UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI ASEAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD

PADA SISWA KELAS VI SDN 2 BACEM TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Warji

SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar PKn tentang ASEAN pada siswa kelas VI SDN 2 Bacem semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD). Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 selama 4 bulan, mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2017. Tempat penelitian di SDN 2 Bacem, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Subjek penelitian seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 24 anak. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus yang masing- masing siklus dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi tindakan. Untuk teknik pengumpulan data digunakan teknik tes berupa tes evaluasi. Selanjutnya untuk menjaga keakuratan hasil penelitian maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil antara data awal, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatkan keaktifan belajar pada saat proses pembelajaran. Pada kondisi awal, keaktifan belajar siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, keaktifan belajar siswa menjadi sedang. Pada siklus II, keaktifan belajar siswa meningkat menjadi tinggi. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Pada kondisi awal, dari 24 siswa kelas VI, setelah dilakukan ulangan harian yang tuntas belajar 13 anak (54,17%). Nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 65,42. Pada siklus I terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar menjadi 16 anak (66,67%). Rata-rata nilai ulangan juga meningkat menjadi 71,25. Siklus II juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas menjadi 20 anak (83,33%). Rata-rata nilai ulangan meningkat menjadi 77,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar PKn tentang ASEAN pada siswa kelas VI SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran STAD

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti sebagai kepala sekolah di SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo yang mengampu mata pelajaran PKn Kelas IV, V dan VI dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn masih terpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Situasi belajar mengajar yang kurang kondusif membuat siswa justru melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat. Banyak diantara mereka yang ramai sendiri, mengganggu teman, sekadar corat-coret buku, melamun bahkan adapula yang mengantuk. Guru kurang memberi motivasi kepada siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Guru lebih terfokus pada menerangkan daripada mengkondisikan siswa. Penggunaan metode ceramah oleh guru membuat sebagian siswa merasa bosan mengikuti pembelajaran PKn. Beberapa siswa mengaku kesusahan dalam memahami materi, terlebih-lebih PKn memuat banyak materi-materi hafalan.

Kurang tepatnya metode yang diterapkan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa. Berdasarkan dokumen daftar nilai, hasil belajar PKn materi ASEAN siswa kelas VI SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo tergolong rendah. Dari data rekap nilai ulangan harian siswa, diketahui bahwa dari 30 siswa, baru 13 siswa (54,17%) yang sudah mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70,00. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 11 siswa (45,83%) masih di bawah KKM. Rata-rata ulangan harian siswa juga sangat rendah yaitu 65,42.

Peneliti berharap keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan. Diharapkan suasana belajar bisa semakin hidup dengan perhatian dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan keaktifan belajar siswa yang meningkat, diharapkan pula hasil belajar yang diraih siswa juga dapat ditingkatkan. Persentase ketuntasan belajar diharapkan dapat meningkat sebagai cerminan dari kualitas pembelajaran yang meningkat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa yang akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang bersifat kooperatif.

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran PKn adalah model pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions). Melalui STAD, siswa dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, dan mengajarkan makna keberagaman kepada siswa. Pembelajaran kooperatif model STAD memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif. Adanya kompetisi dalam kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompok. Diskusi memfasilitasi siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling menyampaikan pendapat, menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman yang lain, mampu menerima perbedaan dan menyumbangkan pikiran untuk memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi kelompok siswa akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang justru akan melatih mereka untuk dapat menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya akan menemukan konsep yang sama.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.     Bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PKn tentang ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem melalui penerapan model pembelajaran STAD pada tahun pelajaran 2016/2017?

2.     Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn tentang ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem melalui penerapan model pembelajaran STAD pada tahun pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran di SDN 2 Bacem. Lebih khusus lagi penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SDN 2 Bacem pada mata pelajaran PKn tentang ASEAN melalui penerapan model pembelajaran STAD tahun pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

1.     Bagi siswa hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan sebagainya.

2.     Bagi guru dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pembelajaran kepada siswa dengan menerapkan model pembelajaran STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PKn.

3.     Bagi sekolah dapat dijadikan rujukan dalam penggunaan model pembelajaran STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

4.     Bagi peneliti, penelitian ini akan memberi manfaat karena peneliti akan lebih mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar sekaligus menentukan solusinya, sebagai bekal bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik di masa yang akan datang.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Keaktifan Belajar

Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya “kegiatan/keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28) adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Selanjutnya Sardiman (2011: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu: a) proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, b) proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu: a) perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, b) interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb.

Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Hasil Belajar

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila dikaitkan dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.

Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Nana Sudjana (2005: 40) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Selain faktor kemampuan siswa terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Salah satu lingkungan belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Menurut Wina (2006: 242), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif lebih dari sekadar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif. Sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar bersama-sama dalam kelompok. Stahl mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Etin, 2007: 5).

Model pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan pada tim yang beranggotakan empat sampai lima orang yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, maupun tingkat kemampuannya (prestasinya). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut. Pada tahap akhir, siswa dikenai kuis dengan catatan siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

STAD terdiri dari lima komponen utama. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim (Slavin, 2009: 143).

Setiap penggunaan metode dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian pula dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif model STAD memiliki banyak keunggulan yaitu: pembelajaran menjadi aktif, siswa lebih mudah memahami konsep, kemampuan siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berfikir kritis. Selain itu pembelajaran kooperatif model STAD memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan siswa ke arah pengembangan nilai, sikap, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam kelompoknya sebab dalam STAD siswa dihadapkan pada kondisi kelompok yang heterogen dimana siswa harus belajar bagaimana mengemukakan pendapat, memberi kesempatan kepada teman untuk berpendapat, bagaimana menghargai pendapat teman satu timnya, saling mengoreksi kesalahan dan saling membetulkan satu sama lainnya.

Selain kelebihan-kelebihan di atas, STAD juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti halnya dengan kelemahan yang ada dalam pembelajaran kooperatif lainnya. Kelemahan tersebut adalah ramai, alokasi waktu yang kurang mencukupi, guru mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi belajar kooperatif, siswa kurang dapat bekerjasama dengan teman yang tidak akrab, serta adanya dominasi dari siswa yang pandai.

Kerangka Berpikir

Kenyataan di lapangan yang terjadi di SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran PKn materi ASEAN pada siswa kelas VI SDN 2 Bacem masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran juga masih rendah. Dari kajian teori yang dilakukan, model pembelajaran STAD diyakini mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Dengan meningkatnya keaktifan belajar, diharapkan hasil belajar siswa juga dapat ditingkatkan.

Hipotesis Tindakan                                                              

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis dari penelitian adalah:

1.     Penerapan model pembelajaran STAD mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

2.     Penerapan model pembelajaran STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Bacem. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 selama 4 bulan, mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2017. Subjek penelitihan adalah siswa kelas VI SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 24 anak dengan rincian 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: (1) Data kuantitatif bentuknya tes diperoleh melalui nilai ulangan harian siswa, (2) Data kualitatif bentuknya nontes yang diperoleh melalui pengamatan keaktifan belajar siswa, hasil observasi dan tanggapan dari kolaborator, kuisioner siswa dan wawancara siswa. Instrumen dalam penelitian ini meliputi RPP siklus I dan II, LKS siklus I dan II, Lembar Observasi, Butir Soal Ulangan dan Lembar Kuisioner. Teknik pengumpulan data adalah tes dan nontes. Teknik tes dilakukan pada saat ulangan harian di akhir setiap siklus. Teknik nontes dilakukan pada saat proses pembelajaran melalui pengamatan. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian tindakan dilaksanakan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), obsevasi (observing), dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

            Pembelajaran Pra Siklus mendapatkan data tentang keaktifan dan hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan, keaktifan belajar siswa pada pembelajaran Pra Siklus masuk kategori rendah. Dari proses belajar mengajar yang terjadi pada pembelajaran Pra Siklus akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa yang juga rendah. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Pra Siklus:

Gambar 1. Diagram Hasil Belajar Pra Siklus

            Gambar di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Pra Siklus terdapat 13 siswa atau 54,17% yang tuntas belajar dengan mencapai nilai hasil ulangan harian > 70. Sejumlah 11 siswa atau 45,83% masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran Pra Siklus adalah 65,42.

Siklus I

            Pelaksanaan siklus I dilakukan setelah melakukan kegiatan perencanaan. Pelaksanaan tindakan pada bulan Maret 2017. Pembagian kelompok pada pembelajaran siklus I adalah 6 siswa dalam setiap kelompok. Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti dibantu observer melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan siswa. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD, di akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti dan observer melakukan kegiatan analisis data dan refleksi. Dari data yang terkumpul, keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I disimpulkan masuk kategori sedang. Sudah terjadi peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pembelajaran Pra Siklus. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Siklus I:

Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Siklus I

            Gambar di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Siklus I terdapat 16 siswa atau 66,67% yang tuntas belajar dengan mencapai nilai hasil ulangan harian > 70. Sejumlah 8 siswa atau 33,33% masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran Siklus I adalah 71,25.

Siklus II

            Seperti halnya siklus I, siklus II dilaksanakan setelah melakukan kegiatan perencanaan. Pelaksanaan tindakan pada bulan April 2017. Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti dibantu observer melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan siswa. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa. Pada siklus II ini, pelaksanaan model pembelajaran STAD disempurnakan dengan membagi kelompok diskusi dengan jumlah lebih sedikit yaitu 4-5 siswa dalam setiap kelompok. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, di akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. Setelah pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti dan observer melakukan kegiatan analisis data dan refleksi. Dari data yang terkumpul, keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus II disimpulkan masuk kategori tinggi. Pada Siklus II kembali terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Siklus II:

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siklus II

            Gambar di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Siklus I terdapat 20 siswa atau 83,33% yang tuntas belajar dengan mencapai nilai hasil ulangan harian > 70. Sejumlah 4 siswa atau 16,67% masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran Siklus II adalah 77,08.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitihan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatan keaktifan dan hasil belajar PKn tentang ASEAN pada siswa kelas VI SDN 2 Bacem pada semester 2 tahun pelajaran2016/2017. Peningkatan keaktifan belajar terjadi pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, keaktifan belajar masuk kategori rendah. Pada siklus I meningkat menjadi sedang dan pada siklus II menjadi tinggi. Jadi peningkatan keaktifan belajar siswa meningkat dari rendah pada kondisi awal menjadi tinggi pada kondisi akhir.

Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 65,42 dengan tingkat ketuntasan belajar 54,17%. Pada siklus I meningkat, rata-rata nilai ulangan harian menjadi 71,25 dan ketuntasan belajar meningkat menjadi 66,67%. Siklus II juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II adalah 77,08 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 83,33%. Jadi secara keseluruhan terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 11,67 poin dan peningkatan tingkat ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 29,17%.

Berikut ini tabel rekapitulasi hasil penelitian yang dilakukan pada pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Keaktifan

Rendah

Sedang

Tinggi

Rata-rata

65,42

71,25

77,08

Tuntas

54,17%

66,67%

83,33%

Tidak Tuntas

45,83%

33,33%

16,67%

Nilai Terendah

40

50

50

Nilai Tertinggi

90

100

100

 

 

 

 

PENUTUP

Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu:

1.     Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo tahun pelajaran 2016/2017.

2.     Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi ASEAN bagi siswa kelas VI SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo tahun pelajaran 2016/2017.

Saran

Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VI SDN 2 Bacem semestar 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, peneliti menyarankan sebaiknya guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bagi pihak sekolah disarankan untuk memberikan dukungan kepada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T. Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, alih bahasa Lita, Cet. 3. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Umiarso. 2011. Pendidikan Pembebasan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media