Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Tanah Liat
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
MELALUI KEGIATAN BERMAIN TANAH LIAT
PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA 01 AMBARAWA
Widayati
TK ABA 01 Ambarawa
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus bagi anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak ABA 01 Ambarawa melalui metode kegiatan bermain tanah liat. Tujuan khusus penelitian ini adalah: mendeskripsikan apakah kemampuan motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain tanah liat pada anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK ABA 01 Ambarawa pada bulan September 2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang berjumlah 22 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui metode bermain bahan tanah liat, (2) Tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang mencapai BSH dan BSB pada Prasiklus sebesar 47,0% dan pada Siklus I mencapai 70,6% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II. Peningkatan sebesar 23,6%, (3) Tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang mencapai BSH dan BSB pada Siklus I 70,6% dan pada Siklus II mencapai 88,2% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II sudah berhasil. Peningkatan sebesar 17,6%.Kesimpulan penelitian ini, berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan “kegiatan bermain tanah liat dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A Taman Kanak-Kanak ABA 01 Ambarawaâ€.
Kata kunci: kegiatan bermain, tanah liat, motorik halus
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) ABA 01 merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Ambarawa. Pendirian TK ABA 01 merupakan realisasi dari program Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini yang menggalakkan TK sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. Untuk itu Direktorat PAUD telah mengeluarkan aturan-aturan mendirikan TK dan menu generic sebagai panduan penyusunan rencana kegiatan di lembaga PAUD, termasuk Taman Kanak-kanak. Kegiatan-kegiatan dalam Taman Kanak-kanak ini, selain didasari oleh menu generic, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para pendiri/ pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Kanak-kanak tersebut.
Guru TK ABA 01 sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang motorik dengan kegiatan bermain. Dalam kegiatan bermain, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan bermain tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi media bermain semaksimal mungkin, misalnya kertas tisu dan tanah liat.
Kegiatan bermain juga untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan keterampilan motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika keterampilan motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.
Bermain dalam masa kanak-kanak, adalah untuk kesenangan dan tidak mengharapkan hasil akhir, tetapi kegiatan bermain merupakan sumbangan yang penting untuk perkembangan anak. Bermain memberikan kesempatan bagi banyak bentuk belajar, dua di antaranya yang sangat penting adalah meningkatkan keterampilan motorik halus. Dengan bermain, dasar keterampilan motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang tidak kreatif, anak-anak cenderung bertingkah laku stereotip.
Salah satu kegiatan sumbangan bermain bagi anak-anak Taman Kanak-kanak yang terpenting adalah kegembiraan yang ditimbulkan oleh kegiatan bermain. Apabila tidak ada kesempatan untuk kegiatan bermain, dan tidak ada bimbingan dalam cara demonstrasi, anak akan bosan dan mencari perhatian. Sepanjang anak dapat menyibukkan diri dengan memanipulasi benda-benda dan pelbagai aktivitas bermain lainnya, kebosanan dan akibat-akibat buruk dapat dihindari.
TK ABA 01 Ambarawa merupakan beberapa tempat pendidikan anak usia dini yang memperhatikan kegiatan bermain anak untuk pengembangan keterampilan motorik halus.
Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan observasi di TK ABA 01 Ambarawa, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran motorik halus melalui kegiatan bermain. Selama ini kegiatan tersebut menggunakan media tanah liat yang harus dibeli oleh orangtua di toko atau warung terdekat. Namun bagi orangtua yang kurang perhatian, seringkali anak-anak tidak membawa tanah liat. Untuk itu sekolah selalu menyediakan tanah liat yang bisa dipakai berulang-ulang. Meskipun demikian, bahan ini makin lama akan habis karena terpakai oleh anak-anak. Masalah guru adalah sulitnya mengembangkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain tanah liat. Meskipun tanah liat mudah dibentuk dan berwarna-warni, gerakan motorik halus anak masih lamban. Anak membutuhkan bahan yang berbeda dan bisa didapatkan dari lingkungan, yaitu tanah liat. Guru dan orangtua bekerja sama mengusahakan bahan tanah liat ini untuk menumbuhkan motivasi anak dalam keterampilan motorik halus.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah keterampilan motorik halus bagi anak usia dini kelompok A di TK ABA 01 Ambarawa pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain menggunakan bahan tanah liat?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak usia dini kelompok A di TK ABA 01 Ambarawa pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 melalui kegiatan bermain menggunakan bahan tanah liat.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. untuk meningkatkan aktivitas anak TK ABA 01 Ambarawa dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain menggunakan bahan tanah liat
2. untuk meningkatkan keterampilan guru TK ABA 01 Ambarawa dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain menggunakan bahan tanah liat.
3. untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak TK ABA 01 Ambarawa melalui kegiatan bermain menggunakan bahan tanah liat.
Manfaat Penelitian
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagi Anak
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, anak dapat meningkat belajarnya, sehingga anak berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampialn motorik halus
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus ialah aktivitas yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus (Santrock, 2008: 216). Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pencil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya keterampilan motorik halus pada setiap area kehidupan anak (Wing, 2008).
Menurut pendapat Saputra (2005: 118), motorik halus adalah kemamuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus merupakan aktivitas-aktivitas yang memerlukan gerakan yang diatur secara halus oleh otot-otot kecil pada tangan.
Bermain Tanah liat
Sebutan Taman pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna tempat yang nyaman untuk bermain. Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Dasar. Oleh karena itu guru TK harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan waktu, tempat serta teman bermain.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsinya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya (Depdikbud, 1999:3).
Pembelajaran dengan bermain, itulah sebetulnya proses belajar-mengajar yang diharapkan di dunia pendidikan TK. Namun demikian, realitas di lapangan, ada kecenderungan proses belajar-mengajar pada anak-anak TK sudah berubah menjadi pembelajaran Sekolah Dasar kelas I (satu). Hal ini berarti, proses belajar-mengajar di TK identik dengan SD kelas satu.
Bermain tanah liat serasa kembali ke massa kanak kanak, karena dari segumpal yanah liat kita dapay membentu apapaun seperti yang kita inginkan, baik untuk benda pajangan ataupun benda benda yang dapat kiya pakai dalam kehidupan sehari hari. Ibarat kata seperti kembali menikmati asyiknya bermain dengan lilit yang biasa anak anak TK buat.
Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau “pecah-pecah” bila kering (http://id.wikipedia.org/).
Bermain tanah liat bisa mengundang kenikmatan tersendiri. Kenikmatan itu muncul ketika seseorang berhasil menggali ekspresi dalam diri. Dalam pengungkapan ekspresi tentu butuh derajat kebebasan yang tak terbatas. Dari situ tercipta keramik berseni tinggi. Malah, bukan cuma itu bermain tanah liat diakui bisa jadi latihan kepekaan diri.
Belakangan, bermain tanah liat makin diminati anak-anak. Kegiatan yang mulanya hanya digeluti industri rumah tangga ini merambah ke masyarakat biasa. Bahkan pesertanya bukan melulu orang dewasa, anak-anak pun mulai menggemari pembuatan aneka barang seperti asbak, gelas atau hiasan. Bermain tanah liat hingga menghasilkan sebuah karya (keramik) adalah sebuah proses. Sebetulnya ini proses sederhana, memindahkan tanah liat dari bumi sampai berada di dalam ruangan. Hanya saja, dalam proses itu butuh ketekunan, kesabaran dan pengendalian emosi. Karena sebuah proses, peserta kursus pun diberi kebebasan berkreativitas. Apa saja bisa dituangkan di sini, mau membuat benda seni atau yang ingin digunakan sehari-hari. Kebebasan berekspresi dalam bermain tanah liat juga dialami anka-anak dan memunculkan sensasi tersendiri dalam diri. (Bayu Dwi Mardana, 2009).
Kerangka Berpikir Penelitian
Bermain merupakan dunia anak-anak, tempat dengan siapa mereka bertemu, beraktivitas, dan berkreativitas. Walaupun mereka tidak saling mengenal, mereka berkumpul bersama untuk bermain. Melalui bermain mereka akan saling mengenal dan berinteraksi dengan bahasa mereka. Melalui bermain mereka juga akan belajar tentang kehidupan, melatih keberanian sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri, serta belajar menghargai teman sesamanya.
Bagi seorang anak bermain merupakan hal yang sangat mengasyikan. Bermain juga suatu kebutuhan pokok, seperti makan dan minum. Melalui bermain anak akan mencoba hal-hal yang menurutnya baru sampai ia mampu melakukannya, bukan saja dalam fantasinya tetapi anak melakukan sesuatu yang nyata atau real dengan aktif.
Bermain tanah liat merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Kegiatan bermain tanah liat harus memiliki lima unsur permainan, sebagai berikut: (1) Mempunyai tujuan untuk mendapat kepuasan, (2) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, (3) Menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable), (4) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas, (5) Dilakukan secara aktif dan sadar.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK ABA 01 Ambarawa pada bulan Agustus – September 2015.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK ABA 01 Ambarawa
2. Anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang berjumlah 17 orang anak.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang berjumlah 17 anak, guru kelompok A, dan kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bermain bahan tanah liat anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada bab IV ini dijelaskan hasil observasi kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok B Taman Kanak-kanak ABA 01 Ambarawa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Deskripsi kondisi awal berdasarkan pengamatan terhadap anak Kelompok B Taman Kanak-kanak ABA 01 Ambarawa pada saat kegiatan bermain meremas menggunakan tanah liat dalam pengembangan motorik halus. Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengetahui hasil belajar anak menggunakan tes perbuatan.
Hasil evaluasi sebelum tindakan kelas pada pengembangan kemampuan Motorik halus.
Hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Motorik halus kelompok B Kompetensi Dasar Bermain bahan tanah liat di TK ABA 01 Ambarawa. Setelah kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok B TK ABA 01 Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan bermain tanah liat masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan bermain tanah liat, dari 17 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (17,6%); MB (Mulai Berkembang) ada 6 anak (35,3%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (23,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (23,5%). Dengan demikian, TPP kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan bermain tanah liat belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (23,5%) dan BSB (23,5%) mencapai 47,0%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat yang mencapai BSH dan BSB ada 47,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pembahasan yang diuraikan di sini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi.
Siklus I
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran kurang kondusif karena anak masih kurang aktif dan masih ada beberapa anak yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Anak terlihat masih ragu-ragu dalam bermain bahan tanah liatnya. Beberapa anak sudah ada yang berani bermain bahan tanah liat dengan lancar, namun masih kesulitan membuat bentuk dari bahan tanah liat sehingga harus dibimbing guru.
Selain kemampuan motorik halus, kemampuan kreativitas perlu pula dikembangkan dalam pembelajaran ini. Ada banyak anak yang belum bisa membuat bentuk-bentuk tiga dimensi. Oleh karena itu guru harus membimbing anak dalam membuat bentuk-bentuk tersebut. Sebagian anak kurang aktif dalam menyelesaikan bentuk benda dari tanah liat. Dengan demikian, wajarlah jika siklus I sangat perlu diulang agar kemampuan anak dalam bermain bahan tanah liat semakin meningkat.
Berdasarkan temuan penelitian, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat yang mencapai BSH dan BSB pada Prasiklus 47,0% dan pada Siklus I mencapai 70,6% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II. Peningkatan sebesar 23,6%.
Siklus II
Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar anak sudah paham dengan penjelasan guru tentang materi pengembangan kemampuan. Hal ini dibuktikan dengan anak yang mampu bermain bahan tanah liat semakin bertambah banyak. Kemampuan bermain bahan dari tanah liat semakin baik. Kemampuan bermain bahan dari tanah liat masih perlu ditingkatkan.
Keaktifan anak dalam pembelajaran mulai tumbuh. Anak sudah berani bertanya kepada guru ketika belum jelas, atau anak menunjukkan hasil bentuk dari kegiatan bermain bahan tanah liat di depan kelas. Namun ada beberapa anak yang sampai pada akhir siklus II belum mampu bermain bahan tanah liat ini. Hambatan yang didapatkan adalah potensi dasar anak yang memang kurang respon terhadap pembelajaran.
Berdasarkan temuan penelitian, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat yang mencapai BSH dan BSB pada Siklus I 70,6% dan pada Siklus II mencapai 88,2% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II sudah berhasil. Peningkatan sebesar 17,6%.
Guru sudah melibatkan anak dalam mendemontrasikan alat peraga dan melalui metode bermain bahan tanah liat. Anak saling berebut untuk maju ke depan kelas. Hal ini terjadi karena anak semakin tertarik dan termotivasi untuk dapat menunjukkan kemampuannya bermain bahan tanah liat.
Peningkatan Motorik Halus Dalam Bermain Tanah liat
Berdasarkan atas pelaksananaan siklus I dan siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan anak dalam pembelajaran meningkat sehingga anak cepat merespon pertanyaan dari guru.
b. Anak sudah banyak yang mampu bermain bahan tanah liat.
c. Penggunaan alat peraga dan metode bermain bahan tanah liat dalam proses belajar mengajar dapat merangsang keterlibatan anak secara intelektual, kreativitas, emosional dan psikomotor.
Siklus II dipandang sudah cukup, karena belajar anak dalam bermain bahan tanah liat meningkat.
Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi / evaluasi dalam siklus I-II yaitu kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain bahan tanah liat.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA 01 Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui metode bermain bahan tanah liat
2. Tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang mencapai BSH dan BSB pada Prasiklus sebesar 47,0% dan pada Siklus I mencapai 70,6% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II. Peningkatan sebesar 23,6%.
3. Tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan bermain tanah liat anak Kelompok A TK ABA 01 Ambarawa yang mencapai BSH dan BSB pada Siklus I 70,6% dan pada Siklus II mencapai 88,2% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II sudah berhasil. Peningkatan sebesar 17,6%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar Motorik halus lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi anak dengan menggunakan metode bermain bahan tanah liat. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik bermain bahan tanah liat dalam pembelajaran Motorik halus di berbagai kelas. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan seni. Dengan teknik bermain bahan tanah liat pula sebagai implikasinya anak bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga anak berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK ABA 01 Kota Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan Motorik halus dengan pendayagunaan alat peraga carta pada materi bermain bahan tanah liat disajikan dengan menggabungkan kemampuan guru dalam berkreasi dengan tanah liat. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak guru yang kurang terampil dalam berkreasi dengan tanah liat dengan cara yang menarik. Guru-guru yang masih kurang pengalaman atau memiliki karakter kurang fleksibel banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan seperti ini. Untuk itu guru tidak perlu malu dan tidak segan untuk meningkatkan kemampuannya dalam berkreasi dengan tanah liat.
2. Hendaknya pendayagunaan alat peraga dan metode bermain bahan tanah liat seperti yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat pula digunakan pada materi lain ataupun pelajaran lain.
Daftar Pustaka
Allen dan Marotz. 2010. Profil Perkembangann Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 tahun. Jakarta: PT Indeks.
Saputra, Made Oka Jaya. 2011. Cara Membuat Plastisin. http://dablugen.blogspot.com/2011/06/ diunduh tanggal 30 Mei 2012.
Haka. 2010. Liburan Murah yang Memacu Kreatifitas Anak. http://edukasi.kompasiana.com/2010/06/18/mengisi-liburan-anak-yang-memacu-kreatifitas-dan-murah/
Hurlock, Elizabeth B.2007. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Najah, Safinatun. 2010. Pelatihan Plastisin. http://imbang88.wordpress.com/
Pakpar. 2008. Handout Senirupa SMP PL Domenico Savio. http://pakpar59.blogspot.com/
Pamadhi. 2008. Seni Rupa SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Riswanti, Riswanti and Dharmayana, I Wayan and Bahar, Amrul. 2014. Meningkatkan Kreativitas Membentuk Melalui Bermain Plastisin pada Anak Kelompok B di TK Thawalib Lubuklinggau. Universitas Bengkulu.
Santrock. 2008. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rochayah, Siti. 2012. Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain Plastisin Pada Siswa Kelompok B Semester Genap TK Masyitoh 02 Kawunganten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Wing, Angel’s. 2008. Keterampilan Motorik Halus (Fine Motor Skills). www.angelswing.or.id diunduh tanggal 2 Desember 2012.
Zulkifli. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.