UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN TIPE INQUIRY

DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

TENTANG MENGHARGAI PERAN TOKOH PEJUANG

DAN MASYARAKAT DALAM MEMPERSIAPKAN

DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAGI KELAS V SEMESTER II SDN BANDUNGROJO, KEC. NGAWEN TAHUN 2013/2014

Lustari

SDN Bandungrojo Kecamatan Ngawen

ABSTRAK

Penerapan pembelajaran tipe Inquiry (Standart Team Achivement Division) merupakan tindakan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas V SDN Bandungrojo semester II. Pada awalnya nilai rata-rata pelajaran IPS kelas V rendah, yang jelas salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan dan kurangnya siswa cinta membaca. Selain itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga dari 20 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 6 siswa (30%), sedangkan yang belum tuntas 14 siswa (70%) dengan KKM 75. Sedangkan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan rata-rata kelas 64 dari 20 siswa.  Dari hasil tes siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mencapai nilai A (baik sekali) adalah 10 siswa (50%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 3 siswa (15%), siswa yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa (35%) sedangkan siswa yang mendapat nilai D (kurang) 2 siswa (8,3%) dari 20 siswa. Berdasarkan ketuntasan belajar dari 20 siswa yang tuntas 13 siswa (65%), siswa yang belum tuntas 7 siswa (35%), sedangkan dari hasil tes siklus I nilai tertinggi 85, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata kelas 73. Dengan KKM 75. Dari digaram diatas dapat diketahui siswa yang mendapat nilai sangat baik (A) adalah 14 siswa (70%), yang mendapat nilai baik (B) adalah 4 siswa (20%) yang mendapat nilai cukup (C) adalah 2 siswa (10%) dari 20 siswa.

Kata Kunci: Inquiry, Kemerdekaan RI


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan pembelajaran diperlukan seperangkat metode pengajar-an, sebagai salah satu komponen yang sangat penting. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi. Siswa akan belajar dengan efektif dan efesien, selain itu di tunjang sarana dan peraturan serta kemampuan guru dalam mengelola kelas.

Selama ini proses pembelajaran di kelas V masih menggunakan paradigma lama, dimana guru memberikan pengajar-an kepada siswa pasif, kegiatan pem-belajaran didominasi oleh guru. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek. Kondisi seperti itu mengakibatkan rendah-nya nilai rata-rata siswa yaitu kurang dari 60.

Rendahnya prestasi belajar IPS kelas V SDN Bandungrojo dimungkinkan juga guru belum menggunakan metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Selain itu juga dimungkinkan kurangnya anak membaca

Berdasarkan kenyataan diatas perlu diadakan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan peran aktif siswa baik individu maupun kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, se-hingga diperoleh hasil yang maksimal. Salah satu di antaranya pembelajaran dengan menggunakan metode tipe Inquiry, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS sampai diatas KKM yaitu 75.

Penerapan pembelajaran tipe Inquiry (Standart Team Achivement Division) merupakan tindakan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas V SDN Bandungrojo semester II.

Identifikasi Masalah

1. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran

2. Siswa kurang berhasil untuk meres-pons pertanyaan guru

3. Alat peraga yang dipakai guru kurang memadai

4. Siswa kurang memahami materi pela-jaran yang diberikan oleh guru.

Analisis Masalah

1. Mengapa siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran?

2. Apa sebab siswa kurang tertarik untuk merespon pertanyaan guru?

3. Bagaimana mengusahakan alat peraga yang digunakan memadai?

4. Mengapa siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru?

Berdasarkan analisis permasalahan di atas disimpulkan bahwa:

1 Guru dalam menyampaikan materi tergesa-gesa

2 Guru menggunakan bahasa yang ku-rang dipahami siswa

3 Guru kurang memberi motivasi dalam menjawab pertanyaan

4 Kurang alat peraga dalam prases pembelajaran

5 Guru tidak menggunakan metode yang lebih bervariasi

6 Guru kurang memotivasi siswa untuk aktivasi pembelajaran

Perumusan Masalah Masalah

Apakah penggunaan metode In-quiry dapat meningkatkan pengetahuan konsep IPS dalam menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di SDN Bandungrojo, Kecamatan Ngawen pada Semester II.

Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka, penulis membuat pemecahan masalah sebagai berikut: melalui pembela-jaran tipe Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia bagi kelas V SDN Bandungrojo, Kec. Ngawen.

Tujuan Penelitian

1. Penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan pengetahuan konsep IPS materi mendeskripsikan perjuang-an para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.

2. Meningkatkan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas maka hasil penelitian ini diharap dapat memberi kontribusi bagi perkem-bangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik

Siswa termotivasi untuk me-ningkatkan hasil belajar.

b. Bagi Guru

Terjadi inovasi dalam proses pembelajaran dan mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas KBM.

c. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan prestasi sekolah dan meningkatkan popularitas sekolah.

d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar IPS

1. Hakekat Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai suatu yang ingin di capai menurut Surya-brata (2002:232) menyimpulkan tentang belajar yaitu:

1.   Belajar itu membawa perubahan,

2.   Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecapakan baru.

3.   Perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu proses dima-na suatu tindakkan muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi (Sukmadinata 2003: 15). Hal ini juga terkait

Dalam hal ini belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan perubahan pada diri siswa dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengeta-huan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku serta semua aspek yang ada dalam indiovidu. Menurut paham Progresi-visme Jhon Dewey (Pahyono, 2004: 4).

2. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil bela-jar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun terencana baik tes tertulis, tes lisan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpen-dapat: bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak hanya pengetahuan tetapi juga memben-tuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti suatu materi dalam mata pelajaran berupa data kuantitatif dan kualitatif.

3. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar IPS adalah hasil penilaian belajar siswa mengenali yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu atau dalam kompetensi dasar mata pelajaran IPS.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELA-JARAN

Subjek Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu tanggal 18 Januari 2014 sampai dengan 1 Februari 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bandungrojo Kecamatan Ngawen, Kabupa-ten Blora. Tujuannya adalah untuk mem-perbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Semester II khususnya kompetensi dasar menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran pra siklus guru mengajar secara konvensional, guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa sehingga siswa pasif bahkan cenderung bosan. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek.

Melihat kondisi pembelajaran seperti diatas maka nilai Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SDN Bandungrojo pada kegiatan pra siklus tampak seperti pada tabel 2. banyak siswa yang belum mencapai KKM, masih dibawah criteria ketuntasan minimal yaitu 75.

Tabel 1 Nilai Tes Pra Siklus

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

Amat baik

0

2

71-85

B

Baik

6

30%

3

56-70

C

Cukup

12

60%

4

41-55

D

Kurang

2

10%

Jumlah

20

100%

Untuk memperjelas data tabel 2 dapat dibaut histogram sebagai berikut:

Gambar 2: Grafik Nilai Tes Pra Siklus

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai A sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 30% atau 6 anak, nilai C 60% atau 12 anak, nilai D 10% atau 2 anak.

Deskripsi Siklus I

1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan pada tabel berikut ini:

Tabel 2 Nilai Tes Siklus I

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

Amat baik

10

50%

2

71-85

B

Baik

3

15%

3

56-70

C

Cukup

7

35%

4

41-55

D

Kurang

0

0%

Jumlah

20

100%

Berdasarkan data tebel diatas dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:

Gambar 2: Grafik hasil tes Siklus I

Dari hasil tes siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mencapai nilai A (baik sekali) adalah 10 siswa (50%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 3 siswa (15%), siswa yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa (35%) sedangkan siswa yang mendapat nilai D (kurang) 2 siswa (8,3%) dari 20 siswa.

Deskripsi Siklus II

1. Hasil Belajar

Hasil tes pada siklus II dapat dideskripsikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 Hasil Tes Siklus II

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

14

70%

2

71-85

B

4

20%

3

56-70

C

2

10%

4

41-55

D

Jumlah

20

100%

Tabel tersebut diatas dapat dibuat histogram sebagai berikut:

Gambar 3: Grafik Hasil Tes Siklus II

Dari digaram diatas dapat diketahui siswa yang mendapat nilai sangat baik (A) adalah 14 siswa (70%), yang mendapat nilai baik (B) adalah 4 siswa (20%) yang mendapat nilai cukup (C) adalah 2 siswa (10%) dari 20 siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajar-an kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkat hasil belajar mata pelajaran IPS khususnya kompetensi dasar Menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersi-apkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia bagi siswa kelas V SDN Ban-dungrojo Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2010/2014. Pada akhir siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar 13 siswa (65%), yang belum tuntas 7 siswa (35%), dengan nilai rata-rata kelas 73. Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (90%), siswa yang belum tuntas 2 siswa (10%) jadi secara umum ada peningkatan baik pada ketuntasan belajar maupun rata-rata kelas, adapun hasil non tos pengalaman program belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.

Saran

Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian diatas, maka dikemukakan saran bahwa: guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif learning model TGT sesuai dengan materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran gambar-gambar pahlawan dan riwayat dari tokoh-tokoh pejuang yang telah didesain terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta. Universitas Terbuka.

Anita, Lic. 2002. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo.

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP, 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Slameto, 1995, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.