Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Awal Melalui Kegiatan Menjiplak Huruf
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL
MELALUI KEGIATAN MENJIPLAK HURUF
PADA ANAK KELOMPOK B TK PANCASILA NGAMPIN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Ismirah
TK Pancasila Ngampin Ambarawa
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca awal bagi anak usia dini. Tujuan khusus penelitian ini adalah: meningkatkan kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf pada anak kelompok B TK Pancasila Ambarawa. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Pancasila Ambarawa pada bulan Maret 2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: sswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Pancasila Ambarawa yang berjumlah 20 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,0%) dan BSB (15,0%) mencapai 35,0%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,7%) mencapai 50,0%. Peningkatan sebesar 15,0%, (2) Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,0%) mencapai 50,0%. Adapun TPP pada Siklus II nilai BSH (35,0%) dan BSB (45,0%) mencapai 80,0%. Peningkatan sebesar 30%. Kesimpulan penelitian ini, berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan “kegiatan menjiplak huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca awal anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Pancasila Ngampin Ambarawaâ€.
Kata kunci: Kemampuan membaca awal, menjiplak huruf
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan untuk anak usia dini (yakni usia 4-6 tahun) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu: (1) TK A selama 1 (satu) tahun dan (2) TK B selama 1 (satu) tahun (http://id.wikipedia.org/).
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak TK merupakan kunci utama sukses tidaknya sebuah program pendidikan nasional suatu bangsa. Anak TK dalam pendidikan belajarnya tidak harus dituntut untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan anak usia sekolah dasar (SD). Namun Pembelajaran anak TK sekarang pada umumnya, para orang tua menuntut agar anak-anaknya terlalu fokus untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini orang tua dan guru akan merasa senang dan bangga sekali jika balita maupun batitanya sudah lancar membaca dan menulis.
Hal ini terus berlanjut ketika anak harus mengikuti tes atau ujian masuk SD (Sekolah Dasar). Cukup banyak SD favorit yang mencari calon anak dengan menguji kemampuan baca-tulisnya serta berhitung (calistung). Seolah hendak mengatakan bahwa syarat masuk SD tersebut adalah sudah lancar baca-tulis. Sehingga guru SD kelas satu nanti tidak perlu repot-repot mengajari peserta didik untuk baca dan tulis. Padahal orang tua menyekolahkan anak ke SD adalah supaya anaknya diajari baca dan tulis.
Tokoh pendidikan anak usia dini Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak kita hendaknya, “ingat bahwa mereka individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiriâ€. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasi ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Dunia anak TK adalah dunia bermain. Pendidikan Anak harus bertitik tolak dari kaidah ini. Pembelajaran anak TK harus dibedakan dengan pembelajaran anak usia sekolah dasar. Nuansa bermain tak boleh hilang dari model pembelajaran anak TK. Pembebanan yang berlebihan justru akan berakibat tidak baik terhadap perkembangan pada anak. Anak TK akan menjadi trauma dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung. Jadi, pembelajaran pada anak mestinya lebih bersifat memberi rangsangan pada anak agar dapat membaca, menulis, dan berhitung.
Melalui perkembangan ini, belajar sambil bermain dapat dilakukan dalam mengarahkan setiap perkembangan. Perkembangan motorik, emosi, sosial, kognitif, dan bahasa atau bicara. Perkembangan bahasa atau bicara yaitu kemampuan membaca awal yang mencakup semua bentuk komunikasi baik lisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh yang merupakan bentuk efektif dalam komunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang.
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa khususnya dalam membaca antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading / story telling) ataupun mendongeng. Karena anak, pada umumnya dalam membaca kurang mampu, maka di perlukan penelitian peningkatan kemampuan membaca awal pada anak melalui permainan memasangkan gambar dengan kata pada anak kelompok B di TK Pancasila Kota Ambarawa.
Kemampuan membaca awal anak kelompok B di TK Pancasila Ambarawa antara lain: (1) anak masih banyak yang belum bisa membaca huruf tunggal, (2) anak sedikit yang tertarik belajar membaca, (3) guru mengajarkan membaca seperti mengajar anak SD, (4) alat peraga membaca awal hanya mencukupi bagi beberapa anak sehingga banyak anak yang tidak sempat menggunakannya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan membaca awal yang melibatkan semua anak untuk aktif yaitu dengan menjiplak huruf.
Bertolak dari latar belakang diatas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian secara mendalam tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca awal Melalui Kegiatan menjiplak huruf pada Anak TK Kelompok B “.
Identifikasi Masalah
Kegiatan menumbuhkan kemampuan membaca awal dalam membaca anak TK Pancasila Ambarawa merupakan kegiatan yang cukup sulit. Beberapa masalah yang ditemui antara lain:
1. Anak banyak yang belum bisa membaca huruf tunggal.
2. Anak sedikit yang tertarik belajar membaca.
3. Guru mengajarkan membaca seperti mengajar anak SD.
4. Alat peraga membaca awal hanya mencukupi bagi beberapa anak sehingga banyak anak yang tidak sempat menggunakannya
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini atas yaitu kemampuan membaca awal dan kegiatan menjiplak huruf. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya meningkatkan kemampuan membaca awal bagi anak kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa melalui kegiatan menjiplak huruf.
Kemampuan membaca awal yaitu kemampuan membaca awal bagi anak TK berupa huruf awal dan suku kata sederhana. Indikatornya yaitu anak mampu membaca huruf awal vokal misalnya: a, i, u, e, o dan huruf konsonan misalnya: b, c, d, g, h. Kegiatan menjiplak huruf yaitu kegiatan meniru huruf yang sudah jadi di bawah kertas yang semi transparan, kemudian menebalkan huruf dan suku kata, serta membaca suku kata awal dari kartu kata.
Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah seperti tersebut di atas permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut: apakah kemampuan membaca awal dapat ditingkatkan melalui kegiatan menjiplak huruf pada anak kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan apakah kemampuan membaca awal dapat ditingkatkan melalui kegiatan menjiplak huruf pada anak kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Manfaat teoretis: untuk menambah referensi bahan pustaka tentang upaya meningkatkan kemampuan membaca awal anak melalui kegiatan menjiplak huruf.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan guru / wali kelas dalam memberikan bimbingan kepada anak dalam peningkatan kemampuan membaca awal.
b. Bagi orang tua anak, sebagai bahan masukan agar mereka ikut membimbing anak-anak dalam meningkatkan kemampuan membaca awal.
c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam penerapan metodologi pembelajaran untuk perbaikan proses pembelajaran.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Kemampuan membaca awal
Kemampuan membaca awal merupakan keterampilan berbahasa berupa kemampuan membaca awal huruf dan suku kata oleh anak. Kemampuan membaca awal merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Sehingga pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar anak terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis (Henry Guntur Tarigan, 1988:2).
Pada anak Taman Kanak-Kanak, keterampilan bahasa banyak diidentifikasikan dengan kemampuannya dalam menyimak dan berbicara. Hurlock (2010:176) menyatakan banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara†dengan “bahasaâ€, meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomime, dan seni.
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Dapat dikatakan bahwa semua manusia yang normal memiliki kemampuan berbicara, namun hampir setengah penduduk dunia adalah tunaaksara total, dan penggunaan bacaan dan tulisan sesungguhnya merupakan kekayaan sebagian kecil saja.
Menurut Permendiknas No 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini pada standar TK pencapaian lingkup perkembangan keaksaraan pada usia 4 – < 5 tahun meliputi: (1) Mengenal simbol-simbol, (2) Mengenal suara–suara hewan/benda yang ada di sekitarnya, (3) Membuat coretan yang bermakna, (4) Meniru huruf. Adapun tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5 – ≤ 6 tahun meliputi: (1) Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, (2) Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya, (3) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, (4) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, (5) Membaca nama sendiri, (6) Menuliskan nama sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bahasa adalah keterampilan dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penelitian ini keterampilan bahasa yang dimaksud adalah keterampilan berbicara.
Menjiplak huruf
Menjiplak huruf yaitu kegiatan meniru huruf berdasarkan bentuk huruf yang sudah ada dengan meletakkan di bawah kertas transparan sehingga anak bisa meniru bentuknya menggunakan alat tulis. Unsur huruf tidak akan memiliki makna apa-apa kalau tidak bergabung (sintesa) dengan unsur (huruf) lain sehingga memÂbentuk suatu kata, kalimat atau cerita yang bermakna. Atas dasar itu, diperkenalkan permainan membaca dimulai dari unsur huruf. Permainan membaca dilakukan dengan menggunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf, misalnya huruf a disertai gambar ayam, angsa (jenis binatang) atau anggur, apel (buah buahan) (Depdiknas, 2007: 22).
Dalam pendekatan “whole-linguistik“, permainan membaca tidak dilakukan dengan menggunakan pola kata atau kalimat yang berstruktur melainkan dengan menggunakan keÂmampuan linguistik (bahasa) anak secara keseluruhan. Kemampuan linguistik secara keseluruhan akan melibatkan kemampuan anak dalam melihat (mengamati), mendengar (menyimak dan memahami), mengkomunikasikan (mengÂungkapkan atau memberi tanggapan), membaca gambar dan tulisan yang menyertainya.
Pendekatan permainan dengan pendekatan wholeÂ-linguistik yaitu suatu pendekatan dalam mengembangkan membaca awal dengan menggunakan seluruh kemampuan linguistik anak. Dalam menggunakan pendekatan ini lingkungan dan pengalaman anak menjadi sumber perÂmainan yang utama. Pendekatan ini juga tidak hanya memÂfokuskan pada pengembangan bahasa saja tetapi juga intelektual dan motorik anak. Sebagai contoh pada tema “tanaman†(sub tema yang berkaitan dengan buah-buahan), guru mengenalkan buah apel. Guru bertanya pada anak tentang pengetahuan buah apel dari segi warna dan bentuk, rasa, jumlah buah apel. Pengenalan membaca dan menulis permulaan dalam pendekatan “whole-linguistic†ini dilakukan secara terpadu tanpa mengenalkan struktur pada anak, misalnya setelah anak menggambar atau mewarnai sesuatu (seperti rumah atau binatang), guru meminta anak memberi nama dari gambar tersebut dan guru membantu menuliskan nama dari gambar yang diinginkan anak. Untuk mengembangÂkan kemampuan komunikasi, anak masih diminta untuk menceritakan tentang isi gambar yang telah dibuatnya (Depdiknas, 2000: 23).
Kerangka Pikir Penelitian
Membaca merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera dimiliki oleh anak termasuk anak Taman Kanak-Kanak. Karena manfaat membaca mampu meningkatkan belajar pada bidang akademik yang lain.
Kondisi awal anak kelompok B TK Pancasila Ambarawa dalam pengembangan kemampuan membaca awal masih banyak yang rendah. Hal ini diketahui dari fenomena aktivitas dan kemampuan anak dalam pembelajaran membaca awal antara lain: (1) anak masih banyak yang belum bisa membaca huruf tunggal, (2) anak sedikit yang tertarik belajar membaca, (3) guru mengajarkan membaca seperti mengajar anak SD, (4) alat peraga membaca awal hanya mencukupi bagi beberapa anak sehingga banyak anak yang tidak sempat menggunakannya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan membaca awal yang melibatkan semua anak untuk aktif yaitu dengan menjiplak huruf.
Pembelajaran membaca awal yang akan dilakukan yaitu guru menggunakan media pembelajaran berupa kartu huruf dan kertas HVS tipis. Anak akan mengenal dan bisa membaca huruf melalui aktivitas menjiplak huruf tersebut. Aplikasi kegiatan menjiplak huruf oleh guru TK dalam pembelajaran pengembangan bahasa diharapkan akan memberikan motivasi bagi anak untuk memiliki kemampuan membaca awal.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diambil suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: “kemampuan membaca awal anak kelompok B TK Pancasila, Ngampin Ambarawa dapat ditingkatkan melalui kegiatan menjiplak huruf hurufâ€
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Pancasila Ambarawa. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan bulan Februari – Maret 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru pelaksana tindakan kelas.
2. Kepala TK Pancasila, Ngampin Ambarawa sebagai kolaborator/ observer.
3. Anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Pancasila Ngampin Ambarawa yang berjumlah 20 anak.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini yaitu:
1. Sumber data primer.
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu: metode observasi. Sumber data primer yaitu anak berupa aktivitas dalam pembelajaran dan guru berupa kinerja dalam pembelajaran.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder berupa dokumentasi sekolah, foto, dan literatur yang berkaitan dengan membaca.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas anak serta kemampuan membaca anak melalui kegiatan menjiplak. Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui persiapan guru dalam pembelajaran dan kemajuan anak dalam membaca awal berdasarkan pendapat guru.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan observasi untuk mengumpulkan data tentang kemampuan membaca awal anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran dan anak proses pelaksanaan tindakan kelas.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang menggambarkan suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang berdasarkan kualitasnya. Tujuan analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematif, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2009:63).
Prosedur Penelitian
Arikunto (2006:83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:
a. Perencanaan atau planning
b. Tindakan atau acting
c. Pengamatan atau observing
d. Refleksi atau reflecting
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan anak membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf sebelum tindakan kelas dilakukan dengan membaca huruf berupa potongan huruf dan melafalkannya. Kemampuan membaca awal pada kondisi awal pada umumnya anak-anak banyak yang belum mengenal huruf. Maka guru perlu dengan sabar mengenalkan huruf-huruf satu per satu. Pengenalan huruf dimulai dengan huruf vokal a, i, u, e, o. Selanjutnya beberapa huruf konsonan bilabial dikenalkan seperti m, p, b. Pada penelitian ini, keterampilan membaca disertai keterampilan menulis melalui kegiatan menjiplak. Pemahaman tentang konsep huruf diperoleh melalui kegiatan menyimak penjelasan guru dan berbicara dengan cara melafalkan huruf tersebut dengan baik dan benar.
Kegiatan ini pada umumnya cukup menyenangkan anak-anak. Apalagi guru mengajarkan dengan mengalunkan lagu huruf abjad a sampai z. Lagu itu hanya untuk menghafal nama-nama huruf, tetapi anak-anak belum kenal satu per satu huruf tersebut. Secara bertahap guru mengenalkan huruf dengan membaca dan menjiplak huruf.
Setelah kegiatan menjiplak huruf anak Kelompok B TK Pancasila Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan anak membaca awal dengan kegiatan menjiplak huruf, dari 20 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 4 anak (20,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 9 anak (45,0%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (20,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 3 anak (15,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan menjiplak huruf belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (20,0%) dan BSB (15,0%) mencapai 35,0%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf yang mencapai BSH dan BSB ada 35,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I.
Deskripsi Tiap Silus
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan tanggal 9 Maret 2015 oleh peneliti dengan dibantu dua orang observer.
a. Perencanaan
1) Menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf. Pada siklus I ini materi akan diajarkan adalah kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf A, I, E, U, O, M, P, B, dengan alokasi waktu satu jam pelajaran.
2) Menyediakan alat peraga permainan meniru tulisan: Koran, majalah, gunting, kertas pensil.
3) Membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar.
4) Membuat pedoman observasi.
b. Pelaksanaan
1) Memberikan apersepsi selanjutnya guru menggunakan pembelajaran dengan kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf A, I, E, U, O, M, P, B.
2) Dengan metode demonstrasi guru mengajarkan beberapa kegiatan kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf:
1. Guru memperlihatkan gambar yang ada tulisannya.
2. Anak ditugaskan menggunting huruf yang disukai.
3. Anak menceritakan guntingan huruf.
4. Anak meniru tulisan huruf yang ada pada gambar dengan meletakkan kertas semi transparan, mengarsir dengan pensil, dan mewarnainya, serta membaca huruf tersebut.
3) Guru mengamati kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf yang telah dikuasai anak. Anak diberi waktu untuk bertanya tentang hal yang belum dikuasainya. Hasil akhir dari siklus I diuraikan berdasarkan observasi di bawah ini.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan membaca awal anak dalam kegiatan menjiplak huruf berupa potongan huruf dan melafalkannya.
d. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Setelah tindakan Siklus I kegiatan menjiplak huruf anak Kelompok B TK Pancasila Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf sudah meningkat tetapi masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan anak membaca awal dengan kegiatan menjiplak huruf, dari 20 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (15,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (35,0%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (20,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (30,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan menjiplak huruf belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,0%) mencapai 50,0%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf yang mencapai BSH dan BSB ada 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan tanggal 10 Maret 2015 oleh peneliti dengan dibantu dua orang observer.
a. Perencanaan
1) Menetukan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf. Pada siklus II ini kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf C, D, G, H, J, K, L, N diajarkan dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran.
2) Menyediakan alat peraga berupa: Kartu kata, benda-benda asli.
3) Membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar.
4) Membuat pedoman observasi.
b. Pelaksanaan
Guru memberikan apersepsi selanjutnya guru menggunakan pembelajaran dengan kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf sesuai dengan tema. Dengan metode demonstrasi guru mengajarkan membaca dengan cara kegiatan menjiplak huruf:
a. Guru menyiapkan alat yang diperlukan dan diletakkan di atas meja.
b. Anak mengamati kartu huruf dan guru menyebutkan nama huruf tersbut.
c. Guru meletakkan kertas semi transparan sehingga terlihat bentuk huruf di bawahnya.
d. Guru mengajarkan cara menggerakkan pensil untuk menjiplak kartu huruf secara pelan-pelan.
e. Setelah jadi, kartu huruf diambil, hasil jiplakan ditebalkan dan diwarnai. Anak diminta membaca huruf yang dihasilkan.
Guru mengamati kemampuan membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf. Anak diberi pula waktu untuk bertanya tentang hal yang belum dikuasainya.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf dan melafalkannya. Dalam kegiatan membaca awal siklus II ini, anak sudah melalui tahapan yang lengkap. Tahap pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya. Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah menjiplak huruf dan mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya pada siklus I. Dengan demikian, pemahaman tentang bacaan dapat diperoleh sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh: tulisan dan pengetahuan anak tentang huruf vokal a, i, u, e, o sekaligus memahami huruf konsonan, C, D, G, H, J, K, L, N.
d. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Setelah tindakan Siklus II kegiatan menjiplak huruf anak Kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf sudah meningkat dan sudah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan anak membaca awal dengan kegiatan menjiplak huruf, dari 20 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (20,0%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (35,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 9 anak (45,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan menjiplak huruf belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (35,0%) dan BSB (45,0%) mencapai 80,0%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf yang mencapai BSH dan BSB ada 80,0% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Dari tabel hasil perolehan data kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf pada anak Kelompok B TK Pancasila setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,0%) dan BSB (15,0%) mencapai 35,0%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,7%) mencapai 50,0%. Peningkatan sebesar 15,0%.
Hasil perolehan data Hasil evaluasi kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf Kelompok B TK Pancasila Ambarawa Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan.
Siklus II
Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf anak Kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa terjadi peningkatan. Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,0%) mencapai 50,0%. Adapun TPP pada Siklus II nilai BSH (35,0%) dan BSB (45,0%) mencapai 80,0%. Peningkatan sebesar 30%.
Hasil perolehan data Hasil evaluasi kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf Kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa Siklus 2 setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan.
Peningkatan Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf
Perbaikan kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf yang dilakukan guru pada anak Kelompok B TK Pancasila Ngampin Ambarawa, telah berhasil baik dalam dua siklus. Hal ini terbukti setelah pada akhir siklus II sudah 80,0% anak yang memiliki kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf yang mencapai TPP kategori BSH dan BSB.
Hasil Penelitian
Kemampuan anak membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf pada Siklus I maupun siklus II tindakan kelas telah terjadi peningkatan yang berarti. Kemampuan membaca awal merupakan keterampilan berbahasa berupa kemampuan membaca awal huruf dan suku kata oleh anak. Kemampuan membaca awal merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Sehingga pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar anak terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. Pada penelitian ini, keterampilan membaca disertai keterampilan menulis melalui kegiatan menjiplak. Pemahaman tentang konsep huruf diperoleh melalui kegiatan menyimak penjelasan guru dan berbicara dengan cara melafalkan huruf tersebut dengan baik dan benar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menjiplak huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca awal anak bagi anak di TK Pancasila Ngampin Ambarawa.
1. Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,0%) dan BSB (15,0%) mencapai 35,0%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,7%) mencapai 50,0%. Peningkatan sebesar 15,0%.
2. Kemampuan anak membaca awal dalam kegiatan menjiplak huruf hasil TPP pada Siklus I nilai BSH (20,0%) dan BSB (30,0%) mencapai 50,0%. Adapun TPP pada Siklus II nilai BSH (35,0%) dan BSB (45,0%) mencapai 80,0%. Peningkatan sebesar 30%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar membaca awal melalui kegiatan menjiplak huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca anak. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menggunakan kegiatan menjiplak huruf pada kelompok A maupun kelompok B dalam mengajarkan membaca permulaan.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian di Kelompok B TK Pancasila Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, para guru dapat meningkatkan kemampuan membaca awal anak melalui kegiatan menjiplak huruf dengan berbagai media, misalnya kertas HVS, kertas koran yang berhuruf besar, kertas berwarna.
2. Guru perlu memperhatikan anak-anak yang kurang terampil dalam menjiplak huruf, karena anak-anak tersebut memerlukan bantuan dari segi motorik halusnya di samping kemampuan melafalkan huruf tersebut..
3. Dalam pelaksanaan kegiatan menjiplak huruf, perlu diperhatikan peralatan yang bisa digunakan kegiatan menjiplak huruf agar bisa disediakan oleh orang tua anak. Untuk itu perlu ada pemberitahuan beberapa hari sebelum pelaksanaan agar orang tua bisa mempersiapkan peralatan bagi anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Aar. 2012. Belajar Membaca Anak TK. http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/06/cara-mengajar-membaca-yang-baik.html
Achmadi. 2011. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Pedoman Pembelajaran: Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD
Depdiknas, 2000, Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar
Elizabeth B. Hurlock. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
————–.. 2010. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Henry Guntur Tarigan. 1988. Keterampilan Membaca. Bandung: Angkasa..
Moeslichatoen R. 2009. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Rineka Cipta.
Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mudjito. 2007. Perkembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera Prenada Media Group.
Mulyadi. 2010.â€Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar ( Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009 / 2010 )
Nilna. 2011. Model belajar Membaca untuk Anak Usia Dini. http://www.pustakanilna.com/kurikulum-untuk-anak-usia-dini-perlukah/