UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PRAKTIK SHOOTING DAN CONTROLLING DALAM SEPAK BOLA MELALUI METODE RESIPROKAL DI SD NEGERI BLIMBING 3

KELAS IV SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Kustur

SD Negeri Blimbing 3

 

ABSTRAK

Penelitian dengan menerapkan metode resiprokal dalam pembelajara bola besar permainan sepak bola ini bertujuan untuk 1) meningkatkan hasil belajar hasil belajar praktik shooting dan controlling, dan 2) mendeskripsikan hasil belajar siswa pada pembelajaran teknik dasar shooting dan controlling dalam pembelajaran permainan bola besar sepakbola. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV Semester I SDN Blimbing 3 tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 42 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan melalui penerapan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola, dan peningkatan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola tersebut ditunjukkan peningkatan ketuntasan klasikal siswa. Pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 80% dan pada akhir siklus II mencapai 95%.

Kata Kunci: Hasil belajar, Shooting dan Controlling, Metode Resiprokal

 

PENDAHULUAN

Dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani, banyak faktor pendukung yang diperlukan antara lain; faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode pembelajarannya. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas olahraga termasuk olahraga permainan seperti permainan sepak bola.

Pembelajaran Penjas yang kurang menarik dapat mengakibatkan siswa cenderung bosan pada saat proses pembelajaran, siswa kurang memperhatikan proses belajar-mengajar, dan siswa terlena dengan aktivitas sendiri sehingga kurang dapat menguasai materi yang dibelajarkan. Pada saat penulis menyampaikan materi permainan bola besar yaitu sepak bola khususnya materi shooting (menendang bola) dan controlling (menghentikan bola) diperoleh hasil yang masih kurang baik. Berdasar tes awal yang dilakukan terlihat dari 16 anak hanya 5 anak (31.2%) yang mampu melakukan dengan baik. Sedangkan 11 anak (68.8%)masih kurang baik, belum mencapai KKM.

Guna mengatasi masalah-masalah di atas, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode resiprokal (reciprocal style) yakni suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan siswa saling memberikan umpan balik antar mereka. Tanggung jawab untuk memberikan umpan balik bergeser dari guru kepada siswa. Metode ini memungkinkan para siswa meningkatkan interaksi sosial antara teman sebayanya sehingga dalam pembelajaran dengan metode resiprokal dapat menumbuhkan hubungan sosial antar teman sebaya dan kondisi untuk memberi umpan balik yang cepat dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara bersama.

Berdasarkan latar belakang masalah seperti terurai di atas,maka dapat dirumuskan masalah penelitian itu sebagai berikut: (1) Apakah dengan penerapan metode resiprokal dapat meningkatkan keaktifan belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola ? (2) Apakah dengan penerapan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola ? (3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola melalui metode resiprokal ?

Tujuan penelitian harus selaras dengan perumusan masalah, sehingga tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola melalui metode resiprokal, (2) Untuk meningkatkan keaktifan belajar dengan penerapan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola (3) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran teknik dasar shooting dan controlling dalam permainan sepak bola melalui metode resiprokal.

KAJIAN TEORI HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Belajar

Keaktifan Belajar

Menurut tokoh ilmu jiwa lama John Lock, mengungkapkan bahwa murid ibarat kertas putih yang tidak bertulis. Dalam hal ini terserah kepada guru mau dibawa kemana, mau diapakan murid itu. Guru adalah yang mengatur dan memberi isinya aktivitas guru dalam pembelajaran mendominasi kegiatan, sementara murid bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru yang menentukan bahan dan metode sedang aktivitas murid terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan guru apabila bertanya. Para siswa bekerja dan berpikir karena atas perintah guru, sehingga proses pembelajaran tidak mendorong anak didik untuk berpikir dan beraktivitas.

Peaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989:149) menjelaskan bahwa anak itu berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak itu tidak berpikir, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Dalam hal ini berbuat berarti melakukan aktivitas, aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani).

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa di sekolah cukup komplek dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Jika berbagai aktivitas tersebut diciptakan, maka sekolah akan dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang optimal, yang pada gilirannya akan mampu memperlancar fungsi dan peranan sebagai pusat transformasi kebudayaan.

 

Pengertian Belajar

Nurhidayat, (2001:7) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.

Sardiman (2002:23) menjelaskan bahwa “Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotrik”.Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar menyangkut berbagai unsur seperti cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotrik yang kesemuanya itu berintegrasi dalam meningkatkan pribadi manusia.

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan yang melibatkan unsur kognitif, afektif, dan pesikomotorik dalam periode waktu yang panjang.

Hasil Belajar

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa atau peserta didik.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Hakikat Metode Resiprokal

Menurut Triyanto (2007: 94) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Hamalik (2001:67) merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik, dalam pembelajaran ini guru serta murid memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik (teks), model pembelajaran ini terdiri dari empat aktivitas yaitu memprediksi (prediction), meringkas (summarizing), membuat pertanyaan (questioning), dan menjelaskan (clarifing).

Reciprocal Teaching digambarkan sebagai aktifitas pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk dialog antara guru dengan siswa-siswanya mengenai bagian dari suatu teks. Aktivitas dialog tersebut disusun dengan empat strategi yaitu merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memprediksi. Senada dengan pendapat Polinscar, Arend pun menyatakan Reciprocal Teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi kognitif, serta membantu siswa memahami bacaan dengan baik (Ain Zaelan, 2005: 13).

Reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan (Triyanto, 2007: 96). Menurut Sriyanti dan Marlina (2003:118) menjelaskan bahwa pembelajaran resiprokal merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa Pembelajaran resiprokal (Reciprocal Teacing) adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk memberikan manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai dan memberikan ketrampilan pada siswa dalam memahami apa yang dibaca didasarkan pada pengajuan pertanyaan.

Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akan bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya.

Pembelajaran berbalik atau Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan siswa mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain (Triyanto, 2007: 98).

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa reciprocal teaching adalah suatu prosedur pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi pemahaman mandiri yang berbentuk diskusi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang memberikan kesempatan berfikir dan saling bertukar pengalaman belajar yang berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa dalam memahami bacaan. Model reciprocal teaching menempatkan siswa (peserta didik) sebagai subyek belajar yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang berbeda-beda.

Materi Shooting dan Controlling

Pembelajaran shooting dan controlling pada materi Penjas kelas 5 SD adalah sesuai dengan standar kompetensi Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan kompetensi dasar Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik, nilai kerja sama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut terdapat indicator materi 1) Melakukan keterampilan menggiring (shooting) bola secara sederhana, dan 2) Melakukan keterampilan mengumpan (controlling) dan menahan (control) bola secara sederhana dengan berpasangan.

Shooting atau menendang bola dalam sepak bola sangatlah penting. Karena shooting adalah salah satu teknik dasar dalam sepak bola. Ketika Anda tidak menemukan teman yang bisa diumpan, Anda harus menshooting atau menendang bola tersebut. Demikian pula ketika mengumpan akan berakibat offside, Anda bisa jadi harus menggiring. Menggiring pada dasarnya dibedakan menjadi dua: closed shooting dan speed shooting. Closed shooting dilakukan dengan kontrol penuh atas bola, dilakukan ketika bola tidak benar-benar aman dari lawan kita. Pada closed shooting, bola tidak boleh berada lebih dari 1 meter didepan kaki kita. Adapun speed shooting hanya memiliki satu tujuan: kecepatan. Pada speed shooting, kita menendang bola dengan berlari secepat-cepatnya. Bisa dilakukan dengan menendang bola kedepan lalu kita kejar sekuat-kuatnya. Namun syaratnya, pemain benar-benar bebas dari tekanan lawan.

Teknik controlling dalam sepak bola merupakan teknik dasar yang sangat penting. Karena dengan umpan yang tepat (akurat) maka taktik atau strategi yang sudah direncanakan dapat direalisasikan. Ada beberapa macam teknik controlling, yaitu: 1) umpan menyusur tanah (pendek), yaitu umpan-umpan pendek lazimnya untuk membangun suatu serangan atau kerja sama dalam mencari peluang memasukkan bola ke gawang lawan. Atau, teknik menyepak dengan menggunakan kaki bagian dalam atau kaki bagian luar, 2) umpan lambung (jauh) atau disebut long controlling, yaitu umpan yang digunakan untuk menusuk pertahanan lawan. Teknik menyepak menggunakan ujung kaki bagian dalam, 3) umpan tanpa rintangan, berarti jauh dari musuh, tidak terlalu sulit, dan 4) umpan dengan adanya rintangan (lawan), yaitu umpan yang lazimnya digunakan untuk menyelamatkan bola supaya tetap dikuasai tim. Latihan dasar mengoper bola dapat dilakukan dengan berbagai variasi berdasarkan skill atau kemampuan pribadi masing-masing pemainnya, semakin tinggi skill seorang pemain, akan semakin mudah dan banyak variasi dapat diciptakan dan semuanya tergantung pada situasi dan kondisi permainan.

Kerangka Pemikiran

Penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah rendahnya minat belajar siswa. Untuk memperbaiki hasil belajar siswa adalah dengan meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani, yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas afektif, kognitif, dan psikomotorik individu secara alami dan konsisten.

Dalam melaksanakan pembelajaran mestinya guru dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuia dengan karakteristik materi, menimbulkan interaksi belajar antara guru dengan murid. Pembelajaran dengan menerapkan metode resiprokal (reciprocal style) yakni suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik kepada temannya sendiri. Tanggung jawab untuk memberikan umpan balik bergeser dari guru kepada siswa. Metode ini memungkinkan para siswa meningkatkan interaksi sosial antara teman sebayanya sehingga dalam pembelajaran dengan metode resiprokal dapat menumbuhkan hubungan sosial antar teman sebaya dan kondisi untuk memberi umpan balik yang cepat dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara bersama.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah: (1) Dengan menerapkan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa melakukan praktik shooting dan controlling dalam pembelajaran permainan sepak bola. (2) Dengan menerapkan metode resiprokal dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa melakukan praktik shooting dan controlling dalam pembelajaran permainan sepak bola.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN Blimbing 3 Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Semerter I tahun 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada semester genap 2018/2019, yaitu pada bulan Agustus hingga bulan November 2018. Subyek penelitian adalah seluruh siswa Kelas V SD Negeri Blimbing 3 kabupaten Sragen yang berjumlah 16 anak, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom actions research) yang dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan seorang teman sejawat yaitu guru Penjas kelas V. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai guru yang melaksankan pembelajaran menyusun rencana kegiatan, mengobservasi tindakan di kelas, dan melaporkan hasil penelitian secara obyektif sesuai dengan fakta dan keadaan pada kelas yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data

1.     Tes siklus I dan tes siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2.     Observasi lapangan terhadap aktivitas siswa dan guru untuk mengetahui perilaku siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini terdiri dari soal evaluasi dan lembar observasi siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

1.     Alat evaluasi hasil belajar

Alat evaluasi hasil belajar berupa penugasan unjuk kerja melakukan praktik controlling dan shooting, instrumen ini disusun untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi yang dibelajarkan.

2.     Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kualitas proses pembelajaran dengan parameter aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi ini berisi poin pengamatan terhadap siswa yang merupakan indikator aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam melaksanakan tindakan ini, yaitu mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan

Mc Taggart yang berupa model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana tindakan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan suatu dasar pemecahan permasalahan (Supardi, 2011).

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian yang ditentukan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya cukup baik, (2) secara klasikal 80% siswa mencapai ketuntasan belajar yaitu mendapat nilai > 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sebelum Penelitian

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran shooting (menendang bola) dan controlling (menghentikan bola) dalam pembelajaran permainan bola besar yaitu sepak bola selama ini yang diperoleh siswa melalui pembelajaran konvensional belum maksimal, disamping keaktifan siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat tabel berikut: Dalam meningkatkan keaktifan belajar peneliti menggunakan indikator yang diantaranya adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sedangkan hasil belajar dapat diamati dari hasil evaluasi (kognitif) yang diberikan pada siswa.

Berdasarkan grafik diatas hasil observasi keaktifan belajar Pra Siklus siswa kelas V diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen masih tergolong rendah. Dari 16 siswa, siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah berjumlah 6 siswa (37,5%), sedang berjumlah 10 siswa (62,5%), dan tinggi berjumlah 0 siswa (0%), dengan rincian pencapaian indikator keaktifan belajar sebagai berikut: Sebanyak 3 siswa atau 18,75% siswa yang mempunyai keinginan untuk berhasil. Sebanyak 8 siswa atau 50% siswa yang memiliki dorongan dalam belajar. Sebanyak 4 siswa atau 25% siswa yang merasa senang dalam belajar. Sebanyak 4 siswa atau 25% siswa yang tertarik dengan kegiatan pembelajaran. Sebanyak 5 siswa atau 31,25% siswa yang merasa nyaman dengan lingkungan belajar.

Kondisi awal keaktifan dan hasil belajar yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen yang tergolong rendah menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Solusi perbaikan yang dilakukan yaitu penerapan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen dapat meningkat. Salah satu strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah strategi Reciprokal. Strategi ini dipilih untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada tema Permainan bola besar.

Penelitian Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan belajar siswa kelas V , Siklus I mengalami peningkatan dari Pra Siklus. Hasil Siklus I dapat diketahui bahwa dari 16 siswa, siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah berjumlah 4 siswa (25%), sedang berjumlah 12 siswa (75%), tinggi berjumlah 0 siswa (0%), dengan rincian pencapaian indikator keaktifan belajar sebagai berikut: Pertama, mempunyai hasrat dan keinginan berhasil berjumlah 6 siswa (37,5%). Kedua, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar berjumlah 10 siswa (62,5%). Ketiga, mempunyai penghargaan dalam belajar berjumlah 5 siswa (31,25%). Keempat, kegiatan yang menarik dalam belajar berjumlah 7 siswa (43,75%). Kelima, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif berjumlah 9 siswa (56,25%).

Observasi mengenai hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan I, nilai rata-rata kelas V yaitu 72,125 siswa yang sudah mencapai KKM berjumlah 11 orang siswa dan yang belum mencapai KKM berjumlah 5 orang siswa. Nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari nilai prasiklus.

Pelaksanaan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Agustus 2018. Kegiatan observasi Siklus I pertemuan kedua pada siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut, diperoleh hasil mengenai keaktifan belajar yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen, yaitu sebagai berikut:

Penelitian Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, dapat diketahui bahwa pada siklus II pertemuan I, nilai rata-rata kelas V yaitu 72,68 siswa yang sudah mencapai KKM berjumlah 13 orang siswa dan yang belum mencapai KKM berjumlah 3 orang siswa.

Kegiatan observasi Siklus II pada siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut, diperoleh hasil mengenai Keaktifan belajar yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen, yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan Keaktifan belajar siswa kelas V, Siklus II mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Hasil Siklus II dapat diketahui bahwa dari 32 siswa, siswa yang memiliki Keaktifan belajar sedang berjumlah 4 siswa (25%), tinggi berjumlah 12 siswa (75%), dan sangat tinggi berjumlah 0 siswa (0%), dengan rincian pencapaian indikator Keaktifan belajar sebagai berikut: Pertama, mempunyai hasrat dan keinginan berhasil berjumlah 12 siswa (62,5%). Kedua, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar berjumlah 10 siswa (62,5%). Ketiga, mempunyai penghargaan dalam belajar berjumlah 6 siswa (37,5%). Keempat, kegiatan yang menarik dalam belajar berjumlah 12 siswa (75%). Kelima, adanya lingkungan belajar yang kondusif berjumlah 13 siswa (81,25%).

