Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Workshop dan Classroom Visitation
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN OTENTIK
ASPEK SIKAP SOSIAL MELALUI WORKSHOP
DAN CLASSROOM VISITATION BAGI GURU DI SD BINAAN UPT TK/SD KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Budi Setyono
Pengawas TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian atutentik aspek sikap sosial melalui workshop dan Classroom Visitation bagi guru SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Subjek penelitian sebanyak 10 guru yang terbagi dalam 10 SD Binaan. Penelitian ini dilaksanakan semester II tahun pelajaran 2018/2019, Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai dengan kategori baik yang ditunjukkan dengan nilai individu ≥ 9,4, dan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari ≥ 85%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui tindakan workshop dan classroom visitation kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sosial bagi guru SD UPTD Pendidikan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,80 menjadi 10,20. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 10,20 menjadi 12,70. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,80 menjadi 12,70. Peningkatan guru terhadap pelaksanaan indikator, dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus sebesar 41,43% meningkat menjadi 72,86% pada siklus I. Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 72,86% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,43% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II.
Kata Kunci: workshop, classroom visitation, penilaian otentik aspek sikap sosial
PENDAHULUAN
Perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ke kurikulum 2013, terjadi pergeseran, diantaranya adalah standar kelulusan, aspek kelulusan, jumlah jam pelajaran, proses pembelajaran dan lain sebagainya. Dari berbagai pergeseran tersebut, yang sangat darasakan oleh guru adalah pergeseran pelaksanaan penilaain. Penilaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan lebih dominan pada aspek pengetahuan, sedangkan penilaian kurikulum 2013 standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Istilah penilaian berbasis kelas seperti yang dinyatakan dalam KTSP tidak lagi digunakan dalam kurikulum 2013. Namun dalam kurikulum 2013 istilah penilaian berbasis kelas di ubah menjadi penilaian autentik.
Khususnya di SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, dari ketiga aspek penilaian yaitu sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, penilaian sikap dirasakan paling sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa menilai sikap siswa seperti yang dikehendaki dalam kurikulum 2013. Terlebih dalam kurikulum 2013 penilaian sikap terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Berdasarkan masukan dari Kepala Sekolah, sebagian besar guru di SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, masih mengalami kesulitan dalam menilai sikap sosial. Kesulitan tersebut disebabkan oleh banyaknya jenis sikap yang harus dinilai dan setiap siswa memiliki sikap yang berbeda-beda. Namun demikian jika guru telah terbiasa, dan memahami teknik penilaian sikap yang sesuai dengan Kurikulum 2013 tentunya kesulitan tersebut dapat dihindari.
Berdasarkan hasil pengamatan awal tentang kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial, dengan menggunakan aspek penilaian: (1) aktivitas guru dalam menentukan nilai sikap yang akan diamati mengacu pada KI-2. (2) aktivitas guru dalam menentukan indikator sikap pada setiap tema, (3) aktivitas guru dalam menyusun format penilaian sikap (4) aktivitas guru dalam mengamati perilaku siswa pada saat pembelajaran dan di luar pembelajaran, (5) aktivitas guru dalam membuat catatan sikap dan perilaku siswa dan membuat ketegori sangat baik, baik, cukup, dan perlu bimbingan, (6) aktivitas guru dalam melakukan tindak lanjut penilaian, dan (7) aktivitas guru dalam mengolah nilai sikap. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 10 (sepuluh) guru yang dijadikan sampel pengamatan, dengan menggunakan skor 2 jika guru menunjukan aspek penilaian dengan baik, skor 1, jika guru menunjukkan aspek penilaian tetapi kurang baik, dan skor 0 jika guru tidak menunjukkan kegiatan yang sesuai dengan aspek penilaian, diperoleh nilai rata-rata sebesar 5,8 (kategori cukup). Guru yang telah dapat melaksanakan penilaian sikap dengan cukup baik sebesar 80%, dan 20% belum dapat melaksanakan penilaian sikap sosial dengan baik.
Kenyataan tersebut di atas, menunjukkan bahwa walaupun guru telah memperoleh pembinaan terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013, namun pada kenyataannya guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik aspek sikap sosial. Sehingga permasalahan tersebut perlu disikapi melalui pembinaan khusus. Karena apabila guru belum dapat menilai sikap sosial dengan baik, maka nilai hasil belajar yang dibuat oleh guru tidak dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang capaian kompetensi siswa, khususnya kompetensi sikap sosial.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan tindakan berupa pembinaan teknik Workshop dan Classroom Visitation, yaitu pembinaan kelompok dalam bentuk workshop yang dilanjutkan dengan pembinaan individu teknik kunjungan kelas. Melalui kolaborasi kedua teknik tersebut diharapkan setelah mengikuti workshop namun guru masih kesulitan dalam menilai sikap sosial, guru masih dapat menanyakan langsung saat dilakukan kunjungan kelas.
Sesuai dengan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dikemukakan bahwa pembinaan guru teknik workshop dan classroom visitation tersebut merupakan langkah nyata untuk mengatasi permsalahan kinerja guru terkait dengan kemampuan melaksanakan penilaian autentik aspek sikap sosial. Sesuai dengan permasalahan dan langkah mengatasi permasalahan tersebut, dan agar pembinaan tersebut dapat berjalan dengan efektif, maka tindakan tersebut dirancang dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS), dengan judul penelitian: Upaya Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial Melalui Workshop dan Classroom Visitation Bagi Guru di SD UPTD Pendidikan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui workshop dan Classroom Visitation dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian atutentik aspek sikap sosial bagi guru SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian atutentik aspek sikap sosial melalui workshop dan Classroom Visitation bagi guru SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kompetensi Guru
Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Menurut Mulyasa (2008: 25) kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2009: 2). Penilaian adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2012: 201).
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memcahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata (Arikunto, 2008: 23).
Workshop
Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapi melalui percakapan dan bekerjasecara kelompok maupun bersifat perseorangan Kegiatan workshop bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran berbasisi IT dalam pembelajaran; b) meningkatkan keterampilan guru agar kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi pembelajaran (Iskandar, 2012: 68).
Classroom Visitation
Menurut Purwanto (2008: 120) bahwa kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, pengawas) untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Menurut Priansa dan Somad (2014: 99) kunjungan kelas yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah ke dalam kelas pada saat guru yang bersangkutan menghadapi masalah/kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Muslim (2013: 74) kunjungan kelas adalah kunjungan seorang supervisor ke kelas pada saat guru sedang mengajar, artinya supervisor menyaksikan dan mengamati guru mengajar. Melalui kunjungan kelas tersebut supervisor dapat mengetahui apa kelebihan dan kekurangan guru terutama dalam konteks pelaksanaan KBM. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki.
Kerangka Pemikiran
Perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ke kurikulum 2013, terjadi pergeseran. Pergeseran yang paling dirasakan oleh guru khususnya di SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora adalah pelaksanaan penilaian sikap. Berdasarkan kurikulum 2013, penilaian sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Khususnya di SD Binaan UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, berdasarkan hasil monitoring dan rapat dengan kepala sekolah diketahui bahwa penilaian aspek sosial belum dapat dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan awal tentang kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial, masih tergolong kurang.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan tindakan berupa pembinaan teknik Workshop dan Classroom Visitation, yaitu pembinaan kelompok dalam bentuk workshop yang dilanjutkan dengan pembinaan individu teknik kunjungan kelas, dengan menggunakan desain penelitian tindakan sekolah. Melalui kolaborasi kedua teknik tersebut diharapkan setelah mengikuti workshop namun guru masih kesulitan dalam menilai sikap sosial, guru masih dapat menanyakan langsung saat dilakukan kunjungan kelas, dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial diharapkan dapat meningkat hingga mencapai kategori baik.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Melalui workshop dan classroom visitation, kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sosial di SD UPTD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat meningkat hingga mencapai kategori baik.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Desain Penelitian Tindakan
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). PTS merupakan penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata, untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dan memperbaiki situasi dan kondisi sekolah/pembelajaran secara praktis (Depdiknas, 2008: 11).
Penelitian ini menggunakan model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2010: 49) yang kemudian disesuaikan dalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem spiral refleksi yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali. Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru SD UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang ditunjuk oleh kepala sekolah masing-masing SD 1 (satu) Guru, sehingga jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 10 (sepuluh) guru. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Dipilihnya lokasi tersebut, karena peneliti adalah pengawas SD di wilayah UPTD tersebut, yang secara nyata masih terdapat permasalahan terkait dengan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial. Penelitian ini dilaksanakan semester II tahun pelajaran 2018/2019, dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Analisis data tersebut dilakukan selama proses tindakan dan sesudah tindakan. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan angka/ bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Rusliana, 2007:6).
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai dengan kategori baik yang ditunjukkan dengan nilai individu ≥ 9,4, dan secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata lebih dari 9,4 (≥ 9,4), selain nilai individu dan nilai keseluruhan tersebut, penelitian dinyatakan berhasil apabila prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari ≥ 85%.
Prosedur Penelitian
Sesuai dengan desain penelitian, maka prosedur penelitian tindakan sekolah ini terdiri dari 4 (empat) langkah: yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dalam siklus-siklus penelitian, mulai siklus I hingga penelitian berhasil.
HASIL PENELITIAN
Prasiklus
Kegiatan prasiklus dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan, dan mengetahui kemampuan awal guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Caranya peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru yang ditunjuk sebagai sampel penelitian dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Sebelum dilakukan pengamatan, peneliti mengadakan rapat koordinasi dengan kepala sekolah SD Binaan, selain koordinasi persiapan pelaksanaan semester II tahun pelajaran 2018/2019, peneliti menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kurikulum 2013. Rapat koordinasi dilaksanakan di UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, pada hari Senin tanggal 7 Januari 2019, mulai jam 09:00 sampai dengan jam 12:00. Rapat dihadiri oleh 10 kepala sekolah seperti daftar hadir terlampir.
Pengamatan dilakukan secara langsung, terhadap pelaksanaan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Hasil pengamatan dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan, seperti terlampir. Berdasarkan hasil penilaian tersebut peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung skor rata-rata, menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, dan menghitung perosentase ketercapaian indikator, hasilnya seperti terlampir. Ringkasan hasil pengamatan prasiklus menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial sebelum dilakukan tindakan adalah sebagai berikut: nilai rata-rata sebesar 5,80 (cukup), nilai tertinggi 7,00 (cukup), nilai terendah 4,00 (kurang). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori baik belum ada, kategori cukup sebanyak 8 guru (80%), dan nilai rendah sebanyak 2 guru (20%).
Penguasaan guru terhadap langkah-langkah melaksanakan penilaian sikap social pada prasiklus, dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator adalah 41,43%. Hal ini menunjukkan bahwa guru di UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dalam melaksanakan penilaian sikap sosial belum maksimal sehingga perlu diupayakan langkah perbaikan, yaitu melalui workshop dan Classroom Visitation.
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan kepala sekolah. Koordinasi bertujuan untuk menyampaikan hasil pengamatan tentang kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial, dan sekaligus menyampaikan rencana tindakan yang akan diambil. Koordinasi dilaksanakan di Kantor UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo pada hari Rabu tanggal 23 Januari 2019, Daftar hadir rapat koordinasi seperti terlampir.
Siklus I
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, peneliti melaksanakan observasi untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Hasilnya seperti terlihat terlampir. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial melalui observasi, peneliti membuat rekapitulasi data, menghitung skor rata-rata, menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, jumlah guru yang mendapat nilai baik, cukup dan kurang, serta menghitung prosentase ketercapaian indikator, rekapitulasi data seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus I dapat diketahui bahwa setelah dilakukan workshop dan classroom visitation, nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial, sebesar 10,20 (baik), nilai tertinggi 11,00 (baik), nilai terendah 9,00 (cukup). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori baik sebanyak 6 guru (60%), kategori cukup sebanyak 4 guru (40%), dan nilai kurang sudah tidak ada.
Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap langkah dalam menilai sikap sosial siklus I, peneliti menghitung prosentase rata-rata dengan menggunakan rumus seperti disebutkan dalam bab III (teknik analisis data). Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator adalah 72,86%. Hal ini menunjukkan bahwa guru di UPT TK/SD Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang ditunjuk sebagai subjek penelitian dalam melaksanakan penilaian sikap sosial telah meningkat dibanding dengan prasiklus, tetapi belum maksimal.
Berdasarkan hasil penilaian siklus I, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 10,20 (baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 72,86%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan workshop dan classroom visitation, kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial telah meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap langkah dalam menilai sikap sosial yang diperoleh dari workshop, dan saran-saran peneliti saat dilakukan kunjungan kelas. Namun jika dibanding dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, skor rata-rata dan prosentase ketercapaian tersebut belum dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga harus dilakukan tindakan lanjutan dengan memperbaiki kekurangan berdasarkan hasil penilaian siklus I.
Siklus II
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, peneliti melaksanakan observasi untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Hasiln observasi siklus II seperti terlampir. Rekapitulasi data seperti terlampir, Ringkasan hasil penilaian siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan workshop dan classroom visitation, nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial, sebesar 12,70 (baik), nilai tertinggi 14,00 (baik), nilai terendah 1200 (baik). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori baik 10 guru (100,00%), kategori cukup, dan kurang sudah tidak ada.
Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap komponen kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial siklus II, peneliti menghitung prosentase rata-rata. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus II dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa guru di UPTD Pendidikan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial telah meningkat dibanding dengan siklus I dan sudah maksimal.
Berdasarkan hasil penilian siklus II, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 12,70 (baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan workshop dan classroom visitation siklus II, kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial telah meningkat. Dibanding dengan hasil penilaian siklus sebelumnya telah terjadi peningkatan, dan dibanding dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian tersebut telah melebihi indikator keberhasilan tindakan yang ditentukan, sehingga tindakan tidak perlu dilanjutkan.
PEMBAHASAN
Perbandingan Nilai Rata-Rata kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,40. nilai tertinggi meningkat dari 7,00 menjadi 11,00, nilai terendah meningkat dari 4,00 menjadi 9,00, jumlah guru yang mendapat nilai baik dari tidak ada menjadi 6 guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari 8 guru turun menjadi 4 guru, jumlah guru yang memperoleh nilai rendah berkurang dari 2 guru menjadi tidak sama sekali.
Setelah dilakukan tindakan berupa pembinaan guru melalui workshop dan kunjungan kelas (classroom visitation) siklus II, kemampuan guru dalam menilai sikap sosial mengalami peningkatan, Perbandingan siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,50, yaitu dari siklus I sebesar 10,20 siklus II meningkat menjadi 12,70. nilai tertinggi meningkat dari 11,00 menjadi 14,00, nilai terendah meningkat dari 9,00 menjadi 12,00, jumlah guru yang memperoleh nilai baik meningkat dari 6 Guru meningkat menjadi 10 guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari berkurang dari 4 guru menjadi tidak ada.
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,90, yaitu dari prasiklus sebesar 5,80 siklus II meningkat menjadi 12,70. nilai tertinggi meningkat dari 7,00 menjadi 14,00, nilai terendah meningkat dari 4,00 menjadi 12,00, jumlah guru yang memperoleh nilai baik meningkat dari 0 menjadi 10 Guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari berkurang dari 8 guru menjadi tidak ada. Guru yang memperoleh nilai rendah berkurang dari 2 menjadi tidak ada.
Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial pada prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 31,43% dari kegiatan prasiklus sebesar 41,43% meningkat menjadi 72,86% siklus I. Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial pada siklus I dengan siklus II, menunjukkan peningkatan sebesar 18,81% dari kegiatan siklus I sebesar 72,86% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II. Perbandingan prosentase penguasaan indikator prasiklus dengan siklus II, mengalami peningkatan sebesar 50,24% dari kegiatan prasiklus sebesar 41,43% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II.
Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui workshop dan classroom visitation dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa workshop dan classroom visitation mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui tindakan workshop dan classroom visitation kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sosial bagi guru SD UPTD Pendidikan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,80 menjadi 10,20 (peningkatan sebesar 4,40). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 10,20 menjadi 12,70 (peningkatan sebesar 2,50). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,80 menjadi 12,70 (peningkatan sebesar 6,90).
Peningkatan guru terhadap pelaksanaan indikator, dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus sebesar 41,43% meningkat menjadi 72,86% pada siklus I (meningkat sebesar 31,43%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 72,86% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II (meningkat sebesar 18,81%). Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,43% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II (meningkat sebesar 50,24%). Hal ini membuktikan bahwa melalui workshop dan classroom visitation dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial dengan maksimal.
Saran
Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
Sebaiknya pembinaan guru khususnya kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial dilakukan terhadap guru lain selain guru yang dijadikan subjek penelitian ini.
Untuk Pengawas Lain
Sebaiknya dilakukan monitoring dan pembinaan guru terkait dengan penilaian otentik aspek lain, yaitu aspek pengetahuan, aspek ketrampilan, dan aspek sikap spiritual, melalui teknik pembinaan kelompok maupun individu.
Untuk Kepala Sekolah
Sebaiknya hasil supervisi yang dilakukan oleh pengawas khususnya terkait dengan kemampuan guru dalam melaksankan penilaian sikap sosial ditindak lanjuti oleh kepala dengan melakukan pembinaan terhadap guru lain selain guru yang ditunjuk sebagai subjek penelitian ini.
Untuk Guru
Sebaiknya dalam menyusun instrumen penilaian sikap sosial guru tetap mengacu pada kompetensi inti KI-2, dan saat melaksanakan penilaian guru benar-benar memperhatikan perubahan sikap siswa di kelas maupun di luar kelas, sehingga penilaian yang dilakukan oleh guru tentang sikap sosial semakin objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi; Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Iskandar, Agung, 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, 2012, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara
Muslim, A.Q. 2013. Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Motivasi berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap Di kabupaten Sumenep Jawa Timur. Tesis pada FIP UPI Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad. 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: CV Alfabeta
Purwanto M. Ngalim, 2010, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rusliana, Ade, 2007, Konsep Dasar Evaluasi Belajar, http://www.oenoen.co.cc /2010/12/ konsep-dasar-evaluasi.html, Diakses 07 Desember 2009.
Sarimaya, 2008, Sertifikasi Guru (Apa, Mengapa, Bgaimana?). Bandung: Yrama Widya
Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Graha Ilmu.