Upaya Peningkatan Kemampuan Matematika Menggunakan Media Penghitung Batang Napier
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
PADA MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA PENGHITUNG BATANG NAPIER PADA SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN 01 GENTUNGAN MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2015 / 2016
Saidi
2 SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan perkalian dengan menggunakan media penghitung batang Napier pada Siswa Kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research(CAR). Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN01 Gentungan yang berjumlah 25 siswa,. Metodepengumpulan data ini menggunakan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan interaktif dan juga secara berkelanjutan sampai pada ketuntasan. Dari hasil pra penelitian dari jumlah siswa 25 yang mendapatkan nilai ≥70 pada pra tindakan adalah 28%, pada siklus I meningkat menjadi 52%, pada siklus II meningkat lagi menjadi 92%.. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini Dengan Menggunakan Media Penghitung Batang Napierdapat meningkatkan kemampuan perkalian dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IIISDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar.
Kata kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Media Batang Napier
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kurang percaya diri merupakan salah satu penyebab peserta didik mengalami ketertinggalan dalam pembelajaran. Peserta didik yang merasa dirinya mengalami keterbatasan, akan memisahkan diri dari teman-temannya. Ia akan selalu diam apabila diberikan pertanyaan oleh guru. Peserta didik yang kurang percaya diri seperti ini biasanya tidak berani untuk bertanya ataupun menjawab. Sehingga, sering kali menyebabkan mereka tidak mengerti. Akhirnya, anak mendapatkaan nilai yang benar-benar rendah.
Ketidakmampuan siswa melakukan perkalian harus segera ditangani. Karena, hal ini akan menghambat pemahaman peserta didik dalam menerima materi yang akan diajarkan selanjutnya. Dengan menggunakan media penghitung Batang Napier diyakini akan meningkatkan kemampuan perkalian Siswa Kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar.
Media penghitung Batang Napier ditemukan oleh seorang bangsawan dari Scotlandia Jonh Napier Tahun 1550-1617 (dalam Max.A Sobel & Evan M. Maletsky, 2003: 108). Media perhitungan ini digunakan untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian, yaitu menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Meskipun perhitungan dapat dengan cepat dilakukan dengan memakai kalkulator elektronik, tetapi berhitung perkalian dengan batang Napier dapat menjadi topik yang menarik dan menyenangkan bagi siswa kelas III.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Matematika Pada Materi Perkalian Dengan Menggunakan Media Penghitung Batang Napier Pada Siswa Kelas III Semester 2 SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyarperlu untuk dilakukan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Apakah Penggunaan Media Penghitung Batang Napier dapat Meningkatkan Kemampuan Perