UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR

GERAK DASAR LOMPAT JAUH

MELALUI PENDEKATAN BERMAIN LOMPAT KATAK

PADA SISWA KELAS V SDN GAGAAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sriyanto Sugino

SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar Penjasorkes materi lompat jauh melalui penerapan pendekatan bermain lompat katak pada siswa kelas V SDN Gagaan tahun pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 40 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil tes unjuk kerja yang dilakukan pada akhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi, dokumen foto pembelajaran dan catatan lapangan. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus, minat belajar siswa skor rata-ratanya 49,58% (rendah). Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70,00 jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 19 siswa (47,50%). Pada siklus I minat belajar siswa meningkat menjadi 67,19% (sedang). Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM pada siklus I menjadi 26 siswa (65,00%). Pada Siklus II minat belajar siswa meningkat menjadi 77,29% (tinggi). Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II adalah 34 siswa (85,00%). Jadi dapat disimpulkan pendekatan bermain kompat katak dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Penjasorkes materi lompat jauh bagi siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, pendekatan bermain lompat katak

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang ada di dalam kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun tetap berorientasi pada pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan akan tetapi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani di sekolah meliputi pembelajaran permainan, atletik, senam, aktivitas luar sekolah dan budaya hidup sehat. Pembelajaran yang ada unsur permainan seperti permainan bola besar maupun bola kecil, siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikutinya, hal ini merupakan modal utama yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan antusias atau rasa senang tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Keadaan sebaliknya apabila siswa kurang suka dalam mengikuti pembelajaran maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai, karena ketidaksukaan ini menyebabkan siswa menjadi malas dalam beraktivitas.

Cabang atletik merupakan salah satu materi pembelajaran yang kurang disukai siswa, padahal atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang terdiri dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan aspek lainnya.

Karena pentingnya pembelajaran atletik, maka sudah sepantasnya guru Penjasorkes tidak menganaktirikan pembelajaran atletik, melainkan guru Penjasorkes harus kreatif agar pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa. Selama ini pembelajaran yang paling diminati dan ditunggu-tunggu siswa adalah permainan, sebaliknya pembelajaran atletik siswa kurang antusias bahkan terkesan terpaksa dalam mengikuti pembelajaran. Lebih parah lagi selalu saja ada siswa yang izin tidak mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan yang seolah-olah dibuat-buat agar terhindar dari pembelajaran tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang salah satunya adalah kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani dalam menerapkan model-model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa.

Pada kondisi awal, diketahui bahwa, minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat jauh siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2018/2019 masih sangat kurang. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan diketahui bahwa miat siswa terhadap materi lompat jauh masih “rendah”. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Hasil belajar siswa juga belum sesuai dengan yang diharapkan. Penguasaan materi lompat jauh masih di bawah KKM yang ditetapkan. Dari 40 siswa, yang penguasaan gerak dasar lompat jauh mampu mencapai KKM yang ditentukan hanya 19 siswa atau 47,50%. Rata-rata nilai tes unjuk kerja siswa hanya 66,75. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti sebagai guru Penjasorkes bertanya-tanya dan hal itu menjadi masalah yang belum terjawab. Mengapa pembelajaran permainan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa dibandingkan pembelajaran atletik khusunya nomor lompat jauh? Sejalan dengan hal tersebut, peneliti mencoba pembelajaran dengan pendekatan bermain yang diharapkan menjadi daya tarik tersendiri terhadap materi pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa lebih siap dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, dengan kata lain tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Pendekatan bermain lompat katak diharapkan dapat membawa siswa kepada situasi belajar yang menyenangkan dan membuat siswa tidak tertekan dengan target capaian yang ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Melalui Pendekatan Bermain Lompat Katak Pada Siswa Kelas V SDN Gagaan Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.       Bagaimana pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan minat belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019?

2.       Bagaimana pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan meningkatkan minat dan hasil belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN Gagaan. Selain tujuan umum, penelitian tindakan kelas ini juga mempunyai tujuan khusus. Adapun tujuan khususnya adalah:

1.     Meningkatkan minat belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui pendekatan bermain lompat katak.

2.     Meningkatkan hasil belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui pendekatan bermain lompat katak.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam melaksanakan pembelajaran Penjasorkes agar minat dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Manfaat Praktis

a.     Bagi Siswa

Melalui hasil penelitian ini, siswa yang semula tidak tertarik dan bermasalah dengan pembelajaran lompat jauh, menjadi lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

b.     Bagi Guru

Melalui penelitian ini, Guru Penjasorkes dapat menerapkan strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat jauh.

c.     Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran dan membantu memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran Penjasorkes di sekolah.

 

 

KAJIAN TEORI

Hakikat Minat Belajar

            Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2003: 57). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2003: 151), minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan (Slameto, 2003:57).

Hakikat Hasil Belajar

            Dahar (1998: 78) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum.

Menurut Cullen dalam Dasim (2002: 112) penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bloom membagi hasil belajar dalam tiga aspek yaitu: espek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotoris (Nana Sudjana, 2005:22).

Hakikat Pendidikan

            Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Usaha tersebut dilakukan secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan anak dan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Soegardo dan Harahap. 1981:257).

            Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut Raka Joni (1992: 14) hakikat pendidikan adalah sebagai berikut: a) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan subyek didik dengan kewibawaan pendidik; b) Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat; c) Pendidikan meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat; d) Pendidikan berlangsung seumur hidup; dan e) Pendidikan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

 

Hakikat Penjasorkes

            Pendidikan jasmani bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan peserta didik di sekolah. Menurut Abdul Gafur (dalam Abdulah dan Minaji, 1994: 5) pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dan intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak, jadi hakikat dari pendidikan Jasmani adalah satu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani dan intensif.

            Menurut Wawan S. Suherman (2004: 23) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif, kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.

            Menurut Engkos Kosasih (1992:4) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Dikemukakan juga arti pendidikan jasmani didalam Depdiknas (2003: 6) Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.

            Nassir Rosyidi (1983: 10-11) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi, arah menuju kebulatan kepribadiannya sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Selanjutnya Nasir Rosyidi mengatakan bukan hanya pendidikan jasmani saja yang dipentingkan. Tetapi pendidikan menuju arah sportivitas harus dijaga dan ditanamkan pada anak. Dapat juga diuraikan bahwa arti pendidikan jasmani itu meliputi: a) Gerak badan, gerak badan ialah menggerakkan anggota tubuh baik sengaja atau tidak, biasanya untuk menyegarkan badan; b) Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ialah pendidikan yang bertitik tolak atau bertitik pangkal pada jasmani. Dan manusia keseluruhan menjadi tujuan; c) Pendidikan Olahraga, pendidikan olahraga ialah mengolahraga melalui cabang olahraga.

Hakikat Lompat Jauh

            Menurut Mochamad Djumidar (2004: 65) lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suati titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik. Lompat dan loncat merupakan kata yang hampir sama namun memiliki perbedaan diantara keduanya. Lompat dilakukan dengan menggunakan satu kaki sebagai tumpuan sedangkan loncat menggunakan dua kaki sebagai tumpuan.

            Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kaki kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat grafitasi (Djumidar, 2001: 12.40). “Lompat jauh adalah nomor yang sederhana dan paling sederhana dibandingkan nomor-nomor lapangan lain. Hal ini dikarenakan karena siswa sebelum diberikan pembelajaran lompat jauhsiswa sudah dapat melakukan gerakan dasar lompat jauh, hal ini akan mengakibatkan siswa akan cepat mempelajari lompat jauh dengan benar” (Eddy Purnomo & Dapan, 2011: 93).

Pendekatan Bermain

            Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (2004: 17) mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk menyenangkan diri”.

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.

            Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992: 7) ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.

            Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000: 35) berpendapat, ”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (Developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.

Kerangka Berpikir

            Hasil analisis kondisi awal menunjukan bahwa siswa kelas V SDN Gagaan secara umum memiliki minat yang kurang terhadap pelajaran pendidikan jasmani khususnya materi lompat jauh. Siswa lebih menyukai pelajaran jasmani pada cabang olahraga permainan. Masih tampak beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya, mengantuk, malas-malasan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut menyebabkan siswa susah dalam mencapai KKM mata pelajaran penjaskes khususnya dalam materi lompat jauh. Peneliti berupaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui siklus I dan siklus II yang meliputi bentuk permainan.

Hipotesis Tindakan

            Dari kerangka berpikir di atas dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut:

1.     Melalui pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan minat belajar Penjasorkes materi lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2018/2019.

2.     Melalui pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes materi lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Alasan mengambil SDN Gagaan sebagai tempat penelitian karena saat ini peneliti adalah guru mapel Penjasorkes di SDN Gagaan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Janauri sampai dengan bulan April 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

            Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa data yang bersumber dari dokumen daftar nilai, lembar observasi, kuisioner, dan hasil tes unjuk kerja pada Siklus I dan Siklus II. Teknik pengumpulan data dilakukan pada penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes. Data yang dikumpulkan dari kedua teknik tersebut nantinya akan dianalisis untuk selanjutnya digunakan untuk menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam menganalisa adalah teknik deskriptif komparatif. Pada teknik ini, yang dilakukan adalah membandingkan antara data-data yang terkumpul.

Data minat belajar pada pembelajaran Siklus I dan Siklus II dikumpulkan dengan mempersiapkan lembar pengamatan. Untuk data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II dikumpulkan dengan melaksanakan tes unjuk kerja di akhir setiap siklus. Agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi, sebelum menyusun butir soal untuk tes unjuk kerja Siklus I dan Siklus II perlu disusun kisi-kisi tes unjuk kerja.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu: (1) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes meningkat dari kategori rendah pada kondisi awal menjadi tinggi pada kondisi akhir; (2) Hasil belajar dalam pembelajaran Penjasorkes minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

 

 

 

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

            Berdasarkan tes uji kompetensi dasar atletik pada materi pembelajran lompat jauh, ternyata hasilnya masih kurang memuaskan, padahal guru sudah berusaha semaksimal mungkin agar siswa memahami dengan diberi contoh secara berulang – ulang. Pada kondisi awal setelah dilakukan tes, masih ada nilai yang dibawah KKM.

            Data minat belajar menunjukkan bahwa pada pembelajaran pra siklus skor minat belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh adalah 49,58%. Skor ini menunjukkan bahwa minat belajar pada pembelajaran pra siklus masuk aktegori “rendah”.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi lompat jauh. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran pra siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Pra Siklus

No

Nilai

f

%

1.

50

1

2,50%

2.

55

5

12,50%

3.

60

7

17,50%

4.

65

8

20,00%

5.

70

8

20,00%

6.

75

7

17,50%

7.

80

4

10,00%

 

            Pada pembelajaran pra siklus, hasil belajar siswa dengan nilai 50 sebanyak 1 anak, nilai 55 sebanyak 5 anak, nilai 60 sebanyak 7 anak, nilai 65 sebanyak 8 anak, nilai 70 sebanyak 8 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, dan nilai 80 sebanyak 4 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar pra siklus adalah 66,75.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus di atas dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu siswa tuntas belajar dan tidak tuntas belajar. Dari 40 siswa kelas V SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 47,50% (19 siswa) dan sisanya 52,50% (21 siswa) tidak tuntas belajar.

Deskripsi Siklus I

            Pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Januari, 2 dan 9 Februari 2019. Data minat belajar siswa diambil dari hasil pengamatan ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Data minat belajar menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus I skor minat belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh adalah 67,19%. Skor ini menunjukkan bahwa minat belajar pada pembelajaran siklus I masuk aktegori “sedang”.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi lompat jauh. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

 

 

 

 

Tabel 4.5. Data Hasil Belajar Siklus I

No

Nilai

f

%

1.

55

2

5,00%

2.

60

4

10,00%

3.

65

8

20,00%

4.

70

9

22,50%

5.

75

7

17,50%

6.

80

5

12,50%

7.

85

5

12,50%

 

            Pada pembelajaran siklus I, hasil belajar siswa dengan nilai 55 sebanyak 2 anak, nilai 60 sebanyak 4 anak, nilai 65 sebanyak 8 anak, nilai 70 sebanyak 9 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 5 anak, dan nilai 85 sebanyak 5 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar siklus I adalah 71,25.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I di atas dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu siswa tuntas belajar dan tidak tuntas belajar. Dari 40 siswa kelas V SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 65,00% (26 siswa) dan sisanya, 35,00% (14 siswa) tidak tuntas belajar.

Deskripsi Siklus II

            Pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2, 9, dan 16 Maret 2019. Data minat belajar siswa diambil dari hasil pengamatan ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Data minat belajar menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II skor minat belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh adalah 77,29%. Skor ini menunjukkan bahwa minat belajar pada pembelajaran siklus II masuk aktegori “tinggi”.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi lompat jauh. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8. Data Hasil Belajar Siklus II

No

Nilai

f

%

1.

60

2

5,00%

2.

65

4

10,00%

3.

70

10

25,00%

4.

75

9

22,50%

5.

80

6

15,00%

6.

85

5

12,50%

7.

90

4

10,00%

 

            Pada pembelajaran siklus II, hasil belajar siswa dengan nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 65 sebanyak 4 anak, nilai 70 sebanyak 10 anak, nilai 75 sebanyak 9 anak, nilai 80 sebanyak 6 anak, nilai 85 sebanyak 5 anak; dan nilai 90 sebanyak 4 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar siklus I adalah 75,50.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II di atas dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu siswa tuntas belajar dan tidak tuntas belajar. Dari 40 siswa kelas V SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 85,00% (34 siswa) dan sisanya, 15,00% (6 siswa) tidak tuntas belajar.

 

Pembahasan

Minat Belajar

Dari data hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dianalisis tentang peningkatan minat belajar siswa. Berikut ini tabel peningkatan minat belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II:

Tabel 4.10. Data Peningkatan Minat Belajar

Data Minat Belajar Siswa

Pra Siklus

Siklus I

SiklusII

Jumlah

59,50

80,63

92,75

Persen

49,58%

67,19%

77,29%

Kategori

Rendah

Sedang

Tinggi

 

Pada pembelajaran pra siklus, sebelum guru menerapkan pendekatan bermain lompat katak, minat belajar siswa “rendah”. Dari hasil pengamatan, skor minat belajar pada pembelajaran pra siklus adalah 59,50. Jika dikonversikan dalam bentuk persen, nilai tersebut sama dengan 49,58%.

Pada pembelajaran siklus I peneliti menggunakan pendekatan bermain lompat katak. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran siklus I, minat belajar siswa meningkat menjadi “sedang”. Data hasil pengamatan menunjukkan skor minat belajar siswa adalah 80,63 atau 67,19%.

Pembelajaran siklus II kembali menunjukkan peningkatan minat belajar siswa. Siswa semakin menyenangi pembelajaran lompat jauh. Minat belajar siswa pada pembelajaran siklus II masuk dalam kategori “tinggi”. Hasil pengamatan menunjukkan skor minat belajar pada pembelajaran siklus II adalah 92,75 atau 77,29%.

Hasil Belajar

Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.11. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

50

1

0

0

55

5

2

0

60

7

4

2

65

8

8

4

70

8

9

10

75

7

7

9

80

4

5

6

85

0

5

5

90

0

0

4

Rata-rata

66,75

71,25

75,50

 

Nilai rata-rata tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus adalah 66,75. Pada siklus I, setelah peneliti menerapkan pendekatan bermain lompat katak pada pembelajaran, nilai rata-rata nilai tes unjuk kerja siswa meningkat menjadi 71,25. Pada siklus II, nilai rata-rata tes unjuk kerja kembali menunjukkan peningkatan menjadi 75,50.

Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 19 siswa (47,50%) sedangkan pada siklus I adalah 26 siswa (65,00%). Pada Siklus II ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 34 siswa (85,00%).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pembelajaran Penjasorkes materi lompat jauh di kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan minat belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 dari kondisi awal minat belajar siswa “rendah” menjadi “tinggi” pada kondisi akhir.

2.     Pendekatan bermain lompat katak dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lompat jauh pada siswa kelas V SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 dari kondisi awal ketuntasan belajar siswa 47,50% menjadi 85,00% pada kondisi akhir.

Saran

            Pendekatan bermain lompat katak adalah sebagai pendekatan pembelajaran dari lompat jauh yang telah dihasilkan dari penelitian, yang dapat digunakan sebagai alternatif penyampaian pembelajaran penjasorkes untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Sebaiknya penggunaan pendekatan pembelajaran ini dilaksanakan seperti apa yang telah direncanakan sesuai dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan bermain, sehingga dapat mencapai tujuan dari pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka rekomendasi yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1.     Kepada Guru

Bagi guru penjasorkes di Sekolah Dasar diharapkan dapat lebih inovatif dan kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa akan lebih aktif mengikuti pembelajaran penjasorkes dapat tercapai dengan baik.

2.     Kepada Siswa

Minat belajar dapat ditingkatkan dengan efisien dan efektif serta memberikan semangat siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

3.     Kepada Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan apresiasi positif kepada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kwalitas pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah dan Manaji. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Dirjrn Dikti. Jakarta: Depdikbud

Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Penjas Dikdasmen.

Aip Syarifuddin. 1994. Atletik. Proyek Penilaian Tenaga Kerja. Jakarta: Depdikbud

Bahagia,Yoyo dan Suherman, Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Budimansyah Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi: HDB.

Dahar, RW. 1998. Teori – Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Untuk Sekolah Dasar. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dikdasmen.

Djumidar. 2001. Dasar-Dasar Atletik. Jakarta: Depdiknas.

Eddy Purnomo & Dapan. 2011. Dasar – Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: Alfamedia.

Kosasih, Engkos. 1992. Olahraga dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Presindo

Mochamad Djumidar A. Widya. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nadisah.Mattew. 1992. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Nasir Rosyidi. 1983. Pedoman Olahraga. Solo: Tiga Serangkai

Raka Joni,T. 1992. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Soegardo, Harahap. 1981. Pengetahuan Olahraga. Jakarta: CV Baru

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya

Sugito, Bambang Widjanarko Dan Ismaryati. 1994. Pendidikan Atletik. Jakarta: Depdikbud

Sukintaka, dkk. 1979. Permainan dan Metodik Buku I Untuk SGO. Depdikbud. Bandung: Remadja Karya Offset

Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.