Hasil penilaian pada siklus II dapat dilaporkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa pada siklus II pertemuan II, nilai rata-rata kelas V yaitu 83,25 siswa yang sudah mencapai KKM berjumlah 15 orang siswa dan yang belum mencapai KKM berjumlah 1 orang siswa.

Refleksi

Setelah dilakukannya pengamatan atau observasi selama pelaksanaan Siklus II, peneliti melakukan analisis terhadap hasil pengamatan mengenai Keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri Blimbing 3 Sambirejo Sragen yang telah diperoleh pada proses pembelajaran Siklus II berlangsung. Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan peneliti tersebut terdapat perbedaan yang sangat jelas.

Hasil Siklus II dapat diketahui bahwa pencapaian indikator Keaktifan belajar sebagai berikut: Pertama, mempunyai hasrat dan keinginan berhasil berjumlah 15 siswa (93,75%). Kedua, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar berjumlah 15 siswa (93,75%). Ketiga, mempunyai penghargaan dalam belajar berjumlah 12 siswa (75%). Keempat, kegiatan yang menarik dalam belajar berjumlah 14 siswa (87,5%). Kelima, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif berjumlah 14 siswa (87,5%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1.   Penerapan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola.

2.   Peningkatan hasil belajar praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola tersebut ditunjukkan peningkatan ketuntasan klasikal siswa. Pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 80% dan pada akhir siklus II mencapai 95%.

Saran

Berdasar hasil kesimpulan penelitian tindakan kelas di atas, penulis dapat menyampaikan saran sebagai berikut:

1.   Untuk Guru

a.   Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa praktik shooting dan controlling dalam permainan sepak bola, guru mata pelajaran Penjasorkes khususnya lingkup SDN Blimbing 3 hendaknya menerapkan metode resiprokal.

b.   Untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran penjasorkes dengan metode resiprokal, hendaknya guru mengkondisikan siswa untuk selalu memperhatikan penjelasan dan contoh gerakan dari guru maupun teman yang telah menguasai materi dengan baik.

2.   Untuk Siswa

a.     Siswa memperhatikan setiap penjelasan materi yang disampaikan guru, sehingga pada saat diminta melakukan unjuk kerja atau praktik dapat melaksanakan dengan baik sesuai contoh dari guru.

b.     Siswa hendaknya selaluaktif berdiskusi dan berkoordinasi dengan teman terutama bertanya kepada teman yang sudah mengusai materi dengan baik untuk meminta tanggapan, masukan dan umpan balik terhadap kemampuannya agar mendapat saran perbaikan dari teman yang lebih menguasai materi.           

DAFTAR PUSTAKA

Ain Zaelan, 2005. Strategi dan Pendekatan Belajar Aktif. Surabaya: Cipta Sembada

Hamalik, Umar. 2001. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Martono, Sapto. 2008. Pendekatan Humanistik dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia

Nasution, Hendra. 2006. Model Pembelajaran dan Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Ilmu

Nurhidayat, 2001. Metode Pembelajaran Berbasis Keaktifan Siswa, Jakarta, Erlangga

Sardiman, 2002. Keaktifan dalam Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya

Sriyanti dan Marlina. 2003. Pendekatan Pembelajaran Konstruksivistik. Yogjakarta: Sanata Dharma

Supardi. 20011. Strategi menyusun penelitian tindakan kelas. Yogjakarta: Andi

Suyatno, 2009. Afeksi Siswa Dalam Belajar, Jakarta, Sumber Ilmu

Trianto. 2007. Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Jakarta: Gramedia