UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT KISI-KISI DAN NASKAH SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU
DALAM MEMBUAT KISI-KISI DAN NASKAH
SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER
MELALUI PENDEKATAN BIBI PRABA
DI SEKOLAH DASAR WILAYAH BINAAN II
UPT DINDIKPORA KECAMATAN BANJARMAGU
KABUPATEN BANJARNEGARA
Budiyono
Pengawas TK/SD UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara
ABSTRAK
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dalam menyusun kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Tengah Semester melalui pendekatan BIBI PRABA (Bina Bimbing Praktik yang Baik) di Sekolah Dasar Wilayah Binaan II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmagu Kabupaten Banjarnegara.Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan ini diperoleh hasil peningkatan kinerja guru dalam menyusun kisi-kisi, dari kondisi awal sebelum tindakan sebesar 12%, setelah tindakan siklus I menjadi 38%, dan setelah tindakan siklus II meningkat lagi menjadi 58%. Sedangkan peningkatan kinerja guru dalam menyusun Soal Ulangan Tengah Semester, dari kondisi awal sebelum tindakan sebesar 66%, setelah tindakan siklus I menjadi 78%, dan setelah tindakan siklus II meningkat lagi menjadi 89%. Kinerja gabungan pada kondisi awal 45%, setelah siklus I 58% dan setelah siklus II menjadi 73%. Hasil penelitian tindakan Pembimbingan, Pembinaan dan Praktek yang baik terbukti memberi dampak peningkatan kinerja guru dalam menyusun kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Tengah Semester.
Kata Kunci: Kinerja, Bibipraba, Kisi-kisi, Soal UTS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mengembangkan ins-trumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Kompetensi ini menuntut guru mampu menentukan sendiri tujuan penilaian, menyusun kisi-kisi, menyusun soal, melakukan uji coba soal, menganalisis soal dan merakit soal.
Setiap akhir pembelajaran guru harus melakukan evaluasi menggunakan instrumen evaluasi yang dibuat guru dan sudah tercantum dalam RPP. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keter-capaian Kompetensi Dasar (KD). Instrumen yang digunakan tentunya yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. Hasil penilaian digunakan guru untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.
Demikian juga ketika diparuh se-mester. Sesuai dengan Permendiknas No 20 tahun 2007 dan Permendikbud No.66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian, harus dilakukan Ulangan Tengah Semester. UTS ini digunakan untuk mengukur penca-paian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pem-belajaran. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Daerah Binaan II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu terdiri dari 7 SD negeri dan 3 Taman Kanak-Kanak. Dari 7 Sekolah Dasar tentang penyusunan Kisi-kisi dan Naskah Soal UTS cukup mempri-hatinkan. Prosentase guru membuat Kisi-kisi soal baru 12% dan masih ada dua sekolah yang sama sekali belum membuat kisi-kisi soal Ulangan Tengah Semester. Sedang naskah soal sudah dibuat oleh 66% guru.Soal Ulangan Tengah Semester yang selama ini digunakan, diperoleh guru sebagian di ambil atau menjiplak soal dari lembar kerja siswa atau dari kumpulan soal semester serta soal-soal UKK.
Kewajiban seorang guru menyusun soal sendiri banyak diabaikan. Kemauan yang rendah sebagian dipicu dari tidak dimintanya pertanggungjawaban guru me-nyusun soal oleh Kepala Sekolah maupun pengawas sekolah. Sebagian lagi guru tidak menyadari akan mempersulit siswa, bahwa selama ini guru yang melakukan praktik pembelajaran namun yang meng-evaluasi orang lain. Terhadap permasa-lahan di atas penulis menyadari perlunya peningkatan pembinaan pembimbingan dan praktik bagi guru untuk membuat kisi-kisi dan soal Ulangan Tengah Semester sendiri.
Lebih lanjut kondisi di atas menggugah penulis untuk melaksanakan tupoksi dengan penekanan penyusunan kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Tengah Semester di Daerah Binaan II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu. Un-tuk mengurai permasalahan tersebut Penulis menggunakan pendekatan BIBI PRABA yang merupakan akronim dari Bina Bimbing dan Praktik yang baik. Dengan pembinaan para guru diharapkan dapat menyadari kekurangannya, dengan Pem-bimbingan diharapkan dapat mengetahui cara menyusun soal yang baik dan dengan praktik yang baik, guru dapat menghasilkan kisi-kisi dan soal Tengah Semester berkualitas.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dirumuskan se-bagai berikut: “Apakah dengan pendekatan BIBI PRABA kemampuan guru dalam menyusun kisi-kisi dan naskah soal Tengah Semester dapat meningkat?”
Tujuan Penelitian
Mendriskripsikan kemampuan guru dalam menyusu kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Tengah Semester di Daerah Bi-naan II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara.
LANDASAN TEORI
Pengertian Kemampuan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indo-nesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta (2007: 742), kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sang-gup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Ke-mampuan adalah suatu kesanggupan da-lam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Mohammad Zain dalam Mil-man Yusdi, 2010:10). Sedangkan Anggita M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefinisikan kemampuan sebagai suatu dasar seorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan secara efektif atau sangat berhasil.
Pengertian Evaluasi dan Kisi-Kisi.
a. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien. Fungsi dan kegunaan dari penilaian adalah untuk mendapatkan umpan balik serta untuk pengambilan keputusan mengenai siswa, metode bahan pembelajaran dan program itu sendiri.
b. Pengertian Kisi-Kisi.
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification meru-pakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal (Suharsimi, 2007: 185). Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal
Pengertian Ulangan Tengah Semester
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan Pemerin-tah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 yang dimaksud dengan Penilaian pendidikan se-bagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Menurut permendikbud di atas yang dimaksud dengan Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melak-sanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembe-lajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepre-sentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Pengertian Pendekatan Bibi Praba
Pendekatan Bibi Praba sebenarnya hanya kreasi penulis. Bibi Praba merupakan akronim dari Pembinaan, Pembimbingan, dan Praktik yang baik. Pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembinaan guru
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara, perbuatan membina (negara dsb); (2) pembaharuan; penyempurnaan; (3) usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik
b. Pembimbingan guru
Bimbingan merupakan salah satu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan. Sebuah bimbingan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan karena hasil dari bimbingan itu sendiri tidak bisa dilihat dalam satu atau dua kali proses bimbingan. Dalam melakukan bimbingan, harus diakukan secara sistematis dan terarah supaya tercapai tujuan yang diinginkan ( http://carapedia.com/ penger-tian_definisi_bimbingan_info2182.html)
Dalam permendiknas Nomor 12 Tahun 2007, pembimbingan yang dilaku-kan oleh Pengawas sekolah antara lain dalam bentuk:
1. Membimbing guru dalam menyu-sun silabus tiap bidang pengem-bangan di TK/RA atau mata pela-jaran di SD/MI berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
2. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/meto-de/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan ber-bagai potensi siswa melalui bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3. Membimbing guru dalam menyu-sun rencana pelaksanaan pembela-jaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
4. Membimbing guru dalam melaksa-nakan kegiatan pembelajaran/bim-bingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
5. Membimbing guru dalam mengelo-la, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bim-bingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
6. Membimbing guru dalam menen-tukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/bim-bingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
c. Praktik yang baik
Praktik terbaik (Bahasa Ing-gris: best practice) dapat didefinisikan sebagai suatu cara paling efisien (upaya paling sedikit) dan efektif (hasil terbaik) untuk menyelesaikan suatu tugas, berdasarkan suatu prosedur yang dapat diulangi yang telah terbukti manjur untuk banyak orang dalam jangka waktu yang cukup lama. Istilah ini juga sering digunakan untuk menjelaskan proses pengembangan suatu cara standar untuk melakukan suatu hal yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi misalnya dalam bidang manajemen, kebijakan, atau sis-tem perangkat lunak. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Adapun yang dimaksud dalam penelitian tindakan ini, praktik yang baik dimaksudkan bahwa setelah guru mendapat pembinaan dan pembimbingan, dapat membuat kisi-kisi dan naskah soal yang baik sesuai kaidah penyusunan soal yang berlaku.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian dan Subjek Pe-nelitian
Tempat penelitian tindakan sekolah ini adalah Sekolah Dasar Negeri se- UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu pada wilayah Sekolah Binaan II. Subyek Penelitian Tindakan ini berjumlah 7 Sekolah Dasar Negeri se Daerah Binaan II pada Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olah Raga Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014.
Sumber Data
Menggunakan sumber data primer yaitu semua Sekolah Dasar di Daerah Binaan II Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olah Raga Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara.Data berbentuk kualitatif dan kuantitatif, yang merupakan data awal, data pada siklus I dan data pada siklus II
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam bentuk non test yaitu dengan melakukan observasi (pengamat-an), pembinaan, pembimbingan dan praktik penyusunan kisi-kisi dan naskah soal.
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan ini terdiri atas empat kegiatan pokok, yaitu pengumpulan data awal, data hasil analisis pada siklus I, data hasil analisis pada siklus II, dan tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembinaan, pembimbingan dan praktik penyusunan kisi-kisi dan naskah soal.
Validasi Data
Validasi data dilakukan secara kolaboratif untuk memperoleh informasi yang akurat dan dikritisi pada tahap refleksi.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku guru dalam pembuatan kisi-kisi dan naskah soal UTS. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam melakukan kegiatan pembuatan kisi-kisi dan naskah soal UTS.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya seorang guru yang ideal seharusnya melakukan kegiatan perenca-naan, pelaksanaan, evaluasi dan melaku-kan tindak lanjut pembelajaran. Dalam hal penilaian pembelajaran, seorang guru harus mampu merancang, melaksanakan, menganalisis, dan menindaklanjuti penilai-an dengan tepat sehingga pembelajaran yang akan dilakukan berhasil maksimal.
Namun demikian kenyataan yang ada menyebutkan, bahwa masih banyak guru yang belum melakukan tugas membuat kisi-kisi soal dan naskah soal sendiri dengan baik. Penilaian tidak dirancang sebagaimana mestinya. Guru menggunakan naskah soal dari, LKS, UKK bahkan dari percetakan yang mungkin dibuat oleh orang tidak kompeten dalam menilai pembelajaran atau masih menggunakan rancangan orang lain dengan memfoto kopi atau mengadopsi dari orang lain
Dari 7 Sekolah Dasar Negeri yang ada di Sekolah Binaan II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Ban-jarnegara dapat dikemukakan bahwa guru yang melakukan pembuatan kisi-kisi dan naskah soal sendiri pada tengah semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 pembuatan kisi-kisi soal UTS oleh guru masih sangat rendah. Terbukti baru 12% yang membuat sendiri, 2 sekolah belum membuat kisi-kisi dan belum ada guru yang menyusun kisi-kisi soal UTS SBK.
Sebenarnya kinerja guru di Daerah Binaan II dalam hal membuat Naskah soal UTS sudah cukup tinggi. Ini terbukti telah 66% dari jumlah guru kelas dan guru mapel sudah membuatnya. Beberapa mata pelajaran di sekolah tertentu sudah ada naskah UTSnya semua. Namun masih ada 2 sekolah yang tidak membuat naskah SBK dan PJOK. Beberapa sekolah masih dibawah 50% menyediakan naskah soal Hal ini menjadi acuan bagi penulis untuk dapat meningkatkan kemampuan guru di Daerah Binaan 2 dengan dilakukan pembinaan secara klasikal melalui forum kepala sekolah dan KKG.
Deskripsi Hasil Siklus I
Berdasarkan pemantauan selama persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut penelitian tindakan ini diperoleh berbagai data, dari 7 Sekolah Dasar Negeri se-Daerah Binaan II, baik dari Kepala Sekolah maupun guru. Kemampuan menyusun kisi-kisi dan naskah soal UTS amat beragam. Ada sekolah yang sudah cukup kompeten, tapi ada pula sekolah yang masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data baik secara langsung oleh peneliti dari dokumen kisi-kisi dan soal UTS yang dibuat oleh guru diperoleh data berikut:
Penyusunan kisi-kisi baru 38% sedang untuk penyusunan naskah soal sudah mencapai 78%. Nilai kinerja untuk gabungan baru mencapai 58%. Untuk penulisan soal UTS sudah mencapai kreteria keberhasilan namun untuk penulisan kisi-kisi masih rendah.
Deskripsi Hasil Siklus II
Melihat fakta yang ada terdapat peningkatan yang positif tentang penyu-sunan kisi-kisi dan naskah soal UTS setelah dilakukan pembinaan, pembimbingan dan praktik yang baik pada siklus II ini. Semua terbukti bahwa yang semula hasil refleksi siklus I tentang kemampuan guru menyusun kisi-kisi 38% menjadi 58% masuk pada katagori sedang. Kemampuan guru menyusun soal UTS, dari kondisi awal 78% menjadi 89% masuk pada katagori sangat tinggi dan kinerja gabungan yang semula 58% menjadi 73% masuk dalam katagori tinggi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tin-dakan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembinaan, Pembimbingan dan Praktik yang baik (Bibi Praba) dapat mening-katkan kemampuan guru membuat kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Akhir Semester (UTS).
2. Peningkatan kinerja guru membuat kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Akhir Semester (UTS), adalah salah satunya adalah cara meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Saran
1. Sekolah agar senantiasa menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatis, efektif dan menyenangkan, yang didu-kung dengan administrasi kelas yang baik sehingga berdampak pada pening-katan mutu pendidikan
2. Kepala Sekolah dalam melakukan tu-gas, pokok dan fungsi Kepala Sekolah, terutama dalam membimbing guru perlu diciptakan suasana kekeluargaan dan menyenangkan bagi guru.
3. Guru senantiasa meningkatkan wawas-an dan kesadaran guru akan tugasnya, terutama dalam hal membuat kisi-kisi dan naskah soal Ulangan Akhir Semester (UTS), sehingga termotivasi meningkatkan kinerjanya.
4. Peserta didik untuk meningkatkan belajarnya dengan memperoleh dan mengalami pembelajaran yang baik sehingga mampu mengembangkan potensinya untuk meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal, Elham Rahmanto. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan. 1996. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Derektorat Pendidikan Dasar, Derektorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah, Depdikbud.
Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
________. 2007. Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007. Jakarta: Dirjen PMPTK.
. 2009. Dimensi Supervisi Akademik. Jakarta: Dirjen PMPTK.
http://carapedia.com/ pengertian_definisi_bimbingan_info2182.html
Mulyasa.2004. Manajement Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang standar proses
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007, tentang standar pengawas sekolah
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013, tentang standar penilaian
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.