UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MEMELIHARA LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MEMELIHARA LINGKUNGAN
MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING
DI KELAS I SEMESTER I SD N 2 TAMBAKSARI
KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Sri Wahyuni
SD N 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora
ABSTRAK
Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dan ini bisa digeneralisasikan untuk semua tingkatan kelas di kelas I SDN 2 Tambaksari. Penerapan metode Active Learning serta pemberian tugas dapat membantu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA secara tematik pada siswa kelas I SDN 2 Tambaksari. Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi guru-guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain. Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 71,61 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 58,06%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 78,39 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 77,42%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 86,13 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 90,32%.
Kata Kunci: Active Learning, Lingkungan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hal ini selaras dengan permasalah–an yang sering muncul pada pendidikan sekolah dasar terutama pada kelas I sampai kelas 3. Dimana, untuk memu–dahkan pemahaman siswa haruslah didu–kung dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Sementara itu, pembelajaran tematik pada prinsipnya mampu menjawab atas permasalahan tersebut. Perpaduan bebe–rapa mata pelajaran yang diajarkan dalam satu waktu, akan memberikan wawasan kepada siswa. Di samping itu, pembela–jaran akan lebih bervariatif baik dari segi materi, metode dan langkah guru dalam mengajar. Maka dari itu, pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggu–nakan pendekatan tematik dalam pembe–lajaran pada mata pelajaran IPA yang dikombinasikan dengan IPS dan PKn di SDN 2 Tambaksari kelas I semester II tahun pelajaran 2013/2014.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masa–lah tersebut dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. IPA adalah pelajaran yang erat hubungannya dengan realita kehi–dupan sehari-hari
2. Pembelajaran kurang bervariatif apabila dilakukan hanya dipakai pada satu mata pelajaran saja.
3. Guru kurang bisa berinovasi terha–dap teknik pembelajaran
2. Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti meng–analisa masalah sebagai berikut:
1. Siswa merasa jenuh dengan sua–sana di kelas yang hanya bersikap pasif
2. Pembelajaran bersifat pasif
3. Kurangnya kombinasi mata pela–jaran yang cocok dalam melaksa–nakan pembelajaran Active Learn–ing.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara meningkatkan ke–mampuan siswa tentang memelihara lingkungan pada siswa kelas I di SDN 2 Tambaksari, Kecamatan Blora Pada Tahun 2013/2014?
2. Bagaimana hasil belajar siswa melalui pembelajaran Active Learning Siswa Kelas I Semester I pada SDN 2 Tambaksari, Kecamatan Blora Pada Tahun 2013/2014?
Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan hasil belajar sis–wa kelas I SDN 2 Tambaksari dalam mata pelajaran IPA.
2. Untuk meningkatkan motivasi dan pengetahuan tentang metode meng–ajar yang tepat dan terarah.
3. Untuk menggunakan suatu media yang ada untuk digunakan dalam me–nunjang proses belajar dan mengajar.
4. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA di SDN 2 Tambaksari.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan da–pat dijadikan sumber informasi atau ma–sukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaranpelajaran yang di–nilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Active Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1. Siswa menjadi lebih termoti–vasi untuk belajar IPA.
2. Hasil belajar siswa meningkat pada materi pokok tumbuhan hijau.
3. Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar
b. Bagi Guru
1. Menambah pengetahuan ten–tang pemanfaatan metode Ac–tive Learning sebagai metode pembelajaran.
2. Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
3. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembela–jaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rang–ka perbaikan proses pembela–jaran, sehingga dapat mening–katkan kualitas pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Memberikan sumbangan pe–ngalaman tentang penelitian tindakan kelas.
KAJIAN PUSTAKA
Strategi Pembelajaran Siswa Aktif
Setiap hari jutaan anak dan ribuan orang dewasa berinteraksi dalam hubung–an antara siswa dan guru. Namun, tidak diketahui apakah interaksi yang mereka lakukan berpengaruh terhadap proses be–lajar-mengajar. Tidak ada teori belajar atau praktik pendidikan yang menge–tengahkan apakah yang sebenarnya terjadi ketika guru bertanya kepada siswanya di kelas. Apakah yang didengar siswa bila ia dipanggil? Apakah yang dipikirkannya, fantasinya dan yang diharapkannya? Kebiasaan seperti apa yang dilakukannya? Adakah pengaruh yang ditimbulkannya terhadap guru? Seringkali guru tidak mengerti jawaban siswa atau ia hanya menganggap jawaban tersebut adalah betul atau salah. Itulah sebabnya, memahami anak adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Dengan mempelajari strategi yang dipakai oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terjawab.
Perkembangan anak SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupa–kan proses perubahan di dalam kepribadi–an yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individu–al dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains
IPA atau sains munurut Sumaji (1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsepkonsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menya–dari dan mencintai kebesaran serta kekua–saan Penciptanya. Pengajaran IPA menu–rut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertuju–an agar siswa: (1) Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehi–dupan sehari-sehari. (2) Memiliki keteram–pilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya. (3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar. (4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasa–ma dan mandiri. (5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menje–laskan gejala-gejala alam dan memecah–kan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (6) Mampu menggunakan teknologi seder–hana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Kerangka Berpikir
Siswa kelas I SD masih tergolong anak dalam masa berpola pikir kongkret dan holistik sehingga dalam belajar ia perlu menghadapi sesuatu yang nyata dan dapat dimanipulasi secara langsung.
Di sisi lain mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat kongkrit. Maka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda langsung ini siswa akan dibawa untuk mempelajari IPA tentang memelihara lingkungan secara nyata yang digunakan sebagai alat peraga untuk menemukan konsep tentang dokumen dan koleksi pribadi. Guru dituntut kreativitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan pengamatan langsung tidak hanya sekedar hapalan. Karena selama ini pembelajaran IPS lebih banyak mengunakan pendekatan eksipatoris. Serta guru dapat memilih cara dan metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang peneli-tian yang menghasilkan nilai pembelajaran IPA masih di bawah harapan guru dan berdasarkan identifikasi masalah, rumusan tujuan dan manfaat penelitian di atas maka peneliti melakukan perbaiakn pem-belajaran pada siklus I dan II. Perbaikan pembelajaran menggunakan alat peraga benda langsung diharapkan untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat menghasil-kan nilai pembelajaran yangmeningkat.
Dengan menggunakan alat peraga benda langsung pada materi dokumen dan benda berharga milik keluarga dapat meningkatkan kaektivan belajar siswa yang tinggi sehingga hasil akhir belajar yang di capai bisa optimal, sesuai dengan apa yang di harapkan dalam penelitian ini.
Hipotesis Tindakan
Pada perbaikan proses pembela-jaran melalui alat peraga benda langsung dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar materi dolumen dan benda berhar-ga milik keluarga pada siswa kelas II semester 1 tahun 2013/2014 SDN SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora, penulis bersama dengan teman sejawat mengajukan dugaan sementara sebagai berikut:
1. Melalui Alat peraga benda langsung dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi memelihara lingkungan pa-da siswa kelas I semester 1 tahun 2013/2014 SDN SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.
2. Melalui Alat peraga benda langsung dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi memelihara lingkungan pada siswa kelas I semester 1 tahun 2013/2014 SDN SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.
3. Melalui Alat peraga benda langsung dapat meningkatkan keaktifan dan ha-sil belajar IPA materi memelihara ling-kungan pada siswa kelas I semester 1 tahun 2013/2014 SDN SDN 2 Tambak-sari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.
PELAKSANAAAN PERBAIKAN PEMBE–LAJARAN
Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan di SDN 2 Tambaksari kecamatan Tunjungan kabupaten Blora
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2013 dan pada tanggal 10 Oktober 2013.
Sumber Data
Data Penelitian Tindakan Kelas ini diambil atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu peneliti sendiri dan siswa I semester I tahun 2013/2014 SDN SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Deskripsi Per Siklus
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkung–annya.
Tabel 1 Prestasi Belajar Pra Siklus
Nilai |
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
90 |
100 |
Banyak Siswa |
– |
– |
– |
|
2 |
2 |
6 |
3 |
14 |
4 |
– |
Jumlah Siswa |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
Tingkat Ketuntasan |
|||||||
23 |
15 |
8 |
73 |
65% |
Dari hasil tes Pra siklus, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa atau 9%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 13 siswa atau (57%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 3 siswa atau (113) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 3 siswa atau (13%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 2 siswa atau (9%).
Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Pra Siklus |
|||
Jumlah |
Persen |
||
1 |
Tuntas |
15 |
65 |
2 |
Belum Tuntas |
8 |
35 |
Jumlah |
23 |
100% |
Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 23 siswa terdapat 15 siswa (65%) yang sudah mencapai ketun–tasan belajar. Sedangkan 8 siswa (35%) belum mencapai ketuntasan belajar. Ada–pun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90 terendah 40 dengan nilai rata-rata 73.
Gambar 2. Grafik Ketuntasan Pra Siklus
Tabel 4. Rata-rata Hasil Tes Siklus I
No |
Keterangan |
Nilai |
1. |
Nilai Tertinggi |
90 |
2. |
Nilai Terendah |
40 |
3. |
Nilai Rata-rata Kelas |
73 |
|
|
|
Berdasarkan data tabel 3 diatas dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Nilai Rata-rata Pra Siklus
Siklus I
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikait–kannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa meng–ajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, infor–masi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan meng–hubungkan konsep-konsep untuk mengha–silkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar ber–makna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Tabel 5 Prestasi Belajar Matematika Siklus I
Nilai |
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
90 |
100 |
Banyak Siswa |
– |
– |
– |
– |
– |
1 |
3 |
3 |
17 |
7 |
– |
Jumlah Siswa |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
Tingkat Ketuntasan |
|||||||
23 |
20 |
3 |
81 |
87% |
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
|
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
22 |
96% |
|
2. |
75-84 |
B |
Baik |
0 |
0% |
|
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
1 |
4% |
|
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
|
5. |
< 54 |
E |
Sangat Kurang |
1 |
4% |
|
Jumlah |
23 |
100% |
||||
Dari hasil tes siklus I, me–nunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A 22 siswa atau 96% , sedangkan yang mendapat nilai B siswa 0 (0 %) sedangkan yang mendapat nilai C 1 siswa (4%) yang mendapat nilai D 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai E 1 siswa atau 4%.
Gambar 4. Grafik Hasil Nilai Siklus I
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Siklus I |
|||
Jumlah |
Persen |
||
1 |
Tuntas |
20 |
87% |
2 |
Belum Tuntas |
3 |
13% |
Jumlah |
23 |
100% |
Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 23 siswa terdapat 20 siswa atau 87% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 3 siswa atau 13%, belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 50 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 87%.
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata Siklus I
Tabel 7. Rata-rata Hasil Tes Siklus I
No |
Keterangan |
Nilai |
1. |
Nilai Tertinggi |
100 |
2. |
Nilai Terendah |
50 |
3. |
Nilai Rata-rata Kelas |
81 |
|
|
|
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Siklus I
Siklus II
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai ke–matangan, mereka telah mampu mengon–trol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkem–bangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Tabel 8. Hasil Belajar Siklus II
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
|
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
16 |
70% |
|
2. |
75-84 |
B |
Baik |
7 |
30% |
|
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
0 |
0% |
|
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
|
5. |
< 54 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
|
Jumlah |
23 |
100% |
||||
Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapat di ketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 16 siswa (70%). Sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 7 siswa atau (30%) sedangkan yang mendapat nilai (C) adalah 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai (D) adalah 0 siswa atau (0%) dan E tidak ada atau 0% sedangkan nilai rata-ratanya kelas adalah 90%.
Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siklus II
Tabel 9. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Siklus II |
|||
Jumlah |
Persen |
||
1 |
Tuntas |
23 |
100 |
2 |
Belum Tuntas |
0 |
0 |
Jumlah |
23 |
100% |
Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 23 siswa terdapat 23 siswa atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Tidak ada siswa yang tidak tuntas atau atau 0%, belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 75 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 90%.
Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata Siklus II
Tabel 10. Rata-rata Hasil Tes Siklus II
No |
Keterangan |
Nilai |
1. |
Nilai Tertinggi |
100 |
2. |
Nilai Terendah |
80 |
3. |
Nilai Rata-rata Kelas |
90 |
|
|
|
Gambar 9. Grafik Nilai Rata-rata Siklus II
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di kelas I SDN 2 Tambaksari dapat ditarik kesimpul-an sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini dilakukan perenca-naan yang matang mulai dari menyi-apkan tema, tujuan, dan media yang akan digunakan supaya dalam pelak-sanaannya pun juga dapat berjalan dengan lancar sehingga melalui eva-luasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA secara tematik hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas dan pemahaman yang menghambat kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemam-puan siswa dan ini bisa digeneralisasi-kan untuk semua tingkatan kelas di kelas I SDN 2 Tambaksari.
3. Penerapan metode Active Learning serta pemberian tugas dapat memban-tu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA secara tematik pada siswa kelas I SDN 2 Tambaksari. Keberhasilan terse-but merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi guru-guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain.
4. Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 71,61 sedang-kan tingkat ketuntasannya sebesar 58,06%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 78,39 sedang-kan tingkat ketuntasannya sebesar 77,42%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 86,13 sedang-kan tingkat ketuntasannya sebesar 90,32%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dila-kukan, saran yang dapat disampaikan untuk sesama guru adalah supaya lebih kreatif dan tidak monoton dalam memberi-kan metode belajar kepada siswanya. Kemudian kepada peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti dengan mata pela-jaran yang sama diharapkan memiliki va-riasi lain dalam melakukan penelitian, misalnya dalam materi yang berbeda, budaya yang berbeda, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. http://www.teknologipendidikan.net
Gagne, R.M (1985). The Conditions of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston.
Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya.Bandung.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.