UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

PADA PENDEKATAN SAINTIFIK DAN METODE PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMPN 2 TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Agus Witanto

SMPN 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan menerapkan supervisi klinis pada guru di SMP Negeri 2 Tawangsari tahun pelajaran 2018/2019 dalam penerapan kurikulum 13 bertujuan agar guru dalam pembelajaran betul –betul sesuai dengan pendekatan kurikulum 13 yaitu pendekatan saintifik dengan menggunakan mtode yang sesuai dengan materi pelajaran. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan langkah –langkah pendekatan saintifik dan metode mengajar pada kondisi awalnya. Selain itu disebabkan oleh penerapan langkah –langkah pembelajaran KTSP yang mesih berjalan. Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah melalui supervisi klinis ini tergolong sebagai penelitian kualitatif, sehingga metodologi yang digunakannya seperti setting (lokasi dan waktu), subjek penelitian, sumber data (primer dan sekunder), teknik dan alat pengumpulan data (wawancara dan observasi kelas), validasi data yang dilakukan dengan pendekatan personal, dan analisis data yang dilakukan secara mendalam. Melalui metodologi tersebut, diperoleh data-data yang akurat serta relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Adapun pada pelaksanaannya, penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dengan 2 siklus 2 tindakan, yaitu siklus I dan II. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 2,656 dengan kategori kurang. Hasil mengajar guru dari siklus I ini dianggap kurang optimal, karena guru mengalami hambatan dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran saintifik..dan penggunaan metode yang sesuai dengan materi.Hasil mengajar pada siklus II hasil rata –rata 3,646 ini dianggap dengan perdikat sangat baik dan bisa mencapai hasil yang optimal. Perolehan hasil yang selalu meningkat dari tiap siklusnya, telah mencerminkan adanya peningkatan terhadap kemampuan guru dalam mengajar melalui supervisi klinis. Ini menunjukkan hasil yang baik dalam upaya meningkatkan kemampuan guru untuk menerapkn pendekatan saintifik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pada kurikulum 13.

Kata Kunci; supervisi klinis, saintifik dan metode pembelajaran, kemampuan guru.

 

Latar Belakang Masalah

Surat Keputusan Dirjen pendidikan dasar dan menengah no 253/KEP.D/KR/2017 tentang penetapan satuan pendidikan pelaksana kurikulum 13 tahun 2017 maka SMPN 2 Tawangsari telah menerapkan kurikulum 13 secara bertahab. Dimulai dari kelas VII kemudian tahun berikutnya kelas VIII dan berikutnya lagi kelas IX. Dengan diberlakukannya kurikulum 13 pada sekolah SMPN 2 Tawangsari masih ada guru yang belum dapat mengajar sesuai dengan langkah –langkah pendekatan scientifik. Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Pada setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu saja bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.

Pengamatan sementara meskipun kurikulum 13 telah diterapkan di sekolah atau di SMPN 2 Tawangsari tetapi dalam pembelajaran masih banyak guru yang masih menggunakan pendekatan pembelajaran kurikulum KTSP 2006. Pada kenyataannya dari hasil temuan di lapangan masih banyak guru yang belum mampu menerapkan pendekatan saintifik dan metode-metode pembelajaran dengan baik. Kondisi tersebut juga terjadi di di SMPN 2 Tawangsari, Sukoharjo.. Sebagian guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran KTSP dengan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dan menggunakan metode pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan diakhiri dengan pemberian tugas. Pemberian materi juga lebih terpusat pada guru.. Dengan kondisi demikian, jika dibiarkan maka akan menghambat proses pembelajaran dimana hasil belajar tidak akan dicapai dengan maksimal.

Mengacu pada hal di atas, maka guru dan peneliti melakukan kesepakatan untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui kegiatan supervisi yaitu supervisi klinis. Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkat laku mengajar tersebut (Ngalim Purwanto 2009: 91). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan member dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru pada pendekatan saintifik dan metode pembelajaran Melalui Supervisi Klinis di SMPN 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Landasan Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

Landasan Teori

Kemampuan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat (Depdiknas, 2002:1).

Menurut Wijaya (1991: 35), secara garis besar mengelompokkan 10 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu (1)Mampu mengelola program belajar mengajar (2)Mampu menguasai mata pelajaran (3) Mampu mengelola kelas (4) Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar (5)Mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (6) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar (7)Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah (8) Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar (9) Menguasai landasan-landasan pendidikan (10) Mampu menilai prestasi belajar.

Salah satu kemampuan/kompetensi yang sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan pembelajaran adalah mampu mengelola program kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menawarkan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Harapan besar membubung tinggi, pendidikan diharapkan mampu melahirkan generasi emas menyongsong seratus tahun kemerdekaan. Sekiranya ada perubahan dalam kurikulum yaitu kompetensi mata pelajaran, buku yang digunakan anak didik, kegiatan pembelajaran dan penilaian. Salah satu yang membuat optimis dibanyak kalangan adalah adanya pendekatan saintik (scientific approach) dalam proses pembelajaran. Pendekatan dengan menggunakan cara ilmiah dalam menghadapi suatu masalah. Dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu mempersiapkan generasi yang berpikir kritis dan berketerampilan.

Pendekatan Saintifik diatur dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, ranah sikap mencangkup transformasi substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan mencangkup substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu bagaimana”. Sedangkan ranah pengetahuan mencangkup transformasi substansi atau materi ajar anak didik “tahu apa.”

Ciri khas dan kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013 yang banyak mendapat pertanyaan dari berbagai pihak. Kompetensi sikap diperoleh melalui aktivitas menerima,menjalankan, menghargai, menghayati,dan mengamalkan. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Sedangkan Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Kurikulum 2013 menganut pandangan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke anak didik. Anak didik adalah subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran dari teacher center menjadi students center. Pembelajaran tidak lagi terpusat kepada guru, melainkan kepada anak didik. Anak didik tidak dianggap lagi sebagai selembar kertas putih ataupun gelas kosong. Peranan guru yaitu merancang pembelajaran, mengenali tingkat pengetahuan individu anak didik dan memotivasi perserta didik untuk meningkatkan keberhasilan anak didik dan disiapkan kondisi belajar yang menyenangkan. Dalam bahasa lebih singkatnya guru harus mampu menguasai materi dan kelas.

Tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik harus diperhatikan oleh guru. Tapi perlu diingat tidak semua materi harus dipaksakan menggunakan pendekatan saintifik secara lengkap. Semua disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Sebelum penerapan pembelajaran saintifik, alangkah baiknya guru menyiapkan anak didik secara psikis maupun fisik. Unsur persiapan memeranankan hal yang penting untuk keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik. Berikut ini adalah aplikatif dari pendekatan saintifik.

Mengamati. Tahap pertama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang dilakukan oleh anak didik adalah mengamati. Pengamatan bisa melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan membaca.

Menanya. Setelah anak didik mengamati, guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bertanya. Tahap kedua adalah menanya perlu dipahami yang bertanya disini bukanlah guru melainkan anak didik. Guru harus benar-benar membuka kesempatan kepada semua anak didik untuk bertanya.

Menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan anak didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi anak didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Mencoba/mengeksplorasi. Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif.. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.

Menyimpulkan adalah menarik hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan langkah-langkah diatas sebagai hasil dari pembelajaran. Dan akirnya dapat mencipta karya baru dari hasil kreasi dan inovasi.

Penguatan pendekatan saintifik dalam pembelajaran perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan anak didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Selain itu juga bisa menggunakan pembelajaran kolaboratif kelas misalnya STAD, Jigsaw, Group Investigation dsb. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan motivator.

Metode Pembelajaran

Hakikat Metode Pembelajaran

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungna pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 76). Metode yang ideal dalam belajar sebagaimana dikemukakan oleh Dewey (Smith, 1986: 260) memiliki ciri (1) Murid harus benar-benar tertarik pada kegiatan, (2) Pengalaman atau pekerjaan yang edukatif ia harus menemukan dan memecahkan kesukaran atau masalah, (3) Mengumpulkan data-data melalui ingatan pemikiran dan pengalaman pribadi atau penelitian, (4) Menentukan cara pemecahan kesukaran atau masalah, (5) Mencoba cara terbaik untuk memecahkan sesuatu melalui penerapan dalam pengalaman, percobaan atau kehidupan sehari-hari.

Metode yang baik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas kegiatan belajar siswa. Atas pengertian tersebut maka metode mengajar merupakan alat yang merupakan bagian dari cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Strategi merupakan alat, sedangkan metode merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar.

Penerapan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran.

Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra Roestiyah (Djamarah dan Zain, 2006: 74), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional (Piet A. Sahertian, 2008: 36).

Richard Waller (dalam Ngalim Purwanto, 2009: 90), memberikan definisi tentang supervisi sebagai berikut:

Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional (Clinical surervision may b defined as supervision focused upn the improvement if instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teaching performances in the interest of ration modification).

Acheson dan Gall, mengemukakan bahwa: supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal (Ngalim Purwanto, 2009: 90).

Secara teknik mereka katakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu (1) pertemuan perencanaan, (2) observasi kelas, dan (3) pertemuan balik.

Dari kedua definisi tersebut di atas, John J. Bolla menyimpulkan bahwa (Purwanto, 2009: 91) “Supervisi klinis adalah suatu proses bimbinganyang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara detail dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tertentu.”

Selanjutna Solo (1983: 56) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dala pelaksanaan supervisi klinis, antara lain adalah (1) Supervisi klinis dilakukan dalam bentuk bimbingan atau berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan perintah atau instruksi atasan pada bawahan. (2) Aspek dan jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau sebuah kesepakatan hasil kajian bersama antara guru dengan supervisor. (3) Walaupun guru menggunakan berbagai strategi, metode, media dan keterampilan pembelajaran secara terintegrasi, sasaran supervisi klinis hanya pada aspek dan jenis keterampilan yang disepakati. (4) Supervisor merefleksikan data dan fakta objektif hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung. (5) Supervisor merefleksi data dan fakta objektif hasil observasi selama prses pemelajaran berlangsung. (6) Balikan diberikan segera setelah kegiatan supervisi berlangsung. (7) Guru yang disupervisi diberikan kesempatan seluas-luasnya memberikan argumentasi yang mendasari pilihan tindakan dan perilaku yang digunakan dalam proses pembelajaran. (8) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengar daripada memberikan arahan apalagi perintah. (9) Setelah didapat pemahaman bersama dan dirasa belum mencapai kondisi optimal yang diinginkan. Supervisi dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya. (10) Satu siklus supervisi klinis terdiri dari 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu (a) merumuskan kesepakatan, (b) menyusun perencanaan, (c) melaksanakan proses pembelajaran, melakukan observasi dan merefleksi data dan fakta obserbvasi, dan (d) merancang siklus berikutnya.

Metodologi Penelitian

Setting Penelitian dan subjek penelitian

Setting Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Tawangsari Sekolah ini terletak di, Bangun Asri, Kateguhan, Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini memiliki 41 guru dan 21 kelas yakni kelas VII tujuh kelas dan VIII terdiri dari tujuh kelas paralel, dan kelas IX terdiri tujuh kelas paralel.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru sejumlah 15 dari berbagai mata pelajaran dan berbagai kelas adalah sebagai berikut:kepala sekolah (dirinya sendiri), guru mata pelajaran IPA kelas 9 (Kustanto, S,Pd) guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti (Daldiri S.Ag) Guru mata pelajaran Bahasa Inggris (Samidi) guru prakarya (Tri Hastuti) guru seni vbudaya (Tri Widayati S.Pd) Guru Bahasa Indonesia (Padmi Rahmani, S.Pd) guru IPS (Siti Siswanti, S.Pd), guru Bahasa Jawa (Mubasyiroh Sri Handayani S.S) guru Matematika 9 (Jujuk Slamet Wiyono S.Pd) guru IPA Biologi 9 (Harni, S.Pd),

Tindakan

Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengguakan pendekatan saintific dan metode pembelajaran pada guru mata pelajaran adalah melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) melalui teknik supervisi klinis.

Langkah-langkah yang digunakan sebagai prosedur penelitian tindakan, mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Kemmis dan M. Taggart, dengan menggunakan model spiral. Langkah-langkah tersebut meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflection).

Teknik Pengumpulan Data

Ada 2 teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:. Observasi dan Wawancara

Validasi Data

Teknik validasi (kesahihan) data dalam PTK ini menggunakan teknik Triagulasi model Hopkins (dalam Iskandar, 2009). Yaitu dengan memeriksa kebenaran hipotesis, konstruks, atau analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitrapeneliti. Data yang diperbandingkan adalah hasil wawancara, pengamatan,

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi (1) Reduksi Data, yaitu mengumpulkan data, (2) Display/Penyajian Data, yaitu menyusun data secara sistematis sehingga data dapat menjelaskan dan menjawab masalah yang diteliti, (3) Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

HASIL TINDAKAN

Diskripsi Kondisi Awal

SMPN 2 Tawangsari telah menerapkan kurikulum 13 selama 2 tahun lebih 3 bulan tepatnya mulau tahun pelajaran 2016/2017. Bagi guru perubahan langkah – langkah pembelajaran dari KTSP (Ekplorasi, Elaborasi, Konfirmasi) ke 5 M (Mengamati, Menanya, Mencoba,Mengasosiasi, Menyimpulkan) tetapi dari pengamatan penulis masih sedikit guru yang menggunakan langkah- langkah pendekatan saintifik. Hasil pengamatan penulis waktu supervisi bulan Agustus 2018 tentang penggunaan langkah –langkah pendekatan saintifik dan metode mengajar hasilnya sebagai berikut: Harni, S.Pd mendapat skor 2,33, Rini Nur Hidayati S.Pd, mendapat sekor 2,33, Drs. Gatot Subroto mendapat skor 2,75, Jujuki Slamet Wiyono S.Pd mendapat skor 2,55, Tri Widayati S.Pd, mendapat skor 2,33, Padmi Rahmani,S.Pd mendapat skor 2,55, Kustanto,S.Pd mendapat skor 3,16, Siti Siswanti, S.Pd mendapat skor 2,33, Sri Harjono, S.Pd mendapat skor 2,55, Mubasyiroh Sri Handayani S.S mendapat skor 2,33 Sumardi S,Pd mendapat skor 2,55, Sugiyanti mendapat skor, 2,55, Daldiri mendapat skor 2,33, Agus Santoso S.Pd mendapat skor 2,55 dan Tri Hastuti mendapat skor 2,55.

Keterangan score:

A          : 3,28 – 4,00     : Sangat Memuaskan

B          : 2,78 – 3,27     : Memuaskan

C          : 2,38 – 2,77     : Kurang

Maka rata-rata semua guru di atas masih kurang berhasil dalam menggunakan langkah-langkah pendekartan saintifik dan penggunaan metode mengajar.

Hasil supervisi klinis siklus satu dan dua

Dari hasil pelaksanaan supervise klinis pada studi awal, siklus I, dan siklus II, berikut ini tabel tingkat kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajara berdasarkan persentase indikator yang dikuasai:

Tabel Rata-rata Nilai Kemampuan Guru SMPNegeri 2 Tawangsari  dalam Menggunakan Pendekatan dan MetodePembelajaran pada Studi Awal  Siklus I dan Siklus II

Pelaksanaan Pengamatan

Guru

Persentase Kemampuan Menggunakan Pendekatan saintifik dan Metode Pembelajaran

Pra siklus

Siklus I

Siklus II

Harni S.Pd

2,33

3,00

3,50

Rini Nur Hidayati, S.Pd

2,33

2,55

3,67

Drs. Gatot Subroto

2,75

2,75

3,67

Jujuk Slamet Wiyono S.Pd

2,55

2,55

3,67

Tri Widayati, S.Pd

2,33

2,66

3,50

Padmi Rahmani, S.Pd

2,55

2,55

3,50

Kustanto, S.Pd

3,16

3,16

3,67

Siti Siswanti,S.Pd

2,33

2,33

3,83

Sri Harjono, S.Pd

2,55

2,55

3,67

Mubasiroh Sri Handayani.S.S

2,33

2,55

3,67

Sumardi, S.Pd

2,55

2,55

3,67

Sugiyanti, S.Pd

2,55

2,55

3,67

Daldiri, S.Ag

2,33

2,55

3,67

Agus Santoso.SPd

2,55

2,55

3,67

Tri Hastuti, S.Pd

2,55

3,00

3,67

Rata-rata

2,516

2,656

3,646

 

Keterangan score:

A    : 3,28 – 4,00     : Sangat Memuaskan

B    : 2,78 – 3,27     : Memuaskan

C    : 2,38 – 2,77     : Kurang

Melalui pencapaian tersebut, maka tujuan dari supervisi klinis yang antara lain membantu guru mengembangkan kompetensinya, dapat tercapai dengan optimal. Hal tersebut juga dikemukakan oleh guru setelah pelaksanaan observasi, sebagai berikut:

Berkaitan dengan kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran, menyatakan setelah supervisi klinis dalam pembelajaran kurikulum 13 saya menerapkan Pendekatan saintifik dan beberapa metode baru, dan hal tersebut ternyata hasilnya sangat memuaskan terhadap peningkatan keaktifan dan kreativitas peseta didik untuk belajar. Ini tentu sangat positif karena penerapan kurikulum K13 merupakan masa penerapan pendekatan saintifik yang butuh kesungguhan guru dan peserta didik dalam memahami materi.pelajaran untuk mendapatkan prestasi dalam pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.

Dari hasil wawancara tersebut, maka secara garis besar melalui kegiatan supervisi klinis diperoleh catatan sebagai berikut (1) Guru menyadari bahwa selama ini walaupun sudah diterapkan kurikulum 13 tetapi penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran masih menggunakan pendekatan dan metode KTSP 2006. (2) Kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran meningkat. (3) Guru lebih menguasai indikator dalam penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran. (4) Guru dapat menerapkan pendekatan saintifik dan memilih metode yang tepat dan sesuai dengan kurikulum 13 dan tujuan pembelajaran. (5) Guru lebih terbuka saat mendapatkan permasalahan khususnya dalam penerapan pendekatan saintifik dan penentuan metode pembelajaran untuk mendapat bimbingan dari kepala sekolah..

Simpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian dan dari hasil penelitian tindakan sekolah melalui kegiatan supervisi klinis dan pembinaan akademik, disimpulkan sebagai berikut (1) Keberhasilan penerapan kurikulum 13 di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang datang dari guru, pesert didik, maupun kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah. Salah satu peranan kepala sekolah dalam kegiatan pembelajaran adalah melakukan upaya perbaikan pembelajaran guru dengan pembimbingan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan supervisi, diantaranya supervisi klinis. (2) Pendekatan saintifik dan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar pada kurikulum 13 ini,karena di dalamnya memuat strategi agar anak didik dapat belajar secara sesuai dengan kurikulum 13 sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan esifien. (3) Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan saintifik dan metode pembelajaran melalui supervisi klinis merupakan salah satu solusi yang cukup efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil akhir penelitian dimana guru dapat menguasai indikator yang ada dalam menentukan pendekatan dan metode pembelajaran dan mencari metode yang benar-benar tepat dan sesuai dengan kurikulum 13 dan tujuan pembelajaran serta kondisi lingkungan kelas dan lingkungan sekolah itu sendiri yang selanjutnya memberikan manfaat bagi peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo. 2014. Tradisi Lisan dan Sejarah: Redifinisi Pembelajaran Sejarah dalam Kurikulum2013. Pada seminar nasional temu alumni program studi pendidikan sejarah PPS FKIP-UNS tanggal 26 Juni 2014.

Depdiknas. 2002. Kurikulum dan HAsil Belajar Kompetensi Dasar. Jakarta: Balitbangdiknas

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah Syaiful Bahri dan Zain Aswan, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

 Fajri Em Zul dan Aprilia Senja Ratu. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher

 Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia

 Kurniasih Imas & Sani Berlin. 2014. Impelementasi Kurikulum 2013: Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena

Majid Abdul, 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, 2013, Pengembangan dan implementasi Kurikulum 13, Bandung: PT Remaja Rosda karya

Mulyana. 2014. Guru dalam implementasi Kurikulum 13. Bandung: PT Remaja Rosda.karya.

Purwanto Ngalim 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sahertian Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengambangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

SoloJ La. 1983. Pendekatan dan Teknik-teknik Supervisi Klinis. Jakarta: Departemen P dan K, Ditjen Pend. Tinggi (PPLPTK)

Sudjana Nana. 2012, Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Supervisor sekolah. Bekasi: Bina mitra Publishing.

Sudjana Nana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta