UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 4 SURAKARTA

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013

F. Dwi Maryati

Guru SMP Negeri 4 Surakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui penerapan pengajaran IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model make a match pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013. 2) Mengetahui apakah metode pembelajaran kooperatif model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013. Data yang digunakan adalah prestasi belajar IPS dan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match (mencari pasangan). Sumber data dapat diperoleh dari siswa, guru, interaksi antara siswa dengan guru, tempat dan peristiwa di mana aktivitas pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. Validitas data menggunakan Investigator Triangulation dimana peneliti mengumpulkan data yang semacam dilakukan oleh beberapa orang peneliti atau dibantu dengan teman sejawat. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatis dan kritis. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif metode make a match (mencari pasangan) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013, hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar kondisi awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,15 dengan ketuntasan klasikal sebesar 42,31%, siklus I nilai rata-rata sebesar 75,58 dan ketuntasan klasikal sebesar 73,08%, dan siklus II nilai rata-rata sebesar 83,54 dan ketuntasan klasikal sebesar 100%.

Kata Kunci: prestasi belajar IPS, metode pembelajaran make a match


LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pen-didikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengeta-huan Sosial pada jenjang pendidikan SMP dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti kepada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 khususnya pada pelajaran IPS, menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mendiskripsikan kehidupan sosial manusia masih rendah, terbukti dari 26 siswa yang mempunyai nilai tuntas sebanyak 11 siswa (42,31%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa (57,69%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 72.

Rendahnya pemahaman siswa mendiskripsikan kehidupan sosial manusia dalam pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain kurang tepatnya guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi kepada siswa, selain itu siswa kadang jenuh dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang konvensional atau ceramah saja. Pelaksa-naan metode pembelajaran yang tepat, maksudnya harus sesuai dengan topik pelajaran dan kompetensi dasar yang disajikan, jika tidak maka proses belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan baik, lancar dan tidak efisien. Hal ini disebabkan standar kompetensi dalam Ilmu Pengeta-huan Sosial (IPS) banyak materi yang kurang berkaitan, sehingga guru harus mengenal, memahami, memiliki dan me-nguasai metode-metode pembelajaran yang ada serta dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan topik-topik tertentu.

Untuk memberikan suatu pengala-man belajar yang bermakna khususnya dalam pembelajaran IPS maka pada setiap pembelajaran guru harus mampu membuat suasana kelas aktif dan hidup serta selalu mengikutsertakan siswa dalam setiap pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan alternatif untuk memacu siswa agar menjadi aktif belajar di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif model make a match atau mencari pasangan. Penerapan pendekatan ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Perumusan Masalah

Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimanakah penerapan pengajaran IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model make a match pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah metode pembelajaran kooperatif model make a match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 atau tidak?

LANDASAN TEORI

Tinjauan Tentang Belajar dan Meng-ajar

”Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, kete-rampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstant” (Winkel, 2000:53). Kemudian Omar Hamalik (2003:28) mendefinisikan belajar adalah “Suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak sekedar menyam-paikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila di inginkan hasil belajar yang lebih baik dari siswa. Dari pengertian mengajar tersebut, tersirat bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai seorang pemimpin dan fasilitator belajar yang paling menentukan.

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada penger-tian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbe-da-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (2003:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan se-suatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah meng-alami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.

Pada pembelajaran kooperatif ter-dapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Model Pembelajaran Make A Match

Teknik pendekatan make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran (2001). Salah satu keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan pendekatan make a match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-persoalan dan kartu yang berisi jawaban-nya, siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, tetapi setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dicetak.

Ciri utama model pembelajaran make a match atau mencari pasangan adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match atau mencari pasangan menurut Anita Lie (2003: 24) sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kar-tu yang bertuliskan soal atau jawaban.

3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya.

4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai.

6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak da-pat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu faktor yang mem-pengaruhi hasil belajar siswa adalah penggunaan model atau metode pembela-jaran yang tepat. Penyebab yang lain adalah sarana dan prasarana yang tidak memadai.

Penerapan pendekatan pembela-jaran model make a match merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembela-jaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan pembelajaran model make a match diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkat-kan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam hal ini adalah: ”Diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif metode pembelajaran make a match (mencari pasangan) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SMP Negeri 4 Surakarta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester gasal yaitu pada bulan September 2012 s/d November 2012.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa yang dijadikan objek sebanyak 26 siswa.

Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:

a. Prestasi belajar IPS sebelum dan sete-lah menggunakan metode pembelajaran kooperatif metode pembelajaran make a match (mencari pasangan)

b. Proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif metode pembelajaran make a match (mencari pasangan).

Teknik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan keda-laman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif komparatif dan kritis.

Dengan menggunakan analisis deskrptif komparatif dan kritis, maka pene-liti menjabarkan mengenai berbagai kelemahan dan kelebihan motode pembelajaran yang digunakan, apakah metode tersebut efektif atau tidak serta menganalisis kemajuan prestasi belajar IPS siswa Kelas I pokok bahasan mendiskripsikan kehidupan sosial manusia dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Prestasi belajar IPS siswa materi kehidupan sosial manusia mengalami peningkatan minimal pada akhir siklus II sebesar 75% memperoleh nilai di atas KKM 72.

b. Keaktifan siswa dalam kegiatan pem-belajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Prosedur Penelitian

Adapun rancangan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari:

1.   Perencanaan Tindakan

2. Pelaksanaan Tindakan

3.   Observasi dan evaluasi

4. Refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-HASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, kondisi awal pembelajaran IPS di Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan mendiskripsikan kehidupan sosial manusia menunjukkan: (1). Metode yang digunakan guru tidak menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, karena gu-ru hanya menggunakan metode ceramah, (2). Siswa hanya mencatat dan menghafal materi pelajaran tanpa terlibat secara langsung dalam pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, (3). Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan dan menjawab per-tanyaan serta mengeluarkan pendapatnya, sehingga pembelajaran terkesan membo-sankan karena dalam proses pembelajaran aktivitas siswa tidak muncul, (4). Guru tidak menggunakan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan, (5). Nilai tes formatif yang diperoleh siswa pada pokok bahasan tersebut menunjukkan hasil yang rendah, hal ini terlihat dari rata-rata kelas belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil tes pada kondisi awal terlihat bahwa dari 26 siswa menunjukkan se-banyak 11 siswa (42,31%) yang lulus mencapai KKM 72, sedangkan sebanyak 15 siswa (57,69%) mendapat nilai dibawah KKM 72. Berdasarkan pada deskripsi hasil tes kondisi awal pembelajaran IPS terse-but, menunjukkan bahwa guru perlu mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN TIN-DAKAN KELAS

Deskripsi Penelitian Siklus I

Tahap Perencanaan (Planning)

Berdasarkan hasil temuan awal, peneliti merancang rencana tindakan, ada-pun langkah-langkah yang dikembangkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan Standar Kompetensi, Kom-petensi Dasar, dan materi pembela-jaran.

2) Menyusun Rencana pelaksanaan Pem-belajaran (RPP) dengan pokok bahasan mendiskripsikan kehidupan sosial manusia.

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

4) Menyusun instrumen penelitian berupa lembar obserasi.

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanaan pada hari Selasa tanggal 11 September 2012 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit.

Guru memulai kegiatan pembela-jaran dengan menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas. Kemudian guru mela-kukan tanya jawab tentang pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa berkenaan dengan materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia. Pertanyaan yang diung-kapkan guru adalah:

1. Dapatkah kamu hidup sendiri?

2. Bagaimanakah proses interaksi dan sosialisasi itu berlangsung?

Pada kegiatan tanya jawab ini respon siswa sangat baik, hampir semua siswa yang berusaha menjawab. Jawaban siswa yaitu kita tidak dapat hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain untuk bermain, bercerita, belajar bersama, atau untuk melakukan hal-hal menarik lainnya. Dengan memiliki teman, kita dapat terus berinteraksi dan bersosialisasi. Berdasarkan respon dan jawaban siswa terhadap pertanyaan tersebut, kemudian guru berusaha menjelaskan terlebih dahulu tentang mendiskripsikan kehidupan sosial manusia. Dalam menjelaskan materi guru menyertakan alat peraga berupa gambar-gambar aktivitas kehidupan sosial manusia.

Setelah guru menjelaskan materi, kelas dibagi ke dalam dua kelompok untuk menerapkan pembelajaran teknik make a match. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah kegiatan pem-belajaran make a match. Selanjutnya guru membagikan kartu berisi soal kepada kelompok yang satu kelompok yang lainnya mendapat kartu yang berisi jawaban. Masing-masing siswa mendapat satu buah kartu. Siswa dilarang melihat isi kartu tersebut sebelum ada intruksi dari guru. Selanjutnya guru memberitahukan batasan waktu kepada siswa untuk menemukan jawaban tersebut dan jika tidak menemukan jawaban dalam waktu yang telah ditentukan maka akan mendapat hukuman seperti yang telah disepakati bersama. Kesepakatannya ialah menyanyi-kan lagu nasional diiringi oleh tepuk tangan oleh siswa yang lain sebagai iramanya.

Guru memberikan instruksi “mulai” semua siswa bersemangat mencari pasang-an kartunya, situasi kelas berlangsung cukup hidup. Siswa yang pertama kali menemukan pasangannya adalah Candra Khasanah Sekar H yang kebetulan berpasangan dengan Kezia Parakitri. Kartu yang dipegang oleh Candra Khasanah Sekar H berisi soal yang menanyakan tentang Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial yang kamu ketahui?. Sedangkan kartu yang dipegang oleh Kezia Parakitri berisi jawaban dari pertanyaan pada kartu yang dipegang oleh Candra Khasanah Sekar H yaitu interaksi sosial yang terjadi dapat dibedakan atas interaksi sosial asosiatif (kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi) dan interaksi sosial disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan).

Kemudian disusul oleh teman-temannya yang lain secara berturut-turut dimulai dari Nastiti Nugraheni yang menemukan pasangannya yaitu Raihan Umran, Ayu Surya Werdani dengan Andini Tri Hapsari, dan yang lainnya dengan diakhiri oleh pasangan Nenika Galuh Gita Suci dengan Fanyda Amiyassin Hafi’ah.

Siswa yang tidak menemukan pasangan kartunya setelah batas waktu yang disediakan habis ada empat orang, berdasarkan kesepakatan sebelumnya empat siswa tersebut mendapat hukuman dengan menyanyikan lagu nasional, lagu yang dipilih mereka adalah Maju Tak Gentar dengan diringi dengan tepuk tangan dari teman-temannya.

Setelah semua siswa menemukan pasangannya, siswa disuruh duduk kembali berdasarkan pasangannya masing-masing. Kemudian guru membagikan Lembar Kerja Siswa yaitu: Menuliskan laporan pada folio mengenai agen-agen sosialisasi.

Pengamatan (Observing)

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I yang dilakukan observer dan peneliti diperoleh gambaran sikap dan perilaku siswa yang lebih antusias dalam proses pembelajaran walaupun masih ada enam siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan guru saat menjelaskan tentang mendiskripsikan kehidupan sosial manusia dengan meng-gunakan alat peraga, hal ini dikarenakan alat peraga yang digunakan relatif berukuran kecil sehingga siswa yang duduk di deretan bangku belakang kesulitan untuk melihatnya. Kemudian dalam aktivitas Cooperative Learning teknik make a match, siswa masih terlihat canggung, hal ini terlihat ketika guru memberikan instruksi untuk mulai mencari pasangan dari kartunya, tampak ada enam siswa yang kelihatan bingung, ketika ditanyakan ternyata pada saat guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaram model make a match keenam siswa tersebut kurang memperhatikan. Pada saat kegiatan mempresentasikan hasil diskusi mengenai kisah pahlawan terlihat ada enam siswa tampak ragu-ragu dan malu untuk maju kedepan kelas dikarenakan guru kurang memberikan dorongan saat siswa akan tampil.

Hasil belajar IPS melalui model Cooperative Learning teknik make a match pada siklus satu baru mencapai 73,08% yaitu 19 orang dapat dinyatakan telah mencapai KKM, dan sudah menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik make a match. Peningkatan yang terjadi pada siklus I ini sebesar 30,77% yaitu dari 42,31% yang mencapai KKM pada kondisi awal menjadi 73,08% pada siklus I. peningkatan hasil belajar ini belum mencapai target yang diharapkan karena pencapaian KKM yang diharapkan adalah 75% dari jumlah siswa dalam kelas memperoleh nilai lebih dari 72, sehingga perlu adanya tidak lanjut untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I.

Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus I peneliti berdiskusi dengan observer mengenai temuan-temuan yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran, yang pada intinya merupakan refleksi kegiatan atau tindakan. Adapun temuan-temuan yang dihadapi selama proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1. Guru hanya menggunakan satu buku sumber sebagai bahan pembelajaran, sehingga penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih kurang.

2. Hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan karena pada siklus I ini baru 73,08% (19 dari 26 siswa) yang mencapai KKM sedangkan 9 siswa lainnya mendapat nilai dibawah KKM, salah satu penyebabnya karena pada siklus I, guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

3. Pada pelaksanaan pembelajaran Co-operative Learning teknik Make a Match siklus I, siswa masih merasa canggung karena belum terbiasa dengan model pembelajaran make a match yang diterapkan guru sehingga pada awal pembelajaran siklus I ini tampak ada enam siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada saat kegiatan mencari pasangan berlangsung hanya ada 22 siswa yang dapat menemukan pasangannya, sedangkan empat siswa lainya berhasil menemukan pasangan setelah batas waktu yang ditentukan telah habis.

4. Pada saat melaporkan hasil diskusi di depan kelas, siswa masih terlihat ragu-ragu dan malu dalam menyampaikan pendapatnya, terlihat ada enam siswa yang hanya diam saat maju ke depan kelas, hal ini dikarenakan guru kurang memberikan dorongan saat siswa akan tampil, guru hanya menyuruh tanpa memberikan arahan atau bimbingan kepada siswa.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Tahap perencanaan (planning)

Perencanaan siklus II dibuat setelah melaksanakan refleksi pada siklus I. Perencanaan pada siklus II meliputi:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan mendiskripsikan kehidupan sosial manusia.

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

3) Menambah buku sumber IPS yang sesuai dengan KTSP, pada siklus II guru menggunakan buku IPS kelas VII terbitan Pusat Perbukuan Depdiknas.

4) Menyusun instrumen penilaian berupa soal evaluasi yang mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan Tindakan (acting)

Selesai menyampaikan materi, gu-ru menjelaskan mendiskripsikan kehidupan sosial manusia di depan kelas dan meminta siswa untuk menanggapinya. Siswa tertarik untuk maju ke depan kelas dan berusaha mencoba menceritakan proses sosialisasi dalam kehidupan masyarakat. Guru mem-berikan pujian kepada siswa yang berani maju ke depan kelas dan mau berusaha menjawab pertanyaan guru dan mem-berikan dorongan kepada siswa yang malu atau tidak berani mengungkapkan jawab-annya.

Kegiatan berikutnya guru meminta semua siswa untuk berdiri membentuk lingkaran dan membaginya menjadi dua kelompok. Guru membagikan kartu berisi soal kepada kelompok yang I dan kartu jawaban kepada kelompok lainnya. Seperti pada siklus I sebelum guru meng-intruksikan dimulai, siswa dilarang untuk melihat isi kartu tersebut. Guru menyampaikan batas waktu untuk mencari pasangan kartunya adalah lima menit. Jika dalam batas waktu yang telah ditentukan masih belum mendapat pasangan maka dengan kesepakatan awal akan mendapat hukuman berupa menyanyikan lagu nasio-nal. Setelah guru memberikan instruksi “mulai” siswa bersemangat mencari pasangan kartunya, situasi kelas menjadi hidup, siswa terlihat antusias mencari pasangan kartunya. Setelah semua siswa dapat menemukan pasangannya, guru memposisikan tempat duduk sesuai de-ngan pasangannya masing- masing.

Selanjutnya guru memberikan tu-gas kepada semua kelompok melakukan diskusi untuk mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS). Selama berdiskusi guru membimbing siswa yang yang mengalami kesulitan sambil menilai sikap dan perilaku mereka selama bekerja sama. Guru memberikan kesempatan kepada setiap pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, sementara siswa yang lain diminta untuk menanggapi. Beberapa siswa me-ngemukakan pendapatnya dan guru memberikan penguatan.

Pengamatan (observing)

Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Coperative Learning teknik Make a Match pada siklus II telah menunjukkan perubahan yang lebih baik dibandingkan pada siklus I. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I dalam hal:

1) Memusatkan perhatian pada materi yang dipelajari, pada siklus II terlihat semua siswa memperhatikan penjelas-an guru, tidak nampak ada siswa yang ngobrol di luar topik pembelajaran.

2) Keberanian dalam bertanya dan me-ngemukakan pendapat, ketika guru melakukan tanya jawab mengenai mendiskripsikan kehidupan sosial manusia semua siswa berusaha menja-wab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu dan berusaha menja-wabnya, guru menunjuk tiga siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa lain memberikan tanggapan terhadap jawaban dari temannya.

3) Melakukan kerja sama dengan teman sepasangnya, pada siklus II aktivitas kerja sama dalam kelompok secara berpasangan menunjukkan kekompak-kan, terlihat dengan adanya sikap saling menghargai pendapat dan saling membantu dalam kelompok saat mengisi Lembar Kerja Siswa.

4) Menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik, hal ini terlihat dari nilai evaluasi siswa pada siklus II yang menunjukkan bahwa 100% (semua siswa) dinyatakan tuntas atau di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,54.

Refleksi (reflecting)

Peningkatan yang terjadi pada siklus II cukup memuaskan baik dari segi hasil tes, hasil observasi maupun respon siswa terhadap penerapan model pembe-lajaran Cooperative Learning teknik make a match pada pembelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang telah mencapai ketuntasan yaitu 100% (semua siswa) memperoleh nilai lebih dari 72. Hasil observasi aktivitas siswa selama pem-belajaran menunjukkan bahwa semua siswa memusatkan perhatian pada penjelasan yang disampaikan guru, hal ini terlihat dengan tidak adamya siswa yang ngobrol di luar topik pembelajaran. Saat guru menginstruksikan siswa untuk mulai mencari pasangan dari katunya, mereka tampak semangat dan antusias, sehingga dalam batas waktu yang ditentukan habis (lima menit) semua siswa berhasil mene-mukan pasangannya, hasil kerja kelompok menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I terlihat dengan penampilan siswa saat melaporkan hasil diskusi di depan kelas, setiap pasangan yang tampil terlihat kompak dan percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya, tampak kerjasama yang baik diantara pasangan.

Dengan demikian Penelitian Tin-dakan Kelas ini hanya dilaksanakan dua siklus saja karena pada siklus kedua telah mencapai indikator pencapaian yang diharapkan.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil tes awal sebelum melakukan penelitian tindakan kelas hasil belajar siswa pada pokok bahasan mendis-kripsikan kehidupan sosial manusia masih rendah yaitu hanya 42,31% (11 dari 26 siswa) yang mampu mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut menunjukkan adanya kekurangan-keku-rangan dalam proses pembelajaran yang harus segera diperbaiki. Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama pembelajaran, penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa tersebut yaitu berkaitan dengan cara penyampaian materi pembelajaran yang membosankan bagi siswa, yaitu guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa ditunjang dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang mengan-tuk saat guru memberikan penjelasan materi karena siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Terkait masalah tersebut, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan sekaligus mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Setelah diterapkannya model Co-operative Learning teknik make a match diperoleh data pada siklus I yaitu hasil belajar siswa mencapai rata-rata 75,58 dan ketuntasan belajar baru mencapai 73,08%. Besarnya ketuntasan yang tercapai pada siklus I belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa dalam kelas memperleh nilai minimal 72. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu diadakan tindakan siklus II.

Hasil belajar pada siklus II meng-alami peningkatan yang cukup memuaskan baik dari hasil tes maupun dari hasil observasi. Hasil tes pada siklus II mencapai rata-rata 83,54 dan ketuntasan belajar mencapai 100%. Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan dari kondisi awal ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diper-oleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif metode make a match (mencari pasangan) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi mendiskripsikan kehidupan sosial manusia pada siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013, hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar kondisi awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,15 dengan ketuntasan klasikal sebesar 42,31%, siklus I nilai rata-rata sebesar 75,58 dan ketuntasan klasikal sebesar 73,08%, dan siklus II nilai rata-rata sebesar 83,54 dan ketuntasan klasikal sebesar 100%.

Saran

Dari kesimpulan tersebut di atas, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan pembelajaran khususnya meningkatkan prestasi belajar siswa, peneliti menyarankan beberapa hal antara lain:

1. Kepala Sekolah

Alangkah baiknya jika hasil pene-litian ini dijadikan pedoman oleh lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, sebab untuk mencapai prestasi belajar siswa secara maksimal perlu adanya motivasi yang tinggi dari siswa itu sendiri.

2. Bagi Guru

Hendaknya para guru lebih banyak berpikir tentang strategi dan metode apa yang harus diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan. Jadi bukan kegiatan pembelajaran yang menun-tut mereka untuk mengajarkan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demi-kian pemahaman tentang berbagai strategi pembelajaran hendaknya lebih ditingkat-kan. Meskipun sesungguhnya strategi pembelajaran dapat diciptakan oleh diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

H. Muslimin. Ibrahim 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Hamidah, 2000, Media Pembelajaran. Bandung: Alumni.

Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Hasbullah, 2004, Psycologi Pendidikan Agama Islam, Penerbit Angkasa, Bandung.

Herman Hudoyo, 2004, Strategi Belajar Mengajar. IKIP Malang: Malang.

Katini Kartono, 2005, Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2004, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ngalim Purwanto, 2002, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rasdakarya.

Omar Hamalik, 2003, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: P.T Bumi Aksara.

Poerwanto, 2003, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pringgawidagda, 2002, Strategi Penguasaan Berbahasa. Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Sardiman, 2002, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet V. Jakarta: Raja Grafindo Persada..

Situmorang dan Suparman, 1998, Pengajaran dengan Media: Rahasia Mengajar yang Sukses. Jakarta: STIA-LAN Press.

Slameto, 2005, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutopo, HB. 1998, Metodologi Penelitian Kualitatif I Karakteristik dan Aplikasi Tekniknya, Surakarta: UNS Press.

Syah Muhibbin, 1999, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

The Liang Gie, 2001, Kamus Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Winarno Surachman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel, W.S., 2000, Psikologi Pengajaran, Terjemahan Kartini Kartono, Yogyakarta: Media Abadi.

 

Zainal Aqib, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.