Upaya Meningkatkan Kemampuan Seni Kreatif Melalui Kegiatan Melipat Dan Menggunting
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENI KREATIF
MELALUI KEGIATAN MELIPAT DAN MENGGUNTING
PADA ANAK KELOMPOK B TK TELADAN PERTIWI AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Muji Lestari
TK Teladan Pertiwi Ambarawa
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan seni kreatif bagi anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Negeri Sendangmulyo Ambarawa melalui kegiatan melipat dan menggunting. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada bulan Maret 2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa yang berjumlah 17 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan seni kreatif anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa semester I tahun 2014/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melipat dan menggunting, (2) Kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting yang baik pada kondisi awal (prasiklus) ada 5 anak (29,4%); pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 11 (64,7%). Peningkatan kemampuan anak adalah 35,3%, (3) Kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting yang baik pada siklus 1 ada 11 (64,7%); pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 14 (82,4%). Peningkatan kemampuan anak adalah 17,7% telah melampaui indikator keberhasilan secara klasikal 80% sehingga tindakan dinyatakan telah berhasil. Kesimpulan penelitian ini, berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan “kegiatan melipat dan menggunting dapat meningkatkan kemampuan seni kreatif anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Sendangmulyo Ambarawaâ€.
Kata kunci: melipat, menggunting, seni kreatif
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan keterampilan yang merupakan pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan sepanjang hayat. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik Bredekamp & Copple, menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 4).
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 14 tertulis bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Bab II Pasal 3 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa peletakan proses pendidikan di Taman Kanak-kanak harus benar dan sesuai dengan karakter pertumbuhan dan perkembangan menuju pertumbuhan optimal. Apabila tidak dikembangkan dengan baik dan benar akan menyebabkan penyimpangan terhadap tumbuh kembang anak dan akan sulit untuk diperbaiki. Hal ini akan merugikan anak dalam menghadapi masa depannya, keluarga dan bangsa.
Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak-anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak- Kanak (GBP KBTK I 994) Bahwa Taman Kanak-Kanak sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak dalam dalam rangka menjaembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah. Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar- anak Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikau diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutya. Disamping itu pula beberapa hal yang perlu diingat adalah bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima berbagai macam rangsangan dari lingkungan guna rnenunjang perkembangan jasmani dan rohani yang ikut rnenentukan keberhasilan anak didik mengikuti pendidikannya di kemudian hari. Masa anak-anak juga masa bermain, oleh sebab itu kegiatatr pendidikan di Taman Kanak-kanak diberikan melalui bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.
Hasil observasi peneliti selama mengajar di TK Teladan Pertiwi Ambarawa, menunjukan bahwa perkembangan seni kreatif anak belum berkembang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari keseharian anak ketika dalam proses pembelajaran berlangsung. Berikut contoh yang dilihat peneliti bahwa keterampilan seni kreatif Kelompok B belum maksimal di TK Teladan Pertiwi, dalam hal melipat dan menggunting baru 4 anak yang sudah memiliki kemampuan BSH dan 3 BSB. Adapun yang dilakukan guru pada saat hal tersebut terjadi yaitu 1) Guru membantu anak melipat namun belum maksimal, 2) Guru memberi arahan kepada anak dengan lisan saja, 3) Guru hanya memberi contoh bentuk yang ingin dibuat anak.
Padahal idealnya tingkatan capaian perkembangan motorik halus anak yang terdapat dalam peraturan pemerintah No 058 tahun 2009 yaitu seharusnya anak sudah bisa melipat kertas 1-6 lipatan. Salah satu kegiatan yang dianggap dapat meningkatkan katerampilan seni kreatif anak yaitu melalui kegiatan melipat dan menggunting. Diharapkan dengan melipat dan menggunting kertas, dapat meningkatkan perkembangan keterampilan seni kreatif anak.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah keterampilan seni kreatif bagi anak Kelompok B di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada semester II tahun 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melipat dan menggunting?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan seni kreatif bagi anak usia dini Kelompok B di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada semester II tahun 2014/2015 melalui kegiatan melipat dan menggunting.
Manfaat Penelitian
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagi Anak
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, anak dapat meningkat belajarnya, sehingga anak berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampialn seni kreatif.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Seni Kreatif
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu (Wikipedia, 2015).
Belajar Menggunting Untuk Anak TK
Sebutan Taman pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna tempat yang nyaman untuk bermain. Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Dasar. Oleh karena itu guru TK harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan waktu, tempat serta teman bermain.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsinya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya (Moeslichatoen, 1999:3).
Pembelajaran dengan bermain, itulah sebetulnya proses belajar-mengajar yang diharapkan di dunia pendidikan TK. Namun demikian, realitas di lapangan, ada kecenderungan proses belajar-mengajar pada anak-anak TK sudah berubah menjadi pembelajaran Sekolah Dasar kelas I (satu). Hal ini berarti, proses belajar-mengajar di TK identik dengan SD kelas satu.
Kerangka Berpikir Penelitian
Kegiatan melipat, menggunting dan menempel (3M) merupakan permainan menciptakan kreasi bentuk dengan menggunakan bahan kertas. Karya 3M yang dibuat pada kegiatan ini ditujukan untuk membuat karya yang dikerjakan dengan prinsip mengunting melipat, menggunting dan menempel untuk membuat benda yang bentuknya tiga dimensi.
Kegiatan melipat dan menggunting harus memiliki lima unsur permainan, sebagai berikut: (1) Mempunyai tujuan untuk mendapat kepuasan, (2) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, (3) Menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable), (4) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas, (5) Dilakukan secara aktif dan sadar.
Kondisi awal kemampuan melipat dan menggunting anak Kelompok B di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada semester II 2014/2015 yang termasuk kategori kurang 35,3%, cukup 25,3%, dan sudah baik baru mencapai 29,4%. Salah satu penyebab terjadinya perkembangan seni anak tidak maksimal, berawal dari kemampuan motorik halus yang belum berkembang secara optimal. Mengarah pada alternatif pemecahan masalah, maka dilakukan penelitian ilmiah yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan membuat lipatan-lipatan sederhana yang menghasilkan seni kreatif setelah dilakukan teknik menggunting yang sederhana pula.
Hal ini berkaitan kemampuan seni dan kreativitas anak dalam melipat dan menggunting menjadi suatu bentuk seni kreatif. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus dengan memberikan kesempatan lebih luas kepada anak dan kreasi baru sehingga anak berkembang kreativitas dan imajinasinya. Tindakan kelas ini dengan melatih secara intensif anak menggunakan gunting untuk membentuk suatu pola. Hal ini didahului dengan keterampilan melipat sehingga guntingan sesuai dengan yang diharapkan. Jika kemampuan ini berkembang, anak akan lebih kreatif dalam melipat dan menggunting.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada bulan Februari – Maret 2016. Prasiklus tanggal 23 Februari 2016, siklus I tanggal 2 Maret 2016, dan siklus II tanggal 9 Maret 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK Teladan Pertiwi Ambarawa
2. Anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa yang berjumlah 19 orang anak.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa yang berjumlah 19 orang anak, guru Kelompok B, dan kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bermain bahan kertas lipat anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal kemampuan seni kreatif dalam penelitian ini dilakukan tanggal 23 Februari 2016 dengan menggunakan kertas lipat yang dilipat menjadi bentuk segitiga. Segitiga tersebut dilipat menjadi segitiga yang sama sampai tiga kali. Kemudian lipatan tersebut digunting atasnya menjadi bentuk segitiga lancip. Ujung bawah juga digunting. Selanjutnya sisi kanan dan kiri digunting pada bagian tengah. Ketika dibuka, jadilah bentuk bintang sudut 5.
Terlihat hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Seni kreatif Kelompok B indikator Melipat dan menggunting bentuk bintang sudut 5 di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada kondisi awal masih perlu perbaikan. Hasil evaluasi Kegiatan Melipat dan menggunting anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa menunjukkan Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) Kemampuan Seni kreatif dengan kegiatan Melipat dan menggunting, dari 19 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 5 anak (26,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 9 anak (47,4%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 3 anak (15,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 2 anak (10,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (15,8%) dan BSB (10,5%) mencapai 26,3%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting yang mencapai BSH dan BSB ada 26,3% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus 1
Rencana Tindakan kelas
Pada tahap ini penulis merancang tindakan kelas pembelajaran siklus I. Penulis juga menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi “melipat dan menggunting†yaitu melipat dan menggunting dengan menggunakan kertas lipat dengan bentuk wajik berbaris.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas pembelajarna siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2016. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah Seni kreatif dengan kompetensi dasar melipat dan menggunting bentuk wajik berbaris.
Dari hasil analisis pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar anak dibandingkan sebelum ada proses tindakan kelas. Namun harus diakui hasil ini belum sesuai dengan harapan atau target.
Hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Seni kreatif Kelompok B indikator Melipat dan menggunting di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada kondisi awal masih perlu perbaikan. Hasil evaluasi Siklus I Kegiatan Melipat dan menggunting anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa menunjukkan Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting sudah meningkat tetapi masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) Kemampuan Seni kreatif dengan kegiatan Melipat dan menggunting, dari 19 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (15,8%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (36,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (21,1%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 5 anak (26,3%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (21,1%) dan BSB (26,3%) mencapai 47,4%.
Pengamatan
Dari pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kelas diperoleh temuan sebagai berikut:
a. Dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan seni kreatif, waktu yang digunakan sudah efisien.
b. Dalam mendemonstrasikan bahan pengembangan kemampuan seni kreatif belum mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan, misalnya tentang bentuk geometri jajar genjang dan belah ketupat.
c. Alat bantu pembelajaran berupa gunting disediakan guru, namun tidak semua anak langsung menggunakannya karena jumlahnya terbatas, sehingga anak-anak harus bergiliran menggunakannya.
2. Refleksi
Dalam kegiatan pada siklus I, dihasilkan refleksi sebagai berikut:
a. Waktu yang digunakan dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan sudah efisien sesuai waktu yang ditentukan.
b. Pengembangan seni kreatif bagi anak dalam melipat dan menggunting dalam bentuk wajik berbaris cukup menyulitkan anak.
c. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting yang mencapai BSH dan BSB ada 47,4% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II.
Skripsi Siklus II
Rencana Tindakan kelas
Pada tahap ini penulis merancang tindakan kelas pembelajaran siklus II. Penulis juga menyiapkan alat peraga kertas lipat dan gunting. Rencana tindakan kelas lebih difokuskan pada pendayagunaan bahan kertas lipat dan gunting.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2016. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah Seni kreatif dengan indikator melipat dan menggunting bentuk burung.
Dapat terlihat hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Seni kreatif Kelompok B indikator Melipat dan menggunting di TK Teladan Pertiwi Ambarawa pada Siklus I masih perlu perbaikan. Hasil Siklus II evaluasi Kegiatan Melipat dan menggunting anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa menunjukkan Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting sudah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) Kemampuan Seni kreatif dengan kegiatan Melipat dan menggunting, dari 19 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (15,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 8 anak (42,1%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 8 anak (42,1%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (42,1%) dan BSB (42,1%) mencapai 84,2%.
Proses Pengamatan
Dari pengamatan terhadap kemampuan guru dalan mengelola kelas dan kelompok diperoleh temuan sebagai berikut:
a. Guru dalam menyampiakan materi pengembangan kemampuan waktu yang dilakukan sudah efisien, sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.
b. Alat bantu pembelajaran sudah cukup, sehingga setiap anak sudah tampak bersemangat dalam mengikuti pengembangan kemampuan.
c. Guru dalam mendemontrasikan bahan pengembangan kemampuan melipat dan menggunting sudah melibatkan anak menggunakan kertas lipat dan gunting.
Dari pengamatan terhadap kemampuan anak dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas diperoleh temuan sebagai berikut:
a. Semua anak sudah siap mengikuti pengembangan kemampuan seni kreatif melipat dan menggunting kertas lipat.
b. Sebagian besar anak sudah berani melipat dan menggunting kertas lipat.
c. Suasana kelas tertib dan terkendali. Dengan demikian, proses pembelajaran ketika anak melipat dan menggunting berlangsung dengan baik.
Refleksi
Sebagaimana dalam siklus sebelumnya, maka setelah melaksanakan pengamatan atas dasar pembelajaran di depan kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus II dihasilkan refleksi sebagai berikut:
1. Guru dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan sudah efisien karena sudah sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.
2. Guru dalam menyampaikan materi melipat dan menggunting sepenuhnya melibatkan anak.
3. Kesiapan anak dalam mengikuti pengembangan kemampuan lebih meningkat dibanding dengan sikuls sebelumnya. Keberanian anak untuk melipat dan menggunting sudah meningkat.
Berdasarkan temuan hasil pengamatan dan refleksi serta evaluasi dalam siklus I maupun II ini secara keseluruhan pembelajaran dengan seni kreatif dalam melipat dan menggunting berlangsung baik. Kemampuan anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi dalam melipat dan menggunting kertas lipat dapat ditingkatkan dan potensi anak dapat ditumbuhkembangkan.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting yang mencapai BSH dan BSB ada 84,2% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pembahasan yang diuraikan di sini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi.
Siklus I
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran kurang kondusif karena anak masih kurang aktif dan masih ada berapa anak yang belum terampil melipat dan menggunting.
Hasil perolehan data Hasil evaluasi kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan.
TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH (15,8%) dan BSB (10,5%) mencapai 26,3%. TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus I nilai BSH (21,1%) dan BSB (26,3%) mencapai 47,4%. Peningkatan sebesar 48,4%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat Kemampuan Seni kreatif dalam kegiatan Melipat dan menggunting yang mencapai BSH dan BSB belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar anak sudah paham dengan penjelasan guru tentang materi melipat dan menggunting. Hal ini dibuktikan dengan anak yang mampu melipat dan menggunting semakin bertambah banyak. Kemampuan melipat dan menggunting semakin baik. Kemampuan melipat dan menggunting kertas lipat sudah cukup baik. Keaktifan anak dalam pembelajaran mulai tumbuh. Anak sudah berani bertanya kepada guru ketika belum bisa melipat atau menggunting.
Hasil perolehan data hasil evaluasi kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa Siklus 2 setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting yang baik pada siklus 1
TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus I nilai BSH (21,1%) dan BSB (26,3%) mencapai 48,4%. TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus II nilai BSH (42,1%) dan BSB (42,1%) mencapai 84,2%. Peningkatan sebesar 36,8% dan sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Peningkatan Seni kreatif Dalam Melipat dan menggunting
Berdasarkan atas pelaksananaan siklus I dan siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan anak dalam pembelajaran meningkat sehingga anak cepat merespon perintah dari guru.
b. Penggunaan alat peraga dan kegiatan melipat dan menggunting kertas lipat dalam proses belajar mengajar dapat merangsang keterlibatan anak secara kognitif dan psikomotorik.
Siklus II dipandang sudah cukup, karena belajar anak dalam melipat dan menggunting kertas lipat meningkat.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi dalam siklus I-II yaitu kemampuan seni kreatif anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa semester I dapat ditingkatkan melalui kegiatan melipat dan menggunting.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan seni kreatif anak Kelompok B TK Teladan Pertiwi Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melipat dan menggunting.
2. Kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting: TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH (15,8%) dan BSB (10,5%) mencapai 26,3%. TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus I nilai BSH (21,1%) dan BSB (26,3%) mencapai 47,4%. Peningkatan sebesar 48,4%..
3. Kemampuan seni kreatif dalam kegiatan melipat dan menggunting: TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus I nilai BSH (21,1%) dan BSB (26,3%) mencapai 48,4%. TPP untuk kegiatan Melipat dan menggunting pada Siklus II nilai BSH (42,1%) dan BSB (42,1%) mencapai 84,2%. Peningkatan sebesar 36,8% dan sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar seni kreatif sudah efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi anak dengan bermain melipat dan menggunting. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik melipat dan menggunting dengan pola yang bervariasi dalam pembelajaran Seni kreatif. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan kognitif.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK Teladan Pertiwi Kota Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan Seni kreatif dengan pendayagunaan kertas bekas seperti kertas bekas kado dan kertas kalender dalam kegiatan melipat dan menggunting.
2. Hendaknya pembelajaran melipat dan menggunting dapat dikembangkan untuk pengembangan kognitif tentang bentuk-bentuk geometri.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Hasanah, Nove. 2015. Cara Menggunting dan Melipat Kertas Bentuk Bintang. http://novehasanah.blogspot.com
Iriani, Susi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Menggunakan Bahan Bekas Pada Kelompok B TK Widya Merti Surabaya. Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
Moeslichatoen R. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Rineka Cipta.
Muryani, Sri. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Menggunting Gambar Buah pada Kelompok B di TK Puro 3 Karang Malang Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014. Surakarta: Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Musfiroh, Tadkiroatun . 2008. Bermain Sambil belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.
Najwa, Aby 2014. Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggunting. http://abynajwa.blogspot.com/
Novikasari, Mely. 2012. Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. http://melyloelhabox.blogspot.com
Putri, Rachma Maulana. 2012. Tips Aman Anak belajar Menggunting. http://rachmimaulanaputri.blogspot.com
Rahmawati, Iva. 2013. Meningkatkan Motorik Halus Anak Dengan Melipat Kertas Sederhana Kelompok B TK Pertiwi I Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Tahun 2013. Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wikipedia. 2015. Seni. http://id.wikipedia.org/wiki/Seni