UPAYA MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA  MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII D SMP N 2 SURUH SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015-2016

Catur Rudiyanto, Sunardi, Tri Widiarto

Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Learning social knowledge in SMP 2 Suruh told for this was still centered on the teacher, so the less aspect there was a development in the learning proces. It was the caused of low yields and compeleteness student learning (KKM) has not been reached. Because students tend to be crowded to the less learning took place. Addressing the problem the study conducted by the ‘ Make a Match ‘ method. The classroom action research (PTK) methods pursued by two cycles. As for the purpose of this reaseched was to improved students learning outcomes and met the completeness criteria minimum (KKM) 75 through the application of learning Make a Match method in VIII Grade of SMP N 2 Suruh second semester of 2015-2016 period. This research was a classroom action research by used of comperative descriptive and compared the data of the student on learning outcome of each cycle. The result obtained showed that average learning outcomes on initial condition completeness was 66,67 with the percentage of 17,67%. After the classroom action research used make a match method was obtained average of first cycle was 82,05 with classical completeness 76,47% and an average of second cycle of learning outcomes was 92 with classical completeness 100%. Based on the result of the study the researcher concluded that  the Make a Match method could improved learning outcomes of the student in VIII grade of SMP N 2 Suruh second semester 2015-2016

Key word : Result of Study, Make a Match Model

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan negara (GBHN) bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan  manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pendidikan nasional tersebut diharapkan dapat terwujud melalui  jenjang pendidikan. Adapun jenjang pendidikan yang dimaksud adalah dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dan seterusnya.

Untuk menunjang keberhasilan program pemerintah tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah peningkatan profesionalisme guru. Guru yang profesional selain mampu menguasai bahan ajar, mampu pula melaksanakan pembelajaran kepada siswa. Untuk itu guru dituntut membuat suatu perencanaan sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelasnya.

Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut terjadi pada siswa di SMP  N 2 SURUH.  Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai IPS yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75. Anggapan tentang kurang pentingnya belajar IPS sering mendominasi pemikiran siswa sehingga banyak diantara mereka kurang berminat untuk mempelajari IPS dan siswa kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu, pembelajaran juga masih terpusat pada guru, dengan kata lain guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan model ceramah dan tanya jawab saja sehingga hal tersebut memicu proses pembelajaran yang monoton. Guru banyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan dilaksanakan penelitian pembelajaran IPS menggunakan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII D SMP N 2 SURUH . Metode make a match ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki hasil belajar IPS.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Sunhaji, belajar adalah perubahan perilaku yang direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan. Jadi, definisi belajar disini lebih luas (pandangan modern), yakni bahwa perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, melainkan dapat bermacam-macam : berupa fakta, konsep keterampilan, intelektual, maupun keterampilan motorik lainnya.

Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM)

Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukanlah sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang perlu disyukuri. Dengan demikian PAIKEM adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. (Agus Suprijono,2011: 10-11).

PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif yang dimaksudkan adalah pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovasi adalah proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari, makna itu bisa dicapai apabila pembelajaran itu dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dijalankan. Kreatif juga dimaksudkan menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas dapat dikembangkan.

Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif.

Model Pembelajaran Make a Match

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas adalah model pembelajaran make a match. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002:30) bahwa pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitik beratkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.

Penerapan model pembelajaran ini, siswa harus mencari pasangan atau mencocokan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS ialah mata pelajaran yang diajarkan di jenjang sekolah dasar hingga menengah. IPS mengkaji tentang manusia dan segala sesuatu di sekitarnya. Menurut Kosasih IPS membantu memecahkan permasalahan antara manusia dan lingkungannya, sehingga manusia memahami lingkungannya. Menurut Slamet Soewardi, dkk (2008:1) ilmu pengetahuan sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Selanjutnya Nasution mengemukakan IPS adalah suatu program pendidikan yang mempersoalkan manusia dalam lingkungan  fisik maupun dalam lingkungan sosialnya.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan terdiri dari 2 siklus. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh  Kemmis dan Mc. Taggart dalam Sunardi (2011: 29). Model tersebut digambarkan sebagai berikut.

PTK3

Gambar. 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sunardi, 2011:29)

Prosedur PTK terdiri 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap. Setiap siklus tindakan meliputi:

1. perencanaan (plan),

2. pelaksanaan (act),

3. pengamatan (observe),

4. refleksi (reflect).

Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah data-data diperoleh adalah menganalisis serta mengolah data. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisa deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan dan memaparkan data hasil belajar siswa antara kondisi awal dengan siklus I, membandingkan dan memaparkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran make a match antara siklus I dan siklus II. Sedangkan untuk menghitung prosentase ketuntasan kelas digunakan analisa kuantitatif dengan rumus:

Keterangan:

% = prosentase ketuntasan kelas

n = jumlah siswa tuntas

N = jumlah siswa keseluruhan

( Muh. Ali, 1993:186)

HASIL PENELITIAN

Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS dibutuhkan sebagai dasar untuk pengembangan materi, hal ini sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang masih pasif membuat para siswa sulit untuk memahami materi pembelajaran, kondisi di dalam kelas yang kurang aktif yaitu siswa hanya diam dan mendengarakan penjelasan guru membuat suasana belajar kurang menarik dan menjenuhkan, Ketika guru memberikan materi dengan model pembelajaran ceramah serta tidak memanfaatkan metode-metode pembelajaran yang telah ada mengakibatkan kurang efisiennya pembelajaran yang ada di dalam kelas tersebut. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPS siswa dituntut benar-benar aktif, yang dimaksud aktif adalah dimana ada interaksi antara guru dan siswa ada saling keterkaitan serta membuat suasana kelas menjadi nyaman dengan memanfaatkan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa menjadi merasa senang dan antusias dalam pembelajaran yang mereka ikuti yaitu pembelajaran IPS. Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII D terdapat 28 siswa (83%) yang belum tuntas dan 6 siswa (17%) tuntas

HASIL PELAKSANAAN SIKLUS 1

Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat yaitu tanggal 21 dan 22 Januari 2016, di hari pertama pembelajaran dimulai pada pukul 08.20 – 09.40 WIB diawali dengan pembukaan dan salam dari guru. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Diperoleh hasil untuk nilai terendah 72, dengan peningkatan 30, rata-rata klasikal 82,05 terdapat peningkatan 15,38 dan ketuntasan klasikal 76,47%dengan peningkatan 58,87%. Dengan hasil yang telah didapat terlihat bahwa menggunakan model pembelajaran make a match bagi siswa kelas 8 D menghasilkan perubahan pada nilai yang drastic.

HASIL PELAKSANAAN SIKLUS II

Siklus II berlangsung pada hari Selasa dan Rabu yaitu tanggal 9 dan 10 Februari 2016 WIB pertemuan pertama pada siklus II  pada hari Selasa dimulai pukul 09.40-11.00 WIB  diawali dengan pembukaan dan salam dari guru. Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 86 sehingga terdapat peningkatan 14, nilai tertinggi 100 dengan peningkatan 4, rata-rata klasikal 92, yang berarti terdapat peningkatan 7,95 dan ketuntasan klasikal 100% dengan peningkatan 23,53%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:Pemahaman siswa terhadap materi pokok bahasan tentang pembentukan BPUPKI dan sidang BPUPKI mengalami peningkatan, setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model Make a Match. Hal ini dapat dilihat dengan hasil rata-rata klasikal pada Pra Siklus 66,67 (belum menggunakan model make a match) menjadi 82,05 pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 92 pada Siklus II setelah menggunakan model pembelajaran  Make a Match. Kegiatan pembelajaran Make a Match yang telah diterapkan membuat aktivitas dalam proses belajar mengajar meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas RI, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Elida Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Depdikbud: Jakarta.

Endang Supartini. 2001. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. FIP-UNY: Yogyakarta.

Hamzah. B. Uno. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi aksara.

Henny Ambarwati. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match dalam upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahyn Ajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo

Mulyono, J. 1980. Ilmu Pengetahuan Sosial Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.Jakarta: Depdikbud.

Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nasution. 1975. Ilmu Pengetahuan Sosial Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta: Depdikbud.

Ratna Willis Dahar. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta.

Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Slameto. 1991. Evaluasi Pendidikan. FKIP UKSW  Bumi Aksara:  Salatiga.

Slamet Soewardi, dkk. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Internet

Sunardi. Model-model Pembelajaran. (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr= countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N) . Diunduh, Senin, 6 Maret 2015 pukul. 20.00

Â