UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 TRISARI KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Suwarno

SD 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan sekolah ini untuk meningkatkan keterampilan membuat rencana pembelajaran dan meningkatkan keterampilan mengajar pada guru SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara diantaranya observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur yang terekam dalam catatan lapangan, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Trisari pada siklus I, dari 9 jumlah guru ada 44,4% guru atau 4 guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100 dan 55,6% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 ≤ skor < 130. Hasil dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada Siklus I ada 44,4% guru atau 4 orang guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 73,5 ≤ skor < 105 dan 55,6% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 105 ≤ skor < 136,5. Hasil pada siklus II perencanaan pembelajaran untuk kategori baik dengan rentang jumlah skor 71-78 sebesar 66,67% atau 4 orang guru, dan dalam kategori amat baik sebanyak 33,33% atau sebanyak 2 orang guru. Data hasil observasi dan penilain dalam pelaksanaan pembelajaran, ada 3 orang guru di antaranya atau 33,3% termasuk dalam kategori amat baik dengan rentang jumlah skor antara 136,5 ≤ skor ≤ 168, sedangkan 6 guru atau 66,67%, termasuk dalam kategori baik dengan jumlah skor 105 ≤ skor < 136,5. Pada siklus II hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 7 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Sangat Baik, dengan rata-rata skor prosentase 81%. Sedangkan dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 6 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dengan prosentase 80%. Simpulan proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.

Kata Kunci: supervisi pembelajaran, keterampilan Guru, mengajar

 

Latar Belakang Masalah

Dengan perubahan sistem pendidikan nasional dari sentralilasi ke desentralisasi, terjadi perubahan yang berbeda. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seeperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah murid, buku pelajaran, cara mengjar dan sebagainya ditetapkan dan di selenggarakan oleh pemerintah secara sentral atau pusat. Kewajiban pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru-guru sebagian besar hanyalah menjalankan apa yang telah di tetapkan dan diinstruksikan. Dengan adanya desentralisasi, penyelenggaraan pendidikan di sekolah (otonomi sekolah) menjadi titik sentral, pada penyelenggaraan pendidikan masyarakat juga diikutsertakan dan turut serta dalam usaha-usaha pendidikan, dengan melaksanakan menejemen berbasis sekolah (MBS).

Tanggung jawab pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dan stakeholder semakin banyak dan luas, tugas pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru sekarang mengatur jalannya sekolah dan dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Pengawas sekolah wajib membangkitkan semangat kepala sekolah, staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja dengan baik, membangun visi, dan misi, kesejahteraan , hubungan dengan pegawai sekolah dan murid, mengembangkan dan melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Supervisi merupakan keharusan yang diperlukan dan bertolak dari dasar tersebut bahwa guru merupakan profesi. Profesi selalu tumbuh dan berkembang yang memerlukan l pelayanan. Guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru membutuhkan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang lebih dari guru berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran.

Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan dan saling bertukar ilmu pengetahuan. Guru membutuhkan bantuan kepala sekolah dan pengawas yang secara struktural dianggap memiliki kelebihan dari guru. Supervisor yang berkualias adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinyu, dan komprehenshif.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pembina dan pembimbing guru agar bekerja dengan betul dalam proses pembelajaran mempunyai tiga prinsip yaitu: (a). Supervisi pembelajaran langsung mempengaruhi dan mengembangkan prilaku guru dalam mengelola proses belajar mengajar (b). Prilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus di desain dengan jelas (c). Tujuan supervisi pembelajaran adalah guru makin mampu menjadi fasilitator dalam belajar bagi siswanya.

Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan (preseervice education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Potensi sumber daya guru perlu terus menerus dikembangkan agar guru dapat melakukan fungsinya secara profesional. Pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.

Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Kualitas proses pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah bagaimana guru membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ini harus dilakukan secara terencana.

Selain itu, kegiatan supervisi pembelajaran harus membantu guru agar mampu melakukan proses pembelajaran yang berkualitas agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri. Hal ini senada dengan pendapat Spears (1953) yang menyatakan bahwa supervisi pembelajaran merupakan “…the process of bringing about improvement in instruction by working with people who are helping the pupils. It is a process of stimulating growth and a means of helping teachers to help themselves….”. Hal ini berarti bahwa supervisi pembelajaran merupakan proses mengupayakan peningkatan proses pembelajaran melalui kerjasama dengan orang yang membimbing peserta didik, proses melakukan stimulasi perkembangan, dan sebagai media bagi guru untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, supervisi pembelajaran lebih menekankan pada memberi dorongan perbaikan mandiri guru dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Mengajar melalui Supervisi Pembelajaran di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018.”

Kajian Pustaka

Supervisi Pembelajaran

Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaransehingga guru dapat membantu peserta didik untukbelajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Kualitas proses pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah bagaiman guru membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ini harus dilakukan secara terencana.

Dalam bidang pendidikan, supervisor mengandung konsep umum yang sama namun disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Supervisi pembelajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi pembelajaran adalah peningkatan mutu pembelajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadap profesionalisme guru.

Supervisi pembelajaran diartikan sebagai serangkaian kegiatan membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.

Fungsi utama supervisi pembelajaran adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran. Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik.

Upaya Meningkatkan mutu pembelajaran dan profesional guru dapat melalui supervisi pembelajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pecerahan, pembinaan, pemberdayaan, inovasi kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Program Supervisi Pembelajaran

Salah satu tugas supervisor adalah membantu guru-guru memperbaiki situasi pembelajaran dalam arti luas. Dalam rangka menganalisis kurikulum yang di terapkan di sekolah, maka kepala sekolah selaku supervisor adalah membantu para guru dalam meningkatkan profesi mengajar. Kemampuan yang dimaksud di sini meliputi kemampuan guru dalam memahami strategi pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun berbagai pengalaman belajar dan keaktifan belajar, serta meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh guru tersebut.

Agar kegiatan supervisi pendidikan secara umum , dan supervisi pembelajaran secara khusus dapat beerjalan dengna lancar, seorang supervisor dapat menggunakan barbagai alat bantu. Alat-alat bantu itu dipergunakan dengan maksud untuk memungkinkan pertumbuhan kecakapan dan perkembangan penguasaan pengetahuan oleh guru-guru/orang-orang yang di supervisi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya. Alat-alat bantu tersebut antara lain, 1) perustakaan profesional dan perpustakaan sekolah, 2) buku kurikulum/rencana pelajaran dan buku pegangan guru, 3)buletin pendidikan dan buletin sekolah, 4) penasehat ahli dan resource person.

Berbagai Pendekatan dalam Supervisi Pembelajaran

Dalam pengembangan supervisi pembelajaran untuk dapat mencapai tujuannya secara efektif seorang supervisor dapat menggunakan berbagai pendekatan yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. (Sahertian, 2000). Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1) dilaksanakan secara berencana dan kontinu, (2) sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) menggunakan instrumen pengumpul data, dan (4) data obyektif yang diperoleh dari keadaan riil kemudian dianalisis.

Supervisi artistik memandang bahwa mengajar itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi dalam bekerja menyangkut untuk orang lain, melalui orang lain. Oleh karena itu, pekerjaan supervisi akan berhasil apabila ada kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling mengakui dan menerima orang sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman dan mau maju.

Supervisi klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L Cogan, Robert Goldhammer, dan Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan (Krajewski, 1982). Supervisi klinik dirancang sebagai salah satu model atau pendekatan dalam mensupervisi calon guru yang berperaktek mengajar. Penekanannya adalah pada klinik atau dalam pengobatan dan penyembuhan, yang diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan calon guru. Supervisi lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas.

Demikian juga pada tahun 80-an dalam perkembangan supervisi pembelajaran menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan kognitif. Psikologi behavioral memandang belajar sebagai kondisioning individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar adalah hasil peniruan atau latihan-latihan yang memperoleh ganjaran jika berhasil dan hukuman jika gagal. Psikologi humanistik berdasarkan pemikiran bahwa belajar adalah hasil keingintahuan individu untuk menemukan rasionalitas dan keteraturan di alam ini, sehingga belajar dipandang sebagai proses pembawaan yang berkembang (terbuka). Guru menunjang keingintahuan individu dan hasil belajar melalui self-discovery. Psikologi kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil keterpaduan antara interaksi kegiatan individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid atau obyek yang dimanipulasi.

Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah ditetapkan dan diketahui oleh semua guru agar pembelajarannya efektif. Peran supervisor adalah menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang ditetapkan. Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Dalam pendekatan ini ada dua orang atau lebih ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis sebuah masalah, eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar, yang dianggap lebih relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses pemecahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada masalah mereka. Supervisi non-direktif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitkan kesadaran sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman, 1990).

Pengukuran kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam menetapkan pada tahapan mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah membantu guru belajar bagaimana para guru meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran siswa yang telah ditetapkan.

Di sisi lain perlu juga disadari bahwa esensi dari supervisi tersebut adalah proses bantuan, oleh karena itu maka bantuan supervisi tersebut sebaiknya diberikan apabila diperlukan oleh guru-guru. Pengembangan masing-masing model supervisi pembelajaran yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi kolaboratif, dan supervisi non-direktif secara lebih lengkap akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

Pengukuran Kualitas Pembelajaran

Berdasarkan uraian mengenai kualitas pembelajaran dan model pembelajaran problem based instruction (PBI), maka kualitas pembelajaran guru adalah kondisi pembelajaran yang efektif, dimana siswa dan guru berinteraksi dalam membentuk pribadi siswa sesuai tujuan dan langkah-langkah pembelajaran problem- based instruction (PBI). Jadi kualitas manajemen pembelajaran guru dapat dilihat dari kualitas langkah-langkah pembelajaran problem- based instruction (PBI) dan tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Kualitas tersebut dapat dilihat dari kualitas: (1) penetapan tujuan, (2) merancang situasi masalah, (3) orientasi siswa pada masalah, (4) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (5) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, dan (6) analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Kualitas manajemen pembelajaran inovatif guru dalam penelitian ini diukur melalui persepsi siswa terhadap kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem-based instruction (PBI). Dengan demikian kualitas manajemen pembelajaran inovatif guru adalah persepsi siswa terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh guru dalam memfasilitasi pembelajaran, penciptaan iklim belajar, memberikan motivasi dan reward/ reinforcement dalam upaya meningkatkan performance dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem-based instruction (PBI) yang tercermin dalam pelaksanaan pembelajaran.

Keterampilan Mengajar Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.

Persepsi (Perception) yang berarti pengelihatan, keyakinan dapat dilihat atau dimengerti. Persepsi terjadi karena adanya stimulus atau rangsangan dari lingkungan sekitar, sehingga individu dapat memberikan makna atau menafsirkan sesuatu hal. Slameto (2010:102) menjelaskan bahwa “Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”. De Queliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Metode Penelitian

Tempat dan Subjek Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018. Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada guru-guru di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 yang dimulai bulan Januari dan berakhir April 2018 dengan kegiatan-kegiatan: pengumpulan informasi dan kajian literatur, perancangan supervisi pembelajaran, uji coba rancangan supervisi , perbaikan rancangan, dan pelaksanaan supervisi. Pada pelaksanaan ini adalah menguji efektivitas supervisi pembelajaran terhadap peningkatan keterampilan mengajar guru di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 8 orang guru.

 

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan teknik:

Observasi

Arikunto (2002:133), menjelaskan bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung pada objek-objek yang ingin diketahui dalam berbagai situasi sosial mengenai tempat, orang, benda-benda, maupun kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Pernyataan ini didukung oleh Syaodih dalam Satori (2009:104) yang menyebutkan bahwa observasi atau pengamatan merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang sedang berlasung. Dari penjelasan di atas maka yang diobservasi dalam penelitian ini adalah guru di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018.

Dokumentasi

Satori (2009:146) menjelaskan bahwa dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada dalam dokumen, foto dan bahan statistik. Secara harfiah dokumen dapat diartikan catatan kejadian yang sudah lampau.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan hasil kerja anak, foto-foto, video, dan lain sebagainya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Arikunto, 2002: 206).

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur yang terekam dalam catatan lapangan, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 20).

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari catatan pengamatan. Hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dari hasil rekaman pembelajaran dan pengamatan yang disusun, secara kolaborasi antara peneliti, guru dan siswa, sehingga mudah dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Penarikan kesimpulan juga dilakukan secara kolaborasi yaitu dari peneliti, kepala sekolah dan guru serta subyek didik agar hasil lebih bermakna untuk peningkatan pembelajaran berikutnya, kemudian diadakan verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang kokoh, dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi.

Prosedur Penelitian

Rencana penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan untuk Pembinaan siklus I pada tanggal 24 Februari 2018 dan supervisi pada tanggal 26 Februari s.d. 3 Maret 2018. Siklus II pembinaan dilaksanakan tanggal 10 Maret 2018 dan observasi tanggal 12 s.d. 17 Maret 2018. Sebelum melakukan penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan pendekatan sosialisasi dalam rapat, bahwa akan dilaksanakan suatu penelitian tindakan sekolah melalui supervisi pembelajaran yaitu dengan cara melakukan pertemuan (metting) dengan tujuan keterampilan mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan keadaan sebelum tindakan dilaksanakan. Tindakan prasiklus yang dilakukan yaitu melaksanakan penilaian terhadap pembelajaran yang dibuat oleh guru di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan sebelum diadakan kunjungan kelas sebelum diadakan kunjungan kelas oleh peneliti. Penilaian tersebut meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pengajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Hasil yang diperoleh pada siklus pra siklus dalam penilaian ini adalah sebagai berikut:

Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Guru Pada Kegiatan Perencanaan Pembelajaran Kondisi Awal

No

Kategori

Jumlah Skor

Frek

Persentase

1.

Amat baik

130 ≤ skor ≤ 160

0

0

2.

Baik

100 ≤ skor < 130

2

25%

3.

Cukup

70 ≤ skor < 100

6

75%

4.

Kurang

40 ≤ skor < 70

0

0

Jumlah

8

100%

 

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Trisari pada kondisi awal penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 orang guru, ada 75% guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru di SD Negeri 2 Trisari Secara umum masing belum memadai sehingga diperlukan langkah dan kegiatan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan para guru tersebut dengan pelaksanaan kegiatan penelitain tindakan sekolah.

Hasil penilaian tersebut merupakan jumlah nilai 10 aspek penilaian pelaksanaan pembelajaran pada kondisi awal sebagaimana tabel di bawah ini.

Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Guru Pada Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Kondisi Awal

No

Kategori

Jumlah Skor

Frek

Persentase

1.

Amat baik

136,5 ≤ skor ≤ 168

0

0

2.

Baik

105 ≤ skor < 136,5

2

25%

3.

Cukup

73,5 ≤ skor < 105

6

75%

4.

Kurang

42 ≤ skor < 73,5

0

0

Jumlah

8

100%

 

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa data kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Trisari pada kondisi awal penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 guru ada 75% guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor 73,5 ≤ skor < 105. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru di SD Negeri 2 Trisari Secara umum masing belum memadai sehingga diperlukan langkah dan kegiatan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan para guru tersebut dengan pelaksanaan kegiatan penelitain tindakan sekolah

Hasil Siklus I

Siklus I merupakan tindakan awal penelitian dengan melaksanakan supervisi pembelajaran. Tindakan siklus I dilakukan supervisi pembelajaran untuk diadakan penilaian, kegiatan ini merupakan upaya untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dan cara pemecahan masalah-masalah tersebut. Kunjungan kelas dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran

Hasil penilaian persiapan pembelajaran merupakan data awal setelah dilakukan supervisi. Kriteria penilaian pada siklus ini masih tetap sama seperti pada penilaian perencanaan pembelajaran yang terdiri dari 6 komponen penilian dengan jumlah indikator sebanyak 40 butir. Secara umum hasil penilaian persiapan pembelajaran menunjukkan bahwa data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Trisari pada penelitian siklus I. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari 8 jumlah guru ada 50% guru atau 4 guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100 dan 50% guru atau 4 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 ≤ skor < 130.

Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil Penilaian pelaksanaan Pembelajaran merupakan data yang diperoleh setelah melakukan penilaian persiapan pembelajaran yang telah dinilai tersebut diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat sikap Keterampilan guru dalam pembelajaran di kelas melalui supervisi pembelajaran. Adapun kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus I meliputi 10 aspek penilaian menunjukkan bahwa data kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Trisari pada Siklus I.. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah guru ada 37,5% guru atau 3 orang guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 73,5 ≤ skor < 105 dan 62,5% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 105 ≤ skor < 136,5. Belum maksimalnya hasil penilaian dikarenakan berbagai hal, antara lain kurangnya pengalaman mengajar, mengingat guru yang ada merupakan guru yang belum pernah mengajar di tempat lain, di samping itu kondisi mental guru menurun pada saat dilakukan kunjungan kelas dalam penilaian pelaksanaan kunjungan pembelajaran.

Hasil Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan karena pada siklus I kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di SD Negeri 2 Trisari masih termasuk dalam kategori cukup, belum memenuhi target minimal jumlah skor penilaian dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 – 130 pada perencanaan pembelajaran dan jumlah skor antara 105 – 136,5 pada ketrampilan melaksanakan pembelajaran. Selain itu dalam proses kegiatan pembelajaran masih ada perilaku-perilaku yang negatif baik guru maupun siswa, walaupun berdasarkan pengamatan bahwa pelaksanaan pembelajaran secara umum berjalan dengan baik. Dengan demikian tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada siklus II ini peneliti melaksanakan tindakan dengan rencara dan persiapan yang lebih matang dari pada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan pada persiapan dan pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil yaitu kemampuan/Keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat meningkat seperti yang diharapkan/ditargetkan.

Secara umum hasil penilaian pada kegiatan perencanaan pembelajaran pada pelaksanaan siklus kedua menunjukkan bahwa data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SDN 2 Trisari pada siklus II penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 orang guru ada 0% guru dalam kategori kurang dengan rentang jumlah skor antara 40 ≤ skor < 70 dan untuk kategori baik dengan rentang jumlah skor 71-78 sebesar 75% atau 6 orang guru, dan dalam kategori Amat baik sebanyak 75% atau sebanyak 2 orang guru.

Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini merupakan data kedua setelah diperlakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti siklus I.

Dari jumlah keseluruhan guru sebanyak 8 orang, 3 guru di antaranya atau 37,5% termasuk dalam kategori amat baik dengan rentang jumlah skor antara 136,5 ≤ skor ≤ 168, sedangkan 5 guru atau 62,5%, termasuk dalam kategori baik dengan jumlah skor 105 ≤ skor < 136,5.

Pembahasan Tiap Siklus

Aspek Perencanaan Pembelajaran

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil pra siklus, hasil tindakan siklus I dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut terdiri dari penilaian perencanaan pembelajaran yang meliputi 10 aspek, dengan 40 indikator. Hasil penelitian perindividu guru dapat dilihat pada lampiran-lampiran.

Kegiatan tindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I. hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal kemampuan guru sebelum mengikuti siklus I. Setelah melaksanakan kegiatan, menganalisis, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II.

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan observasi. Pada hari berikutnya sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing guru dilakukan supervisi pembelajaran untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semua kegiatan tersebut dilakukan hingga dua kali, yaitu siklus I dan siklus II pada tempat yang sama. Pada akhir kegiatan dilakukan penelitian pra pembelajaran, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

 

Rekapitulasi Penilaian Peningkatan Keterampilan Guru Pada Kegiatan Perencanaan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I, dan II

Siklus Kategori

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Kurang

0

0

0

Cukup

6

4

0

Baik

2

4

6

Amat baik

0

0

2

 

Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel di atas, hasil penilaian pra pembelajaran dari pra siklus, siklus I, sampai siklus II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru pada setiap aspek penilaian pra pembelajaran semua mengalami peningkatan. Dari 8 orang guru yang mengikuti kegiatan supervisi pembelajaran, pada kondisi awal, 6 orang guru memiliki keterampilan merencanakan pembelajaran dengan kategori cukup, dan 2 orang guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil observasi sebagian besar guru belum memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada siklus pertama, keterampilan guru dalam mengajar meningkat menjadi 4 orang guru dengan prosentase 50%, yang dinyatakan meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran. Pada akhir siklus kedua, semua guru dinyatakan telah meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran karena dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 6 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Amat Baik. Dengan batasan prosentase 80%, dan dinyatakan meningkat keterampilannya dalam mengajar.

Aspek Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan penilaiannya, pada hari berikutnya dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat hasilnya pada tabel di bawah ini.

Rekapitulasi Penilaian Peningkatan Keterampilan Guru Pada Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran per Aspek Kondisi Awal, Siklus I, dan II

Siklus Kategori

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Kurang

0

0

0

Cukup

6

3

0

Baik

2

5

5

Amat baik

0

0

3

 

Berdasarkan data pada lembar pengamatan dari prasiklus, siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pada pra siklus ada 6 orang guru kategori cukup dan 2 orang guru kategori baik. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, 3 guru yang kategori cukup dan 5 orang guru kategori baik. Pada siklus II menunjukkan bahwa 5 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran dengan prosentase 80% sehingga proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.

Berdasarkan dari serangkaian analisis data pelaksanaan supervisi pembelajaran untuk mengetahui Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, telah terjadi perubahan perilaku guru yang positif, maka menunjukkan tingkat Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian prapembelajaran yang cenderung meningkat diikuti dengan hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran yang meningkat pula, ini menunjukkan adanya peningkatan Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya supervisi pembelajaran melalui kunjungan kelas dapat membantu guru dalam meningkatkan Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas KBM yang baik dan menyenangkan.

Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diperoleh simpulan. Keterampilan guru-guru di SD Negeri 2 Trisari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 dinyatakan meningkat setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penilaian yang dilaksanakan pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang terus meningkat pada setiap siklusnya.

1.     Pada aspek perencanaan pembelajaran setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada 8 orang guru yang mengikuti kegiatan supervisi pembelajaran, pada kondisi awal 6 orang guru memiliki keterampilan merencanakan pembelajaran dengan kategori cukup dan 2 orang guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil observasi sebagian besar guru belum memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada siklus pertama, keterampilan guru dalam mengajar meningkat menjadi 4 orang guru dengan prosentase 50%, yang dinyatakan meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran. Pada akhir siklus kedua, semua guru dinyatakan telah meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran karena dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 6 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Amat Baik. Dengan prosentase 80%,

2.     Pada aspek pelaksanaan pembelajaran berdasarkan data pada lembar pengamatan siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data pada lembar pengamatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pada pra siklus ada 6 orang guru kategori cukup dan 2 orang guru kategori baik. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, 3 guru yang kategori cukup dan 5 orang guru kategori baik. Pada siklus II menunjukkan bahwa 5 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran dengan prosentase 80% sehingga proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.

 

Saran

Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian tersebut peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1.     Kepala Sekolah hendaknya melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk semua guru setiap semester, sehingga semua guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran dan melaksanakannya dengan baik. Di samping itu dapat menumbuhkan motivasi guru terhadap penyusunan administrasi pembelajaran, mengingat semua skenario pembelajaran tercantum pada rencana pembelajaran. Dengan demikian guru yang melaksanakan pembelajaran selalu berpedoman pada rencana pembelajaran.

2.     Pengawas Sekolah, dan Kepala sekolah hendaknya melaksanakan supervisi kunjungan kelas terhadap semua guru secara rutin juga, untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar serta tindak lanjut untuk mencari solusi pemecahan masalahnya dalam rangka peningkatan keterampilan guru sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaefudin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.

Nasution, S. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Usman, M.Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.