UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MENULIS ANGKA AKSARA JAWA MELALUI METODE DISKUSI

BAGI SISWA KELAS X TKRO_A SMK NEGERI 5 SURAKARTA

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Wiwik Triwiyati

SMK Negeri 5 Surakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar menulis angka aksara jawa melalui metode diskusi pada siswa X TKRO_A SMK Negeri 5 Surakarta. Penelitian tindakan ini berlangsung selama dua siklus. Tiap siklus terdiri empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan teknik diskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa tentang menulis angka aksara jawa. Peningkatan siswa yang tuntas mencapai 52,78% dari kondisi awal 47,22% menjadi 100%. Nilai rata-rata siswa juga mengalami kenaikkan 22,06% dari 66,11 menjadi 88,17.

Kata Kunci: meningkatkan prestasi belajar, menulis angka aksara jawa, metode pembelajaran diskusi.

 

PENDAHULUAN

Pelajaran Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa saat ini. Hal ini membawa dampak pada pencapaian prestasi siswa. Karena kurangnya perhatian siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi menulis angka aksara jawa. Hal ini disebabkan karena pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung bersifat teacher centered. Kecenderungan pembelajaran yang berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.

Dari hasil pengamatan dan refleksi diri tentang interaksi kelas X TKRO_A di SMK N 5 Surakarta pada semester 1 (gasal) tahun pelajaran 2018/2019 menunjukkan bahwa 95% interaksi kelas dikuasai oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori kognisi rendah. Sedangkan metode yang diterapkan kurang sesuai dan kurang membawa siswa untuk lebih kritis dan berperan serta dalam pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut harus segera diambil jalan keluarnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu penerapan metode pembelajaran yang dipilih guru sebaiknya lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses berarti perlakuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan daya pikir dan kreasi secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan luas pada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran materi menulis angka aksara jawa adalah metode pembelajaran diskusi. Metode ini adalah metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa tidak sekedar memperoleh pengetahuan saja, tetapi berlatih berpikir kritis, serta mengerjakan sendiri. Sedangkan peran guru lebih berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa mampu memahami kompetensi ini dengan baik sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

KAJIAN TEORI

Belajar dan Pembelajaran

Belajar berarti menemukan makna baru. Melalui belajar seseorang akan memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, nilai dan sikap memberikan reaksi terhadap stimulus yang berupa bahan belajar maupun informasi yang diterima. Seseorang yang benar-benar belajar tidaklah pasif tetapi mempunyai arah atau tujuan, keuletan tindakan dan tanggungjawab dalam peristiwa belajar.

Cronbch memberikan definisi:” Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. (Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears memberikan batasan: ”Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Pengertian belajar tersebut di atas menunjukkan bahwa individu yang belajar tidak hanya melaksanakan sebuah kegiatan, tetapi merupakan suatu rangkaian kegiatan yaitu antara lain membaca, menulis, berbicara, menghafal dan mengerjakan tugas dan sebagainya. Kegiatan belajar pada individu akan terjadi perubahan-perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Belajar bersifat mental berarti proses belajar tersebut tidak akan kelihatan atau tidak akan hilang meskipun telah lama berlangsung.

Bafadal (1992:137) “belajar adalah sebagai aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap”. Suatu aktifitas pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila proses pembelajaran tersebut dapat mencapai sasaran untuk mewujudkan hasil belajar. Karena beraneka ragam tingkah laku yang diperoleh dalam kegiatan belajar, maka orang menyebutkan sebagai kapabilitas. Kapabilitas meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Ketiga kawasan ini dapat dicapai melalui aktifitas pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan oleh Suryobroto: ”Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal perlu diusahakan faktor penunjang seperti kondisi si belajar yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar yang tepat. Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen siswa sebagai raw input perangkat keras dan lunak instrument input, komponen lingkungan sebagai environmental input, pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai komponen proses, dan akhirnya menghasilkan keluaran hasil belajar siswa sebagai komponen output, Suryobroto (1989:9).

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dan dikuasai, atau merupakan hasil dari proses belajar. Pengukuran bidang ini akan memperlihatkan kemampuan dan tingkat penguasaan materi pembelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam hal ini yang diukur adalah sesuatu yang telah dikerjakan. Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat.

Menurut Djamaroh (1994:19). Prestasi adalah hasil dari suatu kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan menurut Buchori (1976:94) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dibanding dengan kelompoknya, dan hasil itu adalah skor yang dicapai oleh masing-masing individu/anak.

Sesuai dengan pengertian maka hasil belajar yang dimaksud dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Gunarso (1989:75) bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha belajar. Prestasi atau hasil belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan alat evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap metode pengajaran, sarana dan prasarana, maupun bahan yang akan disampaikan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian. Penilaian dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar dapat memperoleh gambaran mengenai perubahan yang dialami siswa.

Prestasi atau hasil belajar sebagai produk dari proses belajar mengajar tidak dapat lepas dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkah laku individu. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar individu. Beberapa faktor yang berasal dari dalam individu seperti motivasi, persepsi, minat, bakat, kemampuan, intelegensi dan lain sebagainya. Faktor- faktor yang berada di luar individu seperti guru, bahan pengajaran/kurikulum, alat-alat pelajaran, hadiah, hukuman, dan pendekatan pembelajaran.

Dari unsur-unsur tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Sebagai raw input adalah siswa, mereka diberi pengalaman tertentu dalam proses belajar mengajar (Learning Teaching Process), dengan tujuan dapat berubah menjadi out put (keluaran) dengan kualitas tertentu. (2) Dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh pula faktor instrumental (instrumental input) dan juga faktor lingkungan (environmental input). Faktor instrumental meliputi antara lain program pengajaran/kurikulum, guru, sarana dan prasarana pembelajaran, sumber bahan pelajaran dan tenaga non pengajar. Faktor instrumental merupakan faktor yang dapat dimanipulasikan atau dikondisikan sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan alam, sosial dan budaya. Faktor lingkungan inipun harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.

Prestasi belajar sebagai pencerminan dari hasil belajar seseorang diketahui dari peubahan tingkah laku yang dapat diamati pada penampilan individu belajar. Dengan membandingkan antara tingkah laku sebelum dan sesudah melaksakan belajar dapat ditentukan seberapa besar hasil belajar yang dicapai seseorang. Hasil belajar seseorang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku yang ditampilkan dan dapat diamati antara sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar. Hasil pembelajaran meliputi tiga jenis, yaitu keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran dan daya tarik pembelajaran. Keefektifan pembelajaran di ukur dengan taraf hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk skor atau angka-angka yang diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan tes atau evaluasi.

Hasil belajar pada dasarnya adalah tujuan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan atau dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan Krathwohl dan Ornstein dan Lasley, (2000:101-109) dan Winkel (1991:155-160) hasil belajar diklasifikasikan dalam tiga ranah yang terdiri atas ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga kategori hasil belajar masing-masing merupakan perilaku yang dapat diukur, biasanya berkaitan dengan penyelesaian suatu program, dan akan dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam suatu pernyataan, dapat dicapai siswa setelah ia mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif. Upaya untuk memperoleh data hasil belajar siswa berdasarkan aspek-aspek pada ranah tersebut perlu ditentukan indikator-indikator yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dengan demikian penilaian akan dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitas,sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam pembelajaran, prestasi belajar yang berupa tingkah laku siswa, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor di ukur dan dievaluasi dengan teknik tes dan nontes. Hasil penilaian tersebut disajikan dalam bentuk skor atau angka-angka. Dengan demikian hasil belajar menulis angka aksara jawa siswa kelas X TKRO_A SMK 5 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 yang merupakan variabel tergantung dalam penelitian ini berupa angka-angka atau skor dari hasil tes. Skor prestasi belajar menulis angka aksara jawa disajikan dalam skala tertentu. Misalnya dengan skala 0 – 10 atau dengan skala 10 – 100. Pencapaian hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kreativitas proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ialah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan motivasi belajar yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik.

Mata Pelajaran Bahasa Jawa

Penghormatan dan pemeliharaan bahasa daerah tertuang dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat (1) yang menyebutkan: “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal”. Dalam hal ini kebijakan yang diambil Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah adalah menerapkan Bahasa Jawa sebagai Kurikulum Muatan Lokal wajib pada jejang SD, SMP, SMA/SMK disamping mata pelajaran muatan lokal pilihan lainnya. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran yang diharapkan selain melestarikan budaya daerah, juga mampu sebagai media peningkatan budi pekerti siswa yang mengalami penurunan. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa meliputi dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Setiap aspek meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam keterampilan menulis, siswa tidak hanya diajarkan cara menulis huruf alphabet namun siswa juga harus terampil menulis angka aksara jawa.

Metode Pembelajaran Diskusi

Kata Pembelajaran dipakai sinonim dari kata bahasa Inggris Instruction yang mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran. Instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa yang disebut pembelajaran. Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama mengajar. Pengertian pembelajaran dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru/dosen agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah mewujudkan kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa/mahasiswa setelah memperoleh pengalaman belajar, kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor). Pembelajaran di kelas tidak akan terjadi baik, jika salah satu kemampuan dari tiga hal tidak ada. Pembelajaran merupakan perpaduan dua kegiatan yang saling komunikasi dengan baik yaitu kegiatan mengajar (guru/dosen) dan kegiatan belajar (siswa/mahasiswa) yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga membantu siswa mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Dengan pengertian lain seorang guru sebelum mengajar harus menyusun persiapan yang dikenal dengan istilah strategi atau pendekatan pembelajaran.

Strategi atau pendekatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip Sri Anitah, (1994: 1) menyatakan bahwa ”strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa”

Prinsip-prinsip Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran

Menurut Soenarwan (2001:11), prisip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pendekatan sistem pada pembelajaran ada beberapa hal yaitu antara lain:

Pertama, dalam memperhatikan semua dari komponen secara menyeluruh, artinya jika kita akan memecahkan masalah pembelajaran dengan sistem, harus memperhatikan semua komponen pembelajaran secara bersamaan, tidak terpisah satu sama lain. Berapakah jumlah komponen yang ada dan diperkirakan saling mengait, harus dipertimbangkan secara bersama dan matang. Sering terjadi, suatu kegiatan hanya memperhatikan satu komponen saja tanpa memperhatikan komponen lain. Setelah dianalisa dan diperhatikan secara cermat, ternyata komponen yang tidak mendapat perhatian tersebut sangat berkaitan erat dengan komponen yang mendapat perhatian.

Kedua, mulailah pertanyaan apa dan bukan bagaimana. Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bidang pembelajaran guru harus menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu, bukan menentukan bagaimana cara melakukan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran biasanya ditandai dengan gambaran tentang ketrampilan atau kemampuan yang diharapkan secara tegas dan jelas sehingga mudah diketahui dan dapat di ukur serta dapat dievaluasi tentang ketercapaiannya.

Ketiga, memperhatikan performan masukan artinya dalam pendekatan sistem pembelajaran harus diperhatikan dan dipertimbangkan perilaku awal atau masukan yanng berupa keadaan awal atau kemampuan awal yang dimiliki peserta didik. Langkah ini penting dilakukan karena berkaitan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara spesifik. Prinsip ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kita melayani sejumlah peserta didik yang tingkat kemampuannya berbeda-beda. Masing-masing tingkat kemampuan itu yang harus diperhatikan agar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat memilih cara dan teknik yang baik dan cepat.

Keempat, memperhatikan keterbatasan-keterbatasan keadaan, yaitu kegiatan yang berupa identifikasi masalah-masalah yang diperkirakan menjadi penghambat pencapaian tujuan yang diinginkan. Walaupun sudah dianalisis, kemungkinan timbulnya masalah yaitu akan mengalami kesulitan pada pelaksanaan akhir. Perlu diperhatikan pula bahwa kegiatan menganalisis masalah ini bersifat mencatat kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan yang akan dihadapi beserta kemungkinan alternatif pemecahannya.

Kelima, mengevaluasi program sebelum dilaksanakan. Prinsip utama terakhir ialah menentukan langkah bagaimana program pembelajaran itu akan dievaluasi sebelum dilaksanakan. Pada kegiatan ini harus dibuat suatu alat untuk memperoleh umpan balik tentang keefektifan kegiatan yang dilakukan. Informasi tentang umpan balik tersebut dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan program berikutnya terutama yang menyangkut perbaikan-perbaikan pelayanan.

Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang ditetapkan. Menurut Winataputra (1997:31) prosedur umum pembelajaran ialah: (1) kegiatan pendahuluan pembelajaran, (2) Kegiatan inti pembelajaran, (3) Kegiatan akhir, penutup dan tindak lanjut pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan pembelajaran bertujuan untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran, yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan yamg dapat dilakukan dalam kegiatan pendahuluan atau pra instruksional ialah sebagai berikut: (1) menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan jalan menciptakan sikap yang mendidik, menciptakan kesiapan belajar siswa, dan menciptakan suasana belajar yang demokratis, (2) melaksanakan kegiatan apersepsi atau penilaian awal. Cara melakukannya ialah dengan jalan: (a) mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya, (b) memberikan komentar terhadap jawaban siswa serta mengulas materi pelajaran yang akan dibahas, (c) membangkitkan motivasi dan perhatian siswa.

Kegiatan inti pembelajaran terutama ditujukan untuk pembentukan pengalaman belajar siswa dalam materi/bahan pelajaran tertentu yang disusun dan direncanakan oleh guru berdasarkan kurikulum. Langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran meliputi: (1) memberitahukan tujuan dan garis-garis besar materi yang akan dipelajari, (2) menyampaikan alternatif kegiatan yang ditempuh siswa, (3) membahas/menyajikan materi/bahan pelajaran, dan (4) menarik kesimpulan.

Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran ditujukan untuk mengetahui bagaimana pencapaian tujuan oleh siswa dan langkah apa yang harus ditempuh sehubungan dengan pencapaian siswa tersebut. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran yang dilakukan guru diantaranya ialah: (1) melaksanakan penilaian akhir, (2) mengkaji hasil penilaian akhir, (3) melaksanakan tindak lanjut pembelajaran, (4) mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, (5) menutup kegiatan pembelajaran. Udin S Winataputra, (1997:3.3-3.33).

Pelaksanaan prosedur pembelajaran dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti kegiatan akhir, hingga penutup pelajaran harus dilaksanakan secara serasi dan fleksibel. Guru harus pandai-pandai mengatur kegiatan tersebut karena langkah mempunyai peranan yang sangat penting, selain itu alokasi waktu untuk setiap kegiatan juga harus diperhatikan.

Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efesien dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien yang kadang-kadang kurang efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pada pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Hakekat Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode mengajar dengan cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa dalam kelompoknya untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.

Peran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hanyalah sebagai fasilitator, guru jangan terlalu banyak campur tangan dan main perintah kepada siswa. Hal demikian dimaksudkan supaya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam menyumbangkan pikirannya dan banyak materi yang dapat mereka pelajari.

Metode diskusi akan lebih efektif apabila mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  • Guru membekali siswa dengan materi yang akan didiskusikan.
  • Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan.
  • Guru memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
  • Siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah yang telah ditentukan.
  • Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas.
  • Siswa yang lain memberikan tanggapan, saran, dan kritik atas masalah yang dipresentasikan kelompok diskusi yang maju.
  • Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi antara lain sebagai berikut:

  • Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa.
  • Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari para siswa lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan.
  • Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai pandangan dan secara hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya sendiri.
  • Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan siswa mengenai sesuatu kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar itu akan memperoleh dukungan Bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.
  • Diskusi kelompok/kelas memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari, karena itu dapat membantu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” atau “tidak”
  • Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas, karena dari pembicaraan itu mereka berkesempatan menarik hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang dibutuhkan.

Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi dapat merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat melepaskanan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu, sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 8 minggu mulai bulan Januari minggu ke-2 sampai bulan Maret minggu ke-1 tahun 2019, pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Tempat penelitian di SMK Negeri 5 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Subjek

Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKRO_A di SMK Negeri 5 Surakarta pada semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 sejumlah 36 siswa laki-laki semua pada pokok bahasan menulis angka angka aksara jawa.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dan nontes. Tes sebelum siklus 1 dilaksanakan, sesudah siklus 1 dilaksanakan dan sesudah selesai siklus 2. Teknik nontes berupa lembar observasi.

Teknik analisis yang peneliti gunakan dalam PTK ini adalah (1) analisis diskriptif komparatif yaitu dengan cara membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 (pertama) dan nilai tes setelah siklus 2 (kedua). Sedangkan untuk data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada tahap-tahap penelitian tindakan (action research) Kurt Lewin dalam Basuki Wibowo (2004 ; 17).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal.

Sebagai gambaran kondisi awal hasil prestasi ulangan harian siswa mata pelajaran bahasa Jawa materi menulis angka aksara jawa kelas X TKRO_A SMK Negeri 5 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 sebelum menggunakan metode pembelajaran diskusi adalah sebagai berikut: (1) guru belum menggunakan metode diskusi yang bisa memberikan akses pada siswa untuk berlatih lebih kreatif, inovatif dan kritis, (2) respon siswa kurang tertarik pada mata pelajaran bahasa Jawa. Hal ini ditandai dengan: a) Jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran hanya 3 siswa, persentasinya 8,33% b) jumlah siswa yang terampil dalam menulis aksara jawa yang menggunakan aksara angka ada 6 siswa, persentasenya 16.67% c) jumlah siswa yang menggunakan sumber belajar lebih dari satu buku ada 0 siswa, persentasenya 0%. Pada saat guru menerangkan materi ajar masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan, bahkan cerita dan sibuk sendiri. Hasil Awal.

Setelah proses pembelajaran maka dilaksanakan ulangan dengan nilai rata-rata 66,11. Sedang batas minimal kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Jawa untuk materi menulis aksara jawa yang menggunakan aksara angka di SMK Negeri 5 pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 Surakarta adalah 76. Jumlah siswa yang tuntas hanya ada 17 siswa atau 47,22%, jumlah siswa yang belum tuntas ada 19 siswa atau 52,8%. Nilai tertinggi 96, nilai terendah 36 dan nilai rata-rata 66,11.

Pembahasan

Jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran ada kenaikan dari 3 siswa pada kondisi awal menjadi 9 siswa pada siklus I dan menjadi 16 siswa pada siklus II.

  1. Jumlah siswa yang terampil dalam menulis angka aksara jawa mengalami kenaikan dari 6 siswa pada kondisi awal menjadi 13 siswa pada siklus I dan menjadi 21 siswa pada siklus II.
  2. Jumlah siswa yang menggunakan sumber belajar lebih dari 1 buku ada kenaikan dari 0 Siswa pada kondisi awal menjadi 6 siswa pada siklus I dan menjadi 14 siswa pada siklus II.
  3. Jumlah siswa yang nilainya tuntas ada kenaikan dari 17 siswa pada kondisi awal menjadi 28 siswa pada siklus I dan menjadi 36 siswa pada siklus II.
  4. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 66,11 pada kondisi awal menjadi 80,39 pada siklus I dan menjadi 88,17 pada siklus II.

Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa terdapat kesesuaian antara hasil penelitian dengan teori yang peneliti ajukan antara lain yang disampaikan oleh Sumadi Suryobroto: ” Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal perlu diusahakan faktor penunjang seperti kondisi si belajar yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar yang tepat.” Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen siswa sebagai raw input perangkat keras dan lunak instrument input, komponen lingkungan sebagai environmental input, pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai komponen proses, dan akhirnya menghasilkan keluaran hasil belajar siswa sebagai komponen output, (Sumadi Suryobroto 1989:9).

Hasil Penelitian

Perbandingan hasil penelitian kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang berupa data hasil pengamatan dan evaluasi, maka diperoleh perbandingan hasil belajar bahasa Jawa tentang kompetensi menulis angka aksara jawa antara pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah sebagai kondisi awal (kondisi sebelum tindakan) dengan metode diskusi sebagai kondisi akhir (kondisi setelah tindakan).

Berdasarkan data pada tabel 15 sampai dengan tabel 16 dan gambar grafik 13 sampai gambar grafik 16 di atas terlihat adanya kenaikan hasil pembelajaran setelah diadakan tindakan (akhir siklus II), yang meliputi:

  1. Kenaikan jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran ada 13 siswa atau 36,11%.
  2. Kenaikan jumlah siswa yang terampil dalam menulis angka aksara jawa ada 15 siswa atau 41,67%.
  3. Kenaikan jumlah siswa yang menggunakan buku pegangan lebih dari 1 buku ada 14 siswa atau 38,89%.
  4. Kenaikan jumlah siswa yang nilainya tuntas ada 19 siswa atau 52,78.
  5. Kenaikan nilai rata-rata kelas dari 66,11 menjadi 88,17, jadi ada kenaikan 22,06.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui upaya penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya kompetensi menulis angka aksara jawa pada Siswa Kelas X TKRO_A di SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019.

PENUTUP

Simpulan        

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan analisis evaluasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan:

  1. Dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X TKRO_A SMK Negeri 5 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dengan peningkatan nilai rata-rata 22,06.
  2. Dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKRO_A SMK Negeri 5 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dengan peningkatan tuntas belajar 19 siswa atau 52,78%.

Implikasi

Dari hasil kesimpulan diatas mengimplikasikan bahwa model pembelajaran dengan metode diskusi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Jawa pada kompetensi menulis huruf Jawa di SMK Negeri 5 Surakarta. Implikasi ini akan lebih baik lagi bila dapat diterapkan pada kompetensi yang memerlukan pembahasan melalui diskusi sehingga siswa akan termotivasi untuk berfikir secara kreatif dan mandiri tentunya dengan pengarahan guru yang selektif.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Bahasa Jawa lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagaiberikut:

  1. Untuk melaksanakan model diskusi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model diskusi dalam proses belajar rmengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan dikelas X TKRO_A SMK N 5 Surakarta semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daru Suprapta.dkk. 2003. Pedoman Penulisan Angka aksara jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Daryanto.2013. Strategi dan Tahapan Mengajar. Bandung: Yrama Media.

Fathurrahman Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ibraham Bafadal. 1992. Pengelola Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.

Irwan.Penerapan Metode Diskusi dalam Peningkatan Minat Belajar Mapel Pendidikan Agama Islam Kelas X-7 SMA Negeri 4 Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017.www.google.com. (dunduh pada hari Sabtu, Minggu 6 Januari 2019 pukul 09.30 wib).

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Madya Suwarsih.2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Bandung: Alfabeta.

Rahmawati Nur Alina.Penerapan Model Pembelajaran Quantum Theaching Dengan Metode Diskusi Berbantu Lembar Kerja (LKS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bentuk Pangkat dan Akar Kelas X SMA N I Karanganyar Demak.www.google.com.(diunduh pada hari Sabtu, 5 Januari 2019 pukul 10.15 wib).

Sardiman.2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Singgih D Gunarso. 1989. Psikologi Olah Raga. Jakarta: Gunung Mulia.

Slavin.Robert E. 1997. Educational Psychology. Boston: Allyn & Bacon.

Sudirman Satrio Wicaksaono.Upaya Meningkatkan Aktivitas, Motivasi dan Hasil Belajar Matematika kelas X IPA SMA Negeri 2 Metro Tahun 2014/2015.www.google.com. (diunduh pada hari Minggu, 6 Januari 2019 pukul 13.00 wib).

Suhita, Raheni. 2011.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Daerah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surat Keputusan GubernurJawa Tengah. 2005. Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004 Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/SMK/MA Negeri dan Swasta PropinsiJawa Tengah.

Suryadipura RT. 2008. Cara Belajar Membaca dan Menulis Huruf Jawa. Bandung: CV.Yrama Widya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Erlangga Groub.

Teguh Budi Sayoga. 2004. Dokumentasi dan Panduan Pemakaian Hanacaraka Truetype Font untuk Perangkat Lunak Komputer Berbasis Sistem Operasi Windows Purwakerto.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winkel.WS. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.