Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Bermain Dengan Matras Angka
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
MELALUI BERMAIN DENGAN MATRAS ANGKA
PADA ANAK KELOMPOK B DI TK TELADAN PPI
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2018 / 2019
Pramudi Hastuti
TK Teladan PPI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan Kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen semester I tahun ajaran 2018 /2019 melalui Bermain Matras Angka, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan Kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen semester I tahun ajaran 2018 /2019 melalui Bermain Matras Angka. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan Kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen Semester I tahun ajaran 2018 /2019. Tindakan Pertama identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui bermain dengan Matras Angka dapat meningkatkan kognitif anak terutama dalam berpikir simbolik menyebutkan lambang bilangan, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, dan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran hanya 30% atau 6 anak, kemudian pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65% atau 13 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 90% atau 18 anak, dari 20 anak.
Kata Kunci: kemampuan kognitif, Matras Angka, anak
PENDAHULUAN
Pendidikan sangatlah penting bagi anak –anak kita yang dimulai sejak dini. Karena masa Golden Age umur 0-6 tahun perkembangan otak anak paling maksimal dengan rangsangan yang tepat. Masa Peka ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak pada masa selanjutnya.
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan PAUD (Pendidikan Anak usia Dini) yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia dini (usia 4-6 tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Pada Permendikbud No. 146 tahun 2014 Pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa Struktur kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup: a. nilai agama dan moral; b. fisik-motorik; c. kognitif; d. bahasa; e. sosial-emosional; dan f. Seni. Ayat 8 disebutkan bahwa Program pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan belajar melalui suasana bermain.
Pengalaman belajar kognitif yang diperlukan usia prasekolah diantaranya mengenal warna, mengerti kata sifat, mengenal angka dan huruf, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, dan mengenal bentuk suatu objek. Kemampuan lain seperti mengelompokkan, mengamati, menganggap, dan membayangkan hal-hal yang lebih abstrak juga berkembang. Kemampuan tersebut seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak prasekolah. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang.
Menurut Wili Astuti (2011:19) bermain dan belajar menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan terutama pada proses belajar anak usia dini. Ada beberapa pendapat, yang mengatakan bahwa anak tidak akan bisa belajar dengan baik jika dia terlalu banyak bermain. Tapi pendapat tersebut semakin terkikis seiring dengan berjalannya waktu. Melalui kegiatan bermain kita bisa mengajari banyak hal terhadap anak –anak tanpa mereka merasa terbebani dan tertekan.
Di TK Teladan PPI Sragen Kemampuan Kognitif anak terutama dalam berpikir simbolik masih belum sesuai dengan indikator yang diharapkan. Diantara 20 murid hanya 6 anak atau 30% yang mendapat nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) sedangkan 11 anak mendapat nilai MB (Mulai Berkembang) dan 3 anak Mendapat nilai BB (Belum Berkembang). Jadi yang belum tuntas ada 14 anak atau 70%. Sedangkan harapan minimal perkembangan kognitif sesuai indikator keberhasilan pembelajaran anak minimal 80% mendapat nilai BSB (Berkembang Sangat Baik) atau BSH (Berkembang Sesuai Harapan).
TK Teladan PPI Sragen membeli APE baru yaitu Matras Angka yang merupakan APE modern dengan komponen permainan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, fisik motorik dan sosial emosional.
Maka dari itu pada tahun ajaran 2018/2019 ini penulis melakukan penelitian tindakan kelas di Kelas B TK Teladan PPI Sragen dengan Matras Angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Bermain Dengan Matras Angka Pada Anak Kelompok B Di TK Teladan PPI Sragen Semester I Tahun Ajaran 2018/2019”
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui Bermain dengan Matras Angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen? (2) Bagaimanakah meningkatkan kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen Melalui Bermain dengan Matras Angka?
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan kemampuan Kognitif anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen melalui Bermain dengan Matras Angka. (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan kognitif anak melalui Bermain dengan Matras Angka.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Kognitif
Menurut Ade Dwi Utami, dkk (2013: 83) Kognisi adalah proses dan produk yang terjadi dalam otak sehingga menghasilkan pengetahuan. Kognisi mencakup berbagai aktivitas mental seperti memperhatikan, mengingat, melambangkan, mengelompokkan, merencanakan,menalar, memecahkan masalah, menghasilkan dan membayangkan.
Minnet dalam buku Gunarti (2002:24) menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian otak bagian yang digunakan untuk bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak akan berkembang ketika mereka belajar tentang orang- orang yang ada disekitarnya, belajar berkomunikasi dan mencoba mendapatkan pengalaman lainnya.
Karakteristik Perkembangan Kognitif
Piaget (1952) dalam Wahyuningsih, (2011:12) mengkategorikan mengenai perilaku kedalam 4 tahap perkembangan kognitif, yaitu: sensorimotorik (lahir sampai 2 tahun), praoperasional (2 tahun sampai 8 tahun) kongkret operasional (8 sampai 11 tahun), dan formal operasional (umur 11 sampai dewasa). Menurut Mirroh Fikriyati, (2013: 48) pada tahap Sensorimotor yaitu mulai dari bayi bergerak dari tindakan reflek instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman – pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Pada tahap praoperasional, anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar –gambar, ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampoi hubungan informasi sensori dan tindakan fisik. Pada tahap kongkret operasional pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang kongkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk – bentuk yang berbeda. Pada tahap formal operasional, anak remaja berpikir dengan cara lebih abstrak dan logis, pemikiran lebih idealistik.
Menurut Ade Dwi Utami (2013: 104) pada usia 3 sampai 4 tahun, anak pra sekolah sudah bisa memanipulasi lingkungan dan senang menemukan hal-hal baru. Mereka mulai menggeneralisasi satu situasi ke situasi lain. Pada usia TK, (4-5 tahun) anak sudah memahami bahwa simbol –simbol di sekitarnya memiliki arti. Usia 6 tahun, anak sudah belajar membaca tulisan, tertarik pada angka-angka, dimana dalam kegiatan ini, aktivitas fisik dan mental terlibat. Usia 7 sampai 8 tahun anak sudah mulai belajar berpikir logis. Usia 8 tahun, ketrampilan dasar seperti membaca dan menulis sudah relatif mantap.
Bermain
Menurut Eman Suparman dan Dewi Agustini (2017:12) tentang pendidikan anak usia dini Ki Hadjar Dewantara, memandang bahwa bermain bagi anak merupakan kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Kekuatan kodrati yang ada pada anak ini tiada lain adalah segala kekuatan dalam kehidupan lahir dan batin anak yang ada karena kekuasaan kodrat (karena faktor pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan secara ajali). Kodrat anak bisa baik dan bisa juga sebaliknya. Kodrat itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.Namun, kebebasan dalam bermain itu juga sangat relatif karena dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh orang lain. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri dan tidak terus menerus dicampuri atau dipaksa.
Pandangan Montesori dalam Eman Suparman dan Dewi Agustini (2017:24) Permainan diyakini dapat menanamkan rasa tanggung jawab pada anak, karena bermain bagi anak adalah sama dengan bekerja bagi orang dewasa. Dengan kata lain, pekerjaan anak adalah bermain karena mereka melakukan permainan dengan kesungguhan. Lebih dari itu otessori memandang bahwa permainan merupakan “kebutuhan batiniah” setiap anak karena bermain mampu menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan Pperkembangannya. Konsep bermain inilah yang kemudian disebutnya belajar sambil bermain. Lebih lanjut Britton, 1992 mengemukakan bagi anak permainan adalah sesuatu yang menyenangkan, suka rela, penuh arti, dan ktivitas secara spontan. Permainan sering juga dianggap kreatif, menyertakan pemecahan masalah, belajar keterampilan sosial baru, bahasa baru dan keterampilan fisik yang baru.
Menurut Ismail (2012:113) Pentingnya Alat permainan yaitu: (1) Dapat melatih Konsentrasi anak, (2) Mengajar dengan lebih cepat, (3) Dapat mengatasi masalah keterbatasan waktu, (4) Dapat mengatasi permasalahan keterbatasan tempat (5) Dapat mengatasi permasalahan keterbatasan bahasa (6) Dapat membangkitkan Emosi manusia, (7) Dapat menambah daya Pengertian (8) Dapat menambah ingatan anak (9) Dapat menambah kesegaran dalam mengajar
Matras Angka
Matras Angka merupakan APE yang berbentuk puzle kepingan angka yang dapat digabungkan antara satu keping dengan keping yang lain. Gabungan keping matras ini dapat membentuk angka yang bisa disusun anak, gabungan angka yang dibuat bisa membentuk matras yang bisa sebagai matras/ karpet untuk tempat duduk anak.
Komponen matras Angka terdiri dari: (1) Keping Matras Angka, (2) Puzle Angka, (3) Pada keping matras terdapat puzle angka yang bisa dilepas dan dipasang kembali. Angka dalam satu paket ada angka 0 sampai 9. (3) Puzle gambar.Pada keping matras terdapat puzle gambar yang mempunyai jumlah sesuai dengan angka yang terdapat pada keping matras, gambar bisa dilepas dan dipasang kembali pada keping matras.
Anak bisa bermain di lantai dengan matras angka dengan berkelompok, maupun individu. Anak diminta menyebutkan angka yang ada dan menyebutkan nama gambar pada keping matras dan bisa menghitung gambar yang ada pada keping matras, juga menggabungkan beberapa keping matras, menjadi tempat duduk / matras, dan bisa untuk bermain “sudah mandah”. Anak juga bisa membongkar pasang puzle angka dan gambar yang ada. Sehingga bermain Matras angka sangat bervariatif.
Kerangka Pikir
Berdasarkan penelitian yang diperoleh mengembangkan kemampuan kognitif memerlukan berbagai kegiatan, alat peraga atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan kognitif yang maksimal, misalnya dengan menggunakan Matras Angka untuk anak. Dari pemikiran di atas dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut: Kemampuan kognitif anak TK Teladan PPI yang masih rendah diharapkan dapat meningkat dengan kegiatan pembelajaran melalui APE Matras Angka.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: Dengan Kegiatan pembelajaran melalui Alat Peraga Edukatif (APE) Matras Angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Teladan PPI Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019. Melalui Matras Angka dapat meningkatkan kemampuan konsep operasi hitung mengakomodasi beberapa kompetensi lainnya seperti kemampuan membandingkan ukuran, proses, bentuk, serta kecakapan logika.
METODE PENELITIAN
Teknik Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak TK Teladan PPI Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun 2018/2019. Metode Penelitian Kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang berasal dari masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan, menyusun prosdur mengumpulkan data yang spesifik dari para informan atau partisipan. (Farida Nugrahani 2015: 21): Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan dan dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan latihan pada saat pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif dengan bermain Matras Angka.
Latar Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Teladan PPI Sragen yang terletak Jl. AIPDA KS Tubun No.53 Sragen, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen.
Waktu Penelitian
Penelitian di TK Teladan PPI Sragen pada bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018. Rincian kegiatan penelitian sesuai dengan jadwal sebagai berikut, pelaksanaan dilaksanakan dalam 2 siklus:
- Siklus I: Hari Jum’at – Sabtu, tanggal 6 – 8 September 2018
- Siklus 2: Hari Jum’at – Sabtu, tanggal 13– 15 September 2018
- Tiap pertemuan waktu jam 07.00 – 09.30 WIB.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan pada anak Kelompok B TK Teladan PPI Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dengan jumlah anak 20, terdiri dari 11 anak laki-laki, anak 9 perempuan dengan 2 pendidik.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik, pendidik dan Kepala sekolah TK Teladan PPI Sragen. Sedangkan data yang dikaji yaitu: Daftar hadir guru, daftar hadir anak, RPPH dan buku Penilaian.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins yang diungkapkan kembali oleh Hartono (2011:38) menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Prosedur ini dapat dilaksanakan dalam beberapa siklus, sampai ada peningkatan hasil yang siknifikan dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator keberhasilan dapat dilaksanakan lagi dengan siklus kedua atau seterusnya berikutnya.
Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara dan kajian dokumen. Masing masing akan diuraikan secara singkat.
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengamatan langsung pada kegiatan anak. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru di kelas.
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih. (Farida Nugrahani 2015:104). Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen.
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, RPPM (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan), RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil unjuk kerja, dan buku penilaian yang dibuat guru. (Hartono, 2011:35-36)
Adapun Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara dan lembar observasi.
Keabsahan Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya / keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggung-jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, kesulitan anak dalam konsep membilang, berhitung dan menjumlah berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan selanjutnya.
Indikator Kinerja
Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Anak dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80% atau 16 anak diantara jumlah semua anak yang 20.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Sebelum diberikan tindakan penelitian, dilakukan pengamatan terhadap kemampuan kognitif, anak–anak diberikan kegiatan pengembangan kognitif dengan membilang, menghitung dan mengerjakan hasil penjumlahan sampai 10. Berikut ini hasil penilaian masing-masing anak dalam prasiklus: nilai BSH= 6 anak, nilai BB= 1 anak dan nilai MB= 13 anak.
Berdasarkan observasi diatas, peneliti dan guru merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan kognitif anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 70% daripada tingkat ketuntasan yang hanya 30%. Pelaksanaannya disepakati pada hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu tanggal 6 -8 September 2018.
Diskripsi Siklus I
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain dengan Matras Angka. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah cukup mampu menyebut bilangan 1-10, 2)Anak cukup mampu Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan 3)Anak sudah cukup mampu Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, 4)Anak belum cukup mampu menyebutkan hasil penjumlahan sampai 10.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan kognitif anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 30% atau 6 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 menjadi 45% atau 9 anak, 11 anak atau 55% masih belum tuntas. Pada hari kedua, keberhasilan pembelajaran 60% atau 12 anak, 40% atau 8 anak belum tuntas. Pada hari ketiga ketuntasan pembelajaran 65% atau 13 anak, belum tuntas 7 anak atau 35%. Hal ini belum mencapai indikator keberhasilan 80% nilai tuntas, sehingga perlu diadakan pembelajaran perbaikan siklus II.
Berdasarkan hasil observasi diatas, peneliti dan guru merasa perlu melakukan perbaikan lagi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan kognitif anak terlihat sudah ada peningkatan mencapai 65%, namun belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaannya disepakati pada Siklus II hari Kamis sampai Sabtu tanggal 13 sampai 15 September 2018.
Diskripsi Siklus II
Guru mengobservasi kegiatan anak dalam bermain dan mengganti anggota kelompok bermain anak agar bisa saling kerjasama apakah anak merasa senang dan tertarik ataukah masih pasif saja. Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain dengan Matras Angka. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu menyebut bilangan 1-10, 2)Anak cukup mampu Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan 3)Anak sudah cukup mampu Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, 4)Anak belum cukup mampu menyebutkan hasil penjumlahan sampai 10.
Hasil observasi dan analisis dokumen penilaian menunjukkan kemampuan kognitif anak yang meningkat dari siklus I yang tuntas hanya 65% setelah diadakan perbaikan pada siklus II Hari ke-1 menjadi 70% atau 14 anak, belum tuntas 30% atau 6 anak. Pada siklus II hari kedua, ketuntasan pembelajaran menjadi 75% atau 15 anak, belum tuntas 5 anak atau 25%. Pada siklus II hari ketiga ketuntasan pembelajaran meningkat menjadi 90% atau 18 anak, belum tuntas 2 anak atau 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui Matras Angka meningkat sudah berhasil karena telah memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan sudah berhasil sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai dengan kegiatan bermain menggunakan Matras Angka. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan kemampuan kognitif anak dibandingkan hasil kegiatan pada pra siklus. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat menggunakan Matras Angka sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra siklus yang hanya 30% atau 7 6 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 prosentase keberhasilan kemampuan kognitif anak 45% hari ke-2, 60% dan hari ke-3 meningkat menjadi 65%, tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui bermain Matras Angka pada siklus I berdasarkan indikator ketuntasan 80% dinyatakan belum berhasil dan harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan bermain menggunakan Matras Angka dilakukan dengan menambah Matras Angka satu unit lagi agar anak lebih punya kesempatan bermain Matras Angka. Setelah peneliti mengadakan evaluasi hasil kegiatan terdapat peningkatan yang signifikan. Pada siklus II hari ke-1 ketuntasan pembelajarn kognitif 70%, hari ke-2, 75% dan hari ke-3 meningkat menjadi 90%. Pada siklus II ini ini hasil pembelajaran yang diperoleh sudah optimal dan sudah sesuai dengan indikator ketuntasan yang ditetapkan.
Hal ini dapat dilihat pada prosentase indikator keberhasilan pada siklus II sudah mencapai 85%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui Matras Angka pada siklus II berdasarkan indikator ketuntasan 80% bisa dikatakan sesuai harapan dan penelitian dikatakan berhasil dan berhenti pada siklus ini.
Pengembangan kemampuan kognitif melalui Matras Angka dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, menarik, guru yang selalu kreatif, memotivasi, dan didukung sarana APE yang cukup.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Melalui bermain dengan Matras Angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak terutama dalam menyebutkan bilangan 1-10, mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, menyebutkan hasil penjumlahan sampai 10. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran hanya 30% atau 6 anak, kemudian pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65% atau 13 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 90% atau 18 anak.
- Pengembangan kemampuan kognitif melalui Matras Angka dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, menarik, guru yang selalu kreatif, memotivasi, dan didukung sarana APE yang cukup..
Saran
Bagi Guru TK
- Guru hendaknya mengetahui dan dapat memberikan solusi pada masalah yang timbul dalam pembelajaran kognitif.
- Guru hendaknya mengadakan PTK untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendidik agar semua kompetensi anak didik dapat tercapai dengan baik.
- Guru hendaknya memberikan kegiatan pembelajaran yang kreatif, menarik, menyenangkan dan bervariasi.
Bagi Sekolah
- Sekolah hendaknya memberikan fasilitas APE yang dibutuhkan anak secara memadai untuk keberhasilan pendidikan.
- Sekolah supaya memberi kesempatan pada guru untuk mengembangkan pendidikan dengan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Dwi Utami,dkk. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini, Konsorsorium Sertifikasi, UNS.
Andang Ismail. (2012). Edecation Games, Yogyakarta: Pro-U Media
Eman Suparman, Dewi Agustini. (2018) Teori Bermain Anak Usia Dini. Modul PKB TK. Bandung. PPPPTK dan PLB
Farida Nugrahani (2016) Metode Penelitian Kualitatif. Solo. Cakra Books
Hartono. (2011). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Kelas PAUD, UNS
Kemdikbud. (2014). Permendikbud No. 146 tahun 2014
Lexy Moleong. (1995). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya
Mirroh Fikriyati (2013).Usia Emas (Golden Age), Yogyakarta: Laras Media Prima.
Siti Wahyuningsih, Rahmawanti Anayanti (2011). Pendalaman Materi Bidang Studi Guru Kelas PAUD /TK, UNS.
Wili Astuti (2011). Bermain dan Teknik Permainan. Surakarta: Penerbit Qinant
Winda Gunarti. (2008). Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka