merangsang siswa menjadi lebih antusias mengikuti pelajaran, mudah menerima penjelasan guru, berani bertanya, bergairah mempelajari materi pelajaran, pembelajaran yang diikuti efektif dan menyenangkan, tekun belajar di rumah, dan diperhatikan oleh guru. Juga terwujudnya kerja sama yang baik antar siswa melalui diskusi atau kerja kelompok sehingga siswa memiliki kepercayaan pada diri sendiri, lebih bersemangat dalam komunikasi ilmiah yang bebas dan terarah.

 Berdasarkan data tersebut di atas tentunya perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang memprihatinkan tersebut. Jika tidak diatasi, tentu akan membawa berbagai dampak. Selain pembelajaran tidak tuntas, proses pembelajaannya juga tidak efektif dan dampak terbesarnya adalah tujuan pendidikan tidak tercapai.   

Landasan Teori

Hakikat Belajar

Belajar secara psikologi diartikan sebagai perubahan tingkah laku hasil dari interaksidengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang tidak semuanya dikatakan sebagai perubahan dalam arti belajar Karena perubahan belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terjadi secara sadar , bersifat kontinyu dan fungsional, bersifat aktif dan pasif, bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Susilo,2005)

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses pembelajaran.. Proses ini biasa dirancang oleh guru. dalam upaya menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa.

Winkel (Darsono 2001:4) mengemukakan belajar adalah suatu aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan ketrampilan dan nilai sikap. Menurut konsep mengajar Sudjana (2000:29) mengemukakan bahwa: Sebagai suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan disekitar siswa ,sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya untuk memecahkan masalah, memilih teorema-teorema untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan fisik.

Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati,1999:3)

Dari keterangan diatas pengertian belajar adalah terjadinya suatu kegiatan aktif dari guru dan siswa yang saling berinteraksi dan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku siswa kearah yang positif, artinya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari belum memahami menjadi paham.

Pengertian Hasil Belajar siswa

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreativitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002: 39).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 

Menurut Sudjana (1999: 25), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa). Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis antara lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain berupa motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi, komprehensif, dan sebagainya; b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa). Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana atau adanya laboratorium.

Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya.

Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik.

Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang diberikan sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika proses pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara postes dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.

Jadi hasil belajar adalah hasil pengukuran kemampuan kognitif siswa yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga siswa mendapatkan sebuah skor sebagai pembanding kemampuannya terhadap teman-temannya dan juga sebagai tolok ukur pencapaian kompetensi yang sudah ditetapkan. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian.

Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Lie (2004: 29), “Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan”. Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua adalah tanggungjawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama.

Pengertian Ular Tangga

Menurut situs http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga, ular tangga merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil, sejumlah “tangga” atau “ular” digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870.

Menurut Janah (2009)tangga. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tanggameletakkan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah), kemudian secara bergiliran pemain dengan jumlah mata dadu yang muncul. Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah tanggalain. Bila bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor turun ke kotak di ujung bawah anah (2009) tidak ada bentuk standar dari papan.

Metode pembelajaran “Utang” (Ular Tangga)

Ular Tangga adalah salah satu metode belajar dengan permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga dan ular yang menghubungkannya dengan kotak lain.

Permainan ini dapat dimainkan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas, karena didalamnya hanya berisi berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa melalui permainan tersebut sesuai dengan jenjang kelas dan mata pelajaran tertentu. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dibukukan menjadi satu sekaligus dengan petunjuk permainannya.

Gambar tangga merupakan simbol nilai positif (nilai kejujuran) dan gambar ular merupakan simbol nilai negatif (nilai ketidakjujuran). Guru dapat membuat sendiri media ini dengan menyesuaikan tujuan dan materi pembelajaran. Tujuan permainan ular tangga ini adalah untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari atau mengulang kembali materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang nantinya akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi siswa.

Penggunaan alat permainan dilakukan secara bertahap yaitu kegiatan yang tergolong mudah, sedang, dan sulit. Alat permainan yang tujuan dan penggunaannya dipersiapkan pendidik juga harus bervariasi sesuai dengan derajat kesulitan tersebut alat permainan yang dipersiapkan oleh guru untuk dipilih oleh anak dalam berbagai kegiatan akan menentukan tumbuhnya perasaan berhasil pada anak sesuai dengan kemampuan mereka.
beberapa manfaat diantaranya adalah: a. Mengenal kalah dan menang. b. Belajar bekerja sama dan menunggu giliran. c. Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan. d. Merangsang anak belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan menghitung titik-titik yang terdapat pada dadu. e. Belajar memecahkan masalah.

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan uraian pada kajian teori di atas, hipotesis tindakan PTK ini adalah diduga dengan Metode pembelajaran Ular Tangga, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Kelas IX I Semester 1 SMP Negeri 1 Gubug Tahun Pelajaran 2018/2019.

Metode Penelitian

Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gubug Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 4 bulan, mulai dari bulan agustus sampai dengan November 2018. Untuk tatap muka sebanyak 8 kali terdiri dari prasiklus 2 tatap muka siklus I sebanyak 2 kali dan siklus II sebanyak 4 kali , setiap minggu terdiri dari 5 jam pelajaran dimana tiap satu jam pelajaran lamanya 40 menit. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IX I terdiri perempuan 22 dan laki-laki 10 pada SMP Negeri 1 Gubug semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun tahapan yang akan dilakukan dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18) bahwa tahap-tahap tersebut atau biasa disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi: (a) perencanaan (planning), (b) aksi/tindakan (acting), (c) observasi (observing), (d) refleksi (reflecting).

 

 

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, tes pada tiap siklus dan dilengkapi jurnal harian (catatan harian). Analisis data yang dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif yaitu data yang diperoleh dibandingkan antara prasiklus, siklus I, dan Siklus II.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

 Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap sebelum ada tindakan (pra siklus), dilanjutkan dengan dua siklus berikutnya yaitu siklus I dan siklus II. Dan proses pembelajaran berakhir setelah diberi tindakan.

Hasil penelitian dan beberapa temuan saat pelaksanaan berlangsung beserta pembahasannya akan diuraikan pada masing-masing siklus berikut ini:

Kondisi Awal

Penelitian ini diawali dengan kegiatan pendahuluan (prasiklus) dengan materi Persamaan kuadrat dan Fungsi Kuadrat dijabarkan dalam kompetensi dasar tiga (pengetauan) yaitu menjelaskan Persamaan Kuadrat dan karakteristiknya berdasarkan akar-akarnya serta cara penyelesaiannya, menjelaskan hubungan antara koefisien dan diskriminan fungsi kuadrat dengan grafiknya.

Kegiatan pembelajaran tersebut dilaksanakan secara konvensional , yaitu guru selalu mendominasi kegiatan ini. Siswa hanya mendengar, mencatat, mengerjakan latihan yang diberikan guru.Kegiatan pra siklus ini mulai dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 September 2018 selama dua minggu, setelah itu diadakan ulangan harian. Hasil tes pada kegiatan pra siklus yang diperoleh siswa tentang Persamaan kuadrat, diperoleh data sebagai berikut: 20 orang siswa (37,5%) nilainya dibawah KKM, 12 orang siswa (62,5%) nilainya diatas KKM, dengan nilai rata-rata 70. Berdasarkan hasil observasi serta hasil tes tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan pembelajaran sehingga disepakati dan diputuskan untuk menggunakan metode “UTANG” (Ular Tangga).

Siklus I

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pra siklus, yaitu ketuntasan belajar hanya 37,5%, dan ternyata masih jauh dari syarat ketuntasan secara klasikal yaitu 75%. Oleh karena itu dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam melakukan suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman materi Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat dengan menggunakan alat peraga “ Utang”.

Standar kompetensi pada siklus pertama ini adalah memahami Persamaan kuadrat dan Fungsi Kuadrat dijabarkan dalam kompetensi dasar tiga (pengetahuan) yaitu menjelaskan Persamaan dan Fungsi Kuadrat dan karakteristiknya berdasarkan akar-akarnya serta cara penyelesaiannya, menjelaskan hubungan antara koefisien dan diskriminan fungsi kuadrat dengan grafiknya.

Pada kegiatan pendahuluan dibagi menjadi dua yaitu apersepsi dan motivasi. Dalam kegiatan apersepsi, guru mengingatkan tentang Persamaan linear satu variable dan persamaan linear dua variabel, kemudian dilanjutkan dengan motivasi yaitu dengan memberikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan persamaan kuadrat.Setelah masuk pada kegiatan inti, anak bekerja dalam kelompok, membahas cara menyelesaikan akar-akar persamaan kuadrat dengan tiga cara yaitu memfaktorkan, melengkapi kuadrat sempurna dan dengan rumus abc.

Selanjutnya salah satu kelompok mempresentasikan didepan untuk menjelaskan kepada kelompok yang lain. Kelompok yang lain menanggapi, dan setelah selesai ada evaluasi dengan mengerjakan latihan. Kegiatan KBM diatas adalah merupakan pertemuan pertama pada siklus I. Pada siklus I, pertemuan pertama dilaksanakan hari Kamis, 13 September 2018. Setelah materi persamaan kuadrat selesai maka pertemuan sebelum ulangan harian anak-anak mencoba mengerjakan latihan soal dengan alat peraga permainan ular tangga.

Siklus pertama memerlukan waktu selama tiga minggu untuk tatap muka. pertemuan ke empat pada siklus pertama dilaksanakan kegiatan ulangan harian yang pertama tentang persamaan kuadrat, dengan hasil sebagai berikut:Skor nilai rata-rata 74 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 71,9%, yaitu sebanyak 23 yang sudah tuntas dari 32 siswa, dan hanya 9 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi di siklus I, bahwa setelah proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan (setelah diberi tindakan), ternyata penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode ular tangga materi persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat perubahannya memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diharapkan.

Hal ini dapat dikatakan adanya peningkatan prosentase rata-rata dan peningkatan anak yang tuntas belajar. Secara keseluruhan rata-rata nilai belajar di siklus I meningkat dari 70 menjadi 74 dan persentase ketuntasan belajar meningkat dari 37,5% menjadi 71,9%. Dalam hal ini hasil belajar siswa sudah dapat dikatakan meningkat hanya saja belum mencapai target menjadi 75%, oleh karena itu perlu dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan mulai hari Jumat, 19 Oktober 2018. Seperti siklus I, siklus II dilaksanakan selama tiga minggu.

Sesuai dengan rencana pembelajaran, Standar kompetensi pada siklus pertama ini untuk dimensi pengetahuan adalah menjelaskan fungsi kuadrat dengan menggunakan tabel, persamaan, dan grafik ,sedangkan dimensi ketrampilannya adalah menyajikan fungsi kuadrat menggunakan tabel, persamaan, dan grafik.

Dalam kegiatan apersepsi, guru mengingatkan tentang cara menentukan akar-akar persamaan kuadrat yang sudah dipelajari pada pertemuan minggu yang lalu. Kemudian dilanjutkan dengan motivasi yaitu dengan memberikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan fungsi kuadrat sebagai soal tantangan.

Setelah masuk pada kegiatan inti, anak bekerja dalam kelompok, menyajikan grafik fungsi kuadrat dengan membuat tabel sehingga akhirnya anak dapat mempresentasikan didepan untuk menjelaskan kepada kelompok yang lain. Kelompok yang lain menanggapi, dan setelah selesai ada evaluasi dengan mengerjakan latihan.

Dari hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi di siklus II, bahwa setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan selama 6 minggu, ternyata penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education materi Bangun Ruang Sisi Lengkung memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diharapkan. Hal ini dapat dikatakan adanya peningkatan prosentase aktivitas kelas. Ternyata suasana belajar semakin terlihat kondusif, karena hampir seluruhnya siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran baik yang bertanya, yang menjawab, yang menyanggah ataupun yang mengemukakan pendapat.

Hasil yang diperoleh dari lembar observasi bahwa yang bekerjasama yaitu sebanyak 22 orang siswa (69%) yang bertanya dan 16 orang siswa (50%) yang mengemukakan pendapat 20 orang siswa (63%) dan yang membuat rangkuman sebanyak 28 orang siswa (88%). Prosentase aktivitas kelas keseluruhannya mencapai 67,5%.

Hasil belajar yang diperoleh dari siklus II memberikan skor nilai rata-rata kelas sebesar 82 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5%, yaitu 28 orang siswa yang sudah tuntas dari 32 orang siswa. Dengan demikian pada siklus dua hasil belajar lebih meningkat lagi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 8 poin dan peningkatan prosestase ketuntasan belajar sebesar 15,6%.

Pembahasan

Dari beberapa tahap mulai pra siklus, siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan, dan data nilai serta angket sudah diperoleh maka data-data tersebut diolah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode “Utang” dalam pembelajaran matematika khususnya Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat di kelas IX I semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

Setelah proses pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari siklus I sampai siklus II maka berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh peningkatan aktivitas siswa yang cukup berarti. Untuk lebih jelasnya peningkatan ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4: Prosentase Ketuntasan Belajar

Ketuntasan

Prasiklus

Siklus I

Siklus II

Tuntas

12

23

28

Tidak Tuntas

20

9

4

Prosentase

37,5%

71,875%

87,5%

 

Adapun hasil belajar siswa mengenai peningkatan rata-rata setelah proses pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II melalui tes I dan tes II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5: Prosentase rata-rata hasil belajar

Analisis

Prasiklus

Siklus I

Siklus II

RATA-RATA

70

74

82

PERSENTASE

70%

74%

82%

 

Berdasarkan data tabel tersebut di atas, secara umum dikatakan bahwa hasil belajar meningkat. Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada konsep Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat dengan menggunakan metode “Utang” menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran secara sungguh-sungguh dengan belajar sendiri disamping memperhatikan penjelasan temannya dan penjelasan guru yang memberikan bimbingan dalam diskusi.

Berdasarkan uraian, bahwa proses pembelajaran konsep Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat dengan menggunakan metode “Utang” terdapat hubungan yang positif dengan hasilmbelajar. Jadi bisa dikatakan apabila siswa aktif pada saat diskusi membahas materi pembelajaran, baik dalam hal bertanya ataupun mengemukakan pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang sedang dipelajarinya, sehingga hasil belajarnya pun cukup memuaskan. Dengan demikian apabila pemahaman konsep sudah baik/meningkat, maka bisa dipastikan hasil belajarnya pun baik ataupun meningkat.

Simpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan dia atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Proses pembelajaran dengan metode “Utang” dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Ternyata di siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar sebesar 34,4%, yaitu dari 37,5% menjadi 71,9%. Dan di siklus II meningkat sebesar 15,6%, yaitu dari 71,9% menjadi 87,5%.

2.     Proses pembelajaran dengan menggunakan metode “Utang” terbukti dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa di siklus I adalah 4 poin dari 70 menjadi 74. Di siklus II dari 74 menjadi 82.

Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1.     Guru hendaknya mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran “Utang”, agar siswa lebih meningkat hasil belajarnya terutama meningkatkan rata-rata agar paling tidak sama dengan nilai KKM.

2.     Ada baiknya guru menggunakan metode “Utang” untukmeningatkan ketuntasan hasil belajar siswa di atas diatas 75%, sehingga pembelajaran dapat dikatakan tuntas secara klasikal.

Daftar Pustaka

Ali Muhamad. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Proyek PGSM Dikti.

Anita Lie.2004.Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo.

Arikunto Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib Zaenal.2014.Model-model , Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (innovatif). Bandung: CV. Yrama Widya.

Darsono.2001 Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhibin Syah.2012.Psikologi Belajar.Jakarta: Rajawali Pers.

Poerwadarminta.W.J.S. 2005.Kamus Umum Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: BalaiPustaka.

Sudjana. Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido Offset.

Susilo. 2005.Penelitian Tindakan Kelas. Pustaka Book Publisher. Yogyakarta.

Wagiyo A, Mulyono Sri dan Susanto.2008. Pegangan Belajar Matematika 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Winkel. W. S.1984. Psikologi Pengajaran. Bandung:Remaja Karya.

Wiriaatmadja Rochiati. 2008. Metode penelitian tindakan kelas.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fadillah Hasanah, 2013 (online),http://fadillahhz.blogspot.com/2013/05/ permainan-tradisional. html diakses tanggal 19/8/2017)

http://id.wikipedia.org/wiki/Dimensi (diakses tanggal.20/01/2018) Lulu, 2012 (online)

http://lulutiangjawi.blogspot.com/2012/11/makalah-pengembangan-kecerdasan-anak.html (diakses tanggal 20/01/2018)

Nurika Raket Rizekti, 2013 (online), http://nurikapendidikan.blogspot.com/ 2013/01/proposal-ptk.html diakses tanggal 19/11/2017)

Subchan, Winarni, Muhammad Syifa’ul Mufid, Kistosil Fahim, dan Wawan Hafid Syaifudin, 2018.Buku Siswa Matematika Kelas IX (Edisi kedua). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Subchan, Winarni, Muhammad Syifa’ul Mufid, Kistosil Fahim, dan Wawan Hafid Syaifudin, 2018.Buku Guru Matematika Kelas IX (Edisi kedua). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.