Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Contextual Teaching and Learning
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII B SMP KANISIUS GIRISONTA BERGAS
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Onci Neno Tloim
Sunardi
Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas VII B SMP Kanisius Girisonta Bergas, melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Dengan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning , siswa akan bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa semata sehingga pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Penelitian ini dilakukan SMP Kanisius Girisonta Bergas dengan subyek yang diteliti adalah kelas VII B Semester I tahun ajaran 2016/2017. Klasifikasi hasil observasi siswa diambil dengan metode deskriptif kualitatif. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan tehnik deskriptif komparatif, yaitu mengolah data yang sudah terkumpul mulai dari prasiklus, siklus I, siklus II, kemudian membandingkanya, sehingga tampak peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil penelitian terdapat peningkatan dari prasiklus yang rata-rata klasikalnya 68,24 pada siklus I meningkat menjadi 73,68 dan siklus II menjadi 81,24 setelah menggunakan model Contextual Teaching And Learning . Presentase ketuntasan klasikal mengalami peningkatan sebesar 100%. Berdasarkan hasil di atas ditekankan agar seluruh siswa aktif dan dapat bekerjasama baik dengan siswa maupun siswa dengan guru dalam pembelajaran IPS, sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar sesuai yang diharapkan
Kata Kunci : Prestasi belajar Siswa, Model Contextual Teaching And Learning, IPS
Pendahuluan
Komunikasi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas proses pembelajaran. Selain itu, perilaku guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menentukan bentuk komonikasi yang digunakan. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, strategi pembelajaran yang akan digunakan, keputusan-keputusan yang mesti dilaksanakan dalam pembelajaran,rencana pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dengan membangun komunikasi yang efektif dengan seluruh warga sekolah. Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan transformasi pesan eduktif berupa materi pembelajaran dari guru kepada peserta didik. Keberhasilan proses pembelajaran akan sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Guru merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, sehingga guru sebagai pendidik dituntut untuk memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Euis Karwati dan Donni Juni Priansa,2014:94)
Untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam proses pembelajaran perlu pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator serta pembimbing. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuannya seperti mengemukakan pendapat, berpikir kritis, menyampaikan ide atau gagasan dan sebagainya. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari pengajar ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah diberikan pengajaran (Hisyam Zaini,2008:XIV).
Hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri,mengobrol dengan teman sebangku, kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran, bahkan melakukan kegiatan-kegiatan lain serta izin keluar tanpa alasan yang jelas saat KBM berlangsung, selain itu juga , terdapat siswa yang kurang aktif dan malas belajar . Ketika siswa di beri latihan soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedikit sulit, siswa tersebut dapat mengerjakan soal dengan asal-asalan dan semaunya sendiri. Selain itu proses pembelajaran antara siswa dengan guru hanya searah, sehingga masih terpusat pada guru .Guru hanya menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelas, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang kurang dari 70,00.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa adalah dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pengimplementasian pendekatan CTL dalam kelas diharapkan mampu melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data dan pemecahan masalah . CTL terdiri dari delapan model komponen , membuat keterkaitan yang bermakna , pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif , membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian yang autentik .CTL adalah sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Oleh karena itu, berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk mencoba melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) , dengan judul †Upaya Meningkatakan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas VII B SMP Kanisius Girisontaâ€. Model CTL ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi rendahnya prestasi belajar IPS yang dialami oleh siswa sehingga prestasi belajar bisa maksimal.
Pengertian Prestasi Belajar
Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar “yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor†Sedangkan menurut Winkel (1997) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya†Sedangkan menurut Nasution, S (1987) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebutâ€
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Wiryohandoyo (1998: 2) bahwa â€Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolahâ€. Lebih lanjut Wiryohandoyo mengatakan IPS merupakan â€integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainyaâ€. Mencermati pendapatnya Wiryohandoyo bahwa, pada dasarnya IPS merupakan suatu studi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu dari pelajaran ilmu-ilmu sosial.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek ke ruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (Sapriya, 2009: 7).
Model Pembelajaran CTL
CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa di dorong untuk beraktivitas mempelajari materi sesui dengan topik yang akan di pelajari nya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat , tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung . Melalui proses berpengalaman itu di harapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL di harapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang di pelajarinya.
Jhonson (2006: 65) CTL sebuah sistem yang menyeluruh CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagianbagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson (2002 dalam Nurhadi,dkk, 2003) ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut.
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Artinya, siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat mengajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing signifcant work). Artinya siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat
c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning)
d. Bekerja sama (collaborating). Artinya, siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling memengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta bukti-bukti.
f. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Artinya, siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi , memotivasi, dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standars). Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellenceâ€
h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)
Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalambelajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut oleh Deporter (Wina Sanjaya, 2006 : 260) dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetis. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan cara menggunakan indra penglihatannya. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengaranya; sedangkan tipe kinestetis adalah tipe belajae dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Komparatif, yaitu mendeskripsikan dan membandingkan antara prestasi hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, dengan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran CTL pada siklus I dan Siklus II, kemudian membandingkanya, sehingga tampak peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
Indikator Keberhasilan
Adapun yang menjadi indikator Keberhasilan dalam penelitian ini adalah, peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan batas kriteria ketuntasan minimal yang diterapkan yakni (KKM =70).Tingkat keberhasilan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dikatakan berhasil.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengingat kondisi peserta didik di sekolah SMP Kanisius Girisonta Bergas kelas VII B semester 1 tahun 2016/2017, menunjukan bahwa belum semua siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari 25 siswa, ada 13 siswa yang belum mencapai KKM (KKM 70) . Hal ini dikarenakan siswa kelas VII B kurang aktif dalam proses belajar mengajar.
Kondisi seperti ini tersebut tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut – larut. Maka berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS . Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran (CTL) Contextual Teaching and Learning.
Pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal 68,24, nilai terendah 50, nilai tertinggi 85 dan ketuntasan klasikal 48%. Berdasarkan tabel 1, kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yang menyebabkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari pelajaran IPS kurang maksimal. Dari tabel di atas dapat diperoleh data bahwa siswa yang sudah tuntas sesuai KKM (70) pada ulangan semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 12 siswa yang tuntas, sedangkan yang belum tuntas 13 siswa dari 25 siswa kelas VII B.
Pada siklus I pelajaran IPS dengan pokok pembahasan Kehidupan Manusia Pada Masa Pra aksara, sudah menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Siklus II ini dilakukan pada tanggal 23 Maret 2017.
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan pokok pembahasan Kehidupan Manusia Pada Masa Pra aksara, sudah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning . Hasil belajar pada siklus I sudah menunjukan adanya Peningkatan dalam hasil belajar. Pada Prasiklus nilai rata-rata 68,24 mengalami peningkatan rata-rata klasikal pada siklus I menjadi 73,68 . Presentase ketuntasan pada prasiklus hanya 48% dan pada siklus I naik menjadi 80% dengan peningkatan 32%.
Sesuai dengan hasil refleksi siklus I di atas maka diadakan perbaikan tindakan kelas siklus II pada mata pelajaran IPS materi Peran kewirausahaan dalam masyarakat ekonomi Indonesia di kelas VII B SMP Kanisius Girisonta Bergas semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning. Siklus II ini dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017. Pada siklus ini guru memfokuskan dalam peningkat proses pemebelajaran dan berperan sebagai pembimbing terhadap siswa
Berdasarkan penelitian pada siklus II ini, subyek yang mengikuti proses belajar mengajar sebanyak 25 siswa 25 siswa keseluruhan siswa yang ada di kelas VII B. Hasil belajar siswa pada siklus II tampak adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini dari total keseluruhan siswa nilainya mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata klasikal 80 terdapat peningkatan 6,32 dibandingkan pada siklus I yaitu 73,68. Presentase ketuntasan siklus II 100% naik 20 % dari presentase ketuntasan pada siklus I yaitu 80% dari 25 siswa di kelas VII B pada siklus ke II 25 siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM=70).
Perolehan nilai siklus I yang ditunjukan pada grafik 3, untuk rata-rata klasikal adalah 73,68 dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata klasikal 80. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 88 dan siklus II adalah 95, sedangkan nilai terendah dari siklus I adalah 60 menjadi 75 pada siklus II. Presentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I 80% dan siklus II menjadi 100%.
Hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning telah mengalami peningkatan. Hasilnya dapat ditunjukan oleh nilai yang sudah diperoleh .
Terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada prasiklus dan siklus I yaitu 48 menjadi 80 dengan presentase 32 angka. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I ke siklus II yaitu 80 menjadi 100 dengan presentase naik 12 angka. Nilai terendah pada siklus I ke siklus II yaitu 50 dan siklus I 60 dengan presentasi naik 10 angka . Nilai tertinggi prasiklus ke siklus I naik 3 angka dari 85 ke 88, dan nilai tertinggi siklus I ke siklus II yaitu 88 ke 95 dengan presentase naik 7 angka . Ketuntasan klasikal kelas VII B tiap siklus mengalami peningkatan.
Dilihat dari presentase ketuntasan klasikal pada pra siklus sebesar 48% menjadi 80% pada siklus I dan siklus II yaitu 100%. Hal ini dapat menunjukan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII B pada mata pelajaran IPS di SMP Kanisius Girisonta Bergas.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas VII B SMP Kanisius Girisonta Bergas dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning . Hal ini dapat ditunjukan dengan nilai rata-rata klasikalnya buktikan dari hasil pra siklus 68,24 dan siswa yang memenuhi nilai KKM ada 12 siswa atau sebesar 48% dari total jumlah siswa. Pada tindakan siklus 1, jumlah nilai rata-rata kelas adalah 73,68 dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak 20 siswa atau mencapai 80%. Pada tindakan siklus 2, jumlah nilai rata-rata kelas adalah 81,24 dan siswa yang memenuhi nilai KKM sebanyak 25 siswa atau mencapai 100% dari total 25 siswa. Dalam penelitian ini semua siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM 70)
Saran
Hasil penelitian ini di rekomendasikan bagi :
a) Bagi pihak sekolah diharapkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai guna mendukung berlangsungnya proses pembelajaran kontekstual,
b) Bagi Guru mata pelajaran IPS diharapkan dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya memberikan materi secara teoretis saja melainkan juga mengkaitkannya dengan situasi dunia nyata siswa
c) Bagi siswa diharapkan lebih aktif dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan materi yang disampaikan guru, sehingga nantinya mampu menghadapi dan memecahkan masalah kesehariannya dalam masyarakat.
d) Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di kelas IPS SMP Kanisius Girisonta Bergas
Daftar Pustaka
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: GAVA MEDIA
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamruni. 2012. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Cetakan ketiga.Yogyakarta: Investidaya
Jhonson, B. Elain. 2006. Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Rafika Aditama. Jakarta.
Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta.
Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Poerwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiryohandoyo. (1998). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud