Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar IPA
Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar IPA Materi Bagian Tubuh Tumbuhan Dengan Menggunakan
Alat Peraga Konkrit Siswa Kelas II Semester I
SD Negeri Pondok 02 Nguter Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2015/2016
Sumarmi
SD Negeri Pondok 02 Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAKs
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA; dan 2) Prestasi Belajar IPA materi “Bagian Tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 2 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 melalui penggunaan alat peraga konkrit. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Pondok 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas II Semester I di SDNegeri Pondok 02 Nguter UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 20 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan;3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan sikap kategori ilmiah mengalami peningkatan dari sebesar 15.00% pada kondisi awal meningkat menjadi 30.00% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 70.00% pada tindakan Siklus II; dan 2) Penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi “Bagian Tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.15 pada kondisi awal menjadi 71.35 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80.25 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 20.00% pada kondisi awal meningkat menjadi 75.00% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Kata Kunci: sikap ilmah, prestasi belajar, pembelajaran IPA, alatperagakonkrit.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA harus diajarkan baik sebagai produk maupun sebagai proses. Produk IPA terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, hukum dan postulat. Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah (Trianto, 2010: 8). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang mengajarkan IPA hanya sebatas IPA sebagai produk. Siswa jarang diajak untuk melakukan pembelajaran sebagai proses sehingga siswa kerap kali mempelajari IPA sebatas teori dan hukum-hukum, serta postulat-postulat dalam IPA.
Hal yang sama juga terjadi di SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, khususnya di kelas II. Pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih cenderung bersifat teacher-centered. Siswa hanya didorong untuk belajar IPA dengan menghafal teori dan konsep-konsep sehingga sikap ilmiah tidak berkembang secara optimal yang pada gilirannya berakibat pada kurang optimalnya daya serap siswa terhadap materi ajar.
Daya serap siswa terhadap materi ajar “Bagian Tubuh Tumbuhan” yang diajarkan bagi siswa kelas II pada semester I masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada materi tersebut.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa baru mencapai 67.15. Nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 baru mencapai 20.00% dari jumlah siswa yang ada. Hal ini diartikan bahwa dari sebanyak 20 orang siswa kelas II yang ada, baru ada 4 orang siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sisanya sebanyak 16 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru dirasa perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikan alat peraga konkrit dalam pembelajaran IPA.
Langkah guru menggunakan alat peraga konkrit dilakukan dengan mengajak siswa mengamati secara langsung tentang bagian tubuh tumbuhan Dengan cara ini siswa dapat membedakan berbagai macam bagian tubuh tumbuhan secara langsung.
Penggunaan alat peraga konkrit oleh guru diharapkan dapat membantu siswa membangun sikap ilmiah. Sikap ilmiah yang tinggi merupakan salah satu pra-kondisi yang diperlukan dalam pembelajaran sains. Dengan terbangunnya sikap ilmiah, maka hasil belajar sebagai dampak produk pembelajaran akan semakin meningkat
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini: 1)Apakah penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA? 2)Apakah penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Bagian tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga konkret. 2)Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Bagian tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 melalui penggunaan alat peraga konkret.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas bagi bermanfaat bagi siswa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran meningkatkan sikap ilmiah dalam pembelajaran. Manfaat bagi guru sebagai tambahan wawasan tentang penggunaan alat peraga konkrit dalam pembelajaran. Manfaat bagi sekolah dijadikan tambahan informasi mengenai penerapan alat peraga konkrit dalam pembelajaran IPA.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut Nash (Djojosoediro, 2008: 7) mengatakan bahwa “Science is away of looking at the world”. Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis , lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk satu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Menurut Rom Harre (Djojosoediro, 2008: 9) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, kedua bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.
Menurut Susilowati (2013: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
Setiap mata pelajaran pasti memiliki ruang lingkup materi yang dipelajari. Ruang lingkup pembelajaran IPA SD meliputi makhluk hidup serta proses kehidupannya, benda/materi, energi serta perubahannya, dan bumi serta alam semesta.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari hasil belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.
Menurut Arifin (2011:12) terdapat beberapa fungsi dari prestasi belajar antara lain adalah sebagai berikut: 1)Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik; 2)Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu; 3)Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan; 3)Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat; dan 4)Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, dibagi menjadi 2 macam yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri si pembelajar. Faktor ini, menurut Slameto (2010: 54-59) dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh; b) Faktor psikologi, meliputi bakat, minat, motivasi, dan kemampuan kognitifnya; dan c) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (Slameto, 2010: 54-59).
Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri si pembelajar. menurut Slameto (2010: 60-72) dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1)Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan; 2)Faktor Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat peraga, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah; dan 3)Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010: 60-72).
Dengan demikian keberhasilan peserta didik sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri peserta didik (internal) dan faktor dari luar peserta didik (eksternal). Dimana faktor internal mempunyai pengaruh sangat kuat dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah menurut pendapat Harlen (Anwar, 2009: 108) adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam seminar, diskusi, loka karya, sarasehan, dan penulisan karya ilmiah.
Sikap-sikap ilmiah menurut Harlen sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009: 108-109) meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1)Obyektif terhadap fakta; 2)Sikap kritis; 3)Berhati terbuka artinya menerima pandangan atau gagasan orang lain; 4)Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi; 5)Sikap menghargai karya orang lain; 6)Sikap tekun; 7)Sikap berani mempertahankan kebenaran: 8)Sikap menjangkau ke depan
Alat Peraga Konkret
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:24), alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh anak didik.Menurut Jean Piaget, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsudin (2006:17), perkembangan kognitif anak sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada anak usia ini akan lebih mudah dipahami jika menggunakan objek-objek konkret dan anak terlibat langsung di dalamnya.
Menurut Nasution, sebagaimana dikutip oleh Udin S. Winata Putra (2006:915), pada dasarnya siswa memiliki minat (Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar.
Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadirkan di dalam kelas, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah alat peraga. Alat peraga konkret untuk menjelaskan konsep bagian –bagian tumbuhan adalah tumbuhan di halaman sekolah. Alat peraga konkret di atas digunakan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan tentang konsep bagian –bagian tumbuhan.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil identifikasi, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA bagi siswa kelas II semester I di SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 kurang optimal. Hal ini khususnya terjadi dalam pembelajaran materi “Bagian tubuh tumbuhan”.
Kurang optimalnya pembelajaran IPA di kelas II tersebut ditandai dengan hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa yang baru mencapai 67,15. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah dengan KKM > 70,00. Atas dasar hal ini, maka siswa kelas II dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Bagian tubuh tumbuhan”.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas II tersebut baru mencapai 20,00%. Hal ini diartikan bahwa dari 20 orang siswa yang ada, baru ada 4 orang siswa yang sudah memperoleh nilai > 70,00. Sisanya sebanyak 16 orang siswa masih memperoleh nilai < 70,00. Rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa tersebut tidak terlepas dari kurangnya sikap ilmiah pada siswa.
Berangkat dari kondisi tersbut, guru perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan sikap ilmiah pada siswa. Dengan meningkatnya sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar yang diperoleh secara otomatis akan meningkat.
Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan alat peraga konkret guna menyampaikan materi “Bagian tubuh tumbuhan” kepada siswa. Dengan cara ini, siswa akan belajar IPA baik sebagai proses maupun sebagai produk.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1)Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. 2)Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Bagian tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 selama 3 (tiga) bulan, yaitu dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 20 orang siswa.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa sikap ilmiah siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Bagian Tubuh Tumbuhan”.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik tes, dan analisis dokumen. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar pengamatan.
Data yang diperoleh dalam penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain adalah menggunakan teknik triangulasi, dan memperpanjang masa pengamatan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif – kuantitatif. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, seperti hasil observasi dan studi dokumentasi. Tahapan analisis data deskriptif kualitatif terdiri dari: pemaparan data, reduksi (data yang sudah ada di cek dan dicatat kembali), kategorisasi (data dipilah-pilah), penafsiran dan penyimpulan. Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, seperti hasil tes. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa yang didapat dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif misalnya, mencari nilai rerata (Arikunto, 2010: 189).
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator sikap ilmiah dan prestasi belajar. Atas dasar hal tersebut, maka indikator kinerja penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut ini: 1)Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah dan cukup ilmiah > 80.00% dari jumlah siswa. 2)Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Bagian Tubuh Tumbuhan” apabila sudah memperoleh nilai hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70,00. 3)Siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Bagian Tubuh Tumbuhan” apabila sudah memperoleh nilai rata-rata hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70,00; 4)Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70,00 sudah mencapai > 80,00% dari jumlah siswa.
Prosedur PTK ini mnegikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus pertama dilaksanakan selama dua minggu dan siklus kedua juga dilaksanakan selama dua minggu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Deskripsi kondisi awal pembelajaran IPA materi “Bagian Tubuh Tumbuhan” pada siswa di kelas II SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun pelajaran 2015/2016 dapat diketahui dari hasil non-tes maupun hasil tes. Hasil non-tes merupakan gambaran kondisi sikap ilmiah pada siswa, adapun hasil tes merupakan kondisi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Sikap Ilmiah Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada kondisi awal, dapat diketahui bahwa skor rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 18,05 atau termasuk ke dalam kategori sikap kurang ilmiah.
Diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 3 orang atau 15,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 8 orang atau 40,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 9 orang atau 45,00%.
Prestasi Belajar Siswa
Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70,00 adalah 4 orang siswa atau 20,00% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 16 orang siswa atau 80,00%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas II semester I tahun pelajaran 2015/2016 SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Tindakan pembelajaran Siklus I dilakukan dalam empat tahapan kegiatan. Keempat tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Sikap ilmiah siswa
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa skor rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 21,35 atau termasuk ke dalam kategori sikap cukup ilmiah.
Diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 6 orang atau 30,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 13 orang atau 65,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 1 orang atau 5,00%.
Prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85,00 dan nilai terendah adalah 65,00. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 71,35. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar. Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 15 orang siswa atau 75.00% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 5 orang siswa atau 25.00%.
Berdasarkan hasil-hasil tersebut di atas, selanjutnya dapat diperoleh hasil refleksi tindakan pembelajaran Siklus I sebagai berikut.
Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkrit pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap kategori ilmiah dari sebesar15,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 30.00% pada tindakan Siklus I.
Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67,15 pada kondisi awal menjadi 71,35 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I.
Berdasarkan refleksi tersebut perlu ditingkatkan untuk itu dilanjutkan tindakan kesiklus berikutnya.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Tindakan pembelajaran Siklus II merupakan hasil perbaikan dari tindakan siklus sebelumnya. Tindakan pembelajaran Siklus II dilakukan dalam empat tahapan kegiatan. Keempat tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Sikap ilmiah siswa
Diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 14 orang atau 70,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 6 orang atau 30,00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 0 orang atau 0%.
Prestasi belajar siswa
Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90,00 dan nilai terendah adalah 70,00. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 80,25.
Nilai tertinggi.
Hasil refleksi tindakan pembelajaran Siklus II dapat dikemukakan sebagai berikut:Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkrit pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap kategori ilmiah dan cukup ilmiah dari sebesar 40,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 70,00% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 90,00% pada tindakan Siklus II.
Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67,15 pada kondisi awal menjadi 71.35 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,25 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 20.00% pada kondisi awal meningkat menjadi 75,00% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100,00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Berdasarkan hasil observasi sikap ilmiah dan prestasi belajar di atas sudah mencapai di atas indikator kinerja maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah dan cukup ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pembelajaran dengan alat peraga konkrit dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Bagian Tubuh Tumbuhan” pada siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan alat peraga konkret yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar tersebut dikaitkan dengan adanya penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru mengupayakan cara kreatif untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa juga didorong agar kreatif berinteraksi dengan teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran meningkat.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Melalui alat peraga benda kongkret
dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan sikap kategori ilmiah mengalami peningkatan dari sebesar 15.00% pada kondisi awal meningkat menjadi 30.00% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 70.00% pada tindakan Siklus II.
Melalui penggunaan alat peraga konkret” dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Bagian Tubuh tumbuhan” bagi siswa kelas II semester I SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.15 pada kondisi awal menjadi 71.35 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80.25 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 20.00% pada kondisi awal meningkat menjadi 75.00% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Saran
Penelitian tindakan kelas ini disarankan bagi siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah secara optimal sehingga hasil belajar semakin meningkat. Saran bagi guru untuk mau menggunakan alat peraga konkrit guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa. Saran bagi sekolah untuk lebih mendorong para guru agar mau mencoba menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Herson. 2009. “Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains”. Jurnal Pelangi Ilmu Vol. 2 No. 5, Mei 2009, hal. 103-114.
Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Djojosoediro, Wasih. 2008. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA di SD. Bandung: UPI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta. Balai Pustaka.
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Susilowti. 2013. “Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013” Makalah. Disampaikan dalam PPM “Diklat Pengembangan Student Worksheet ntegrated Science bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Sleman” Tanggal 24 Agustus 2013.
Winataputra, Udin S (2006).”Makna dan Tahap-tahap Proses Belajar” Psikologi. Belajar. Jakrta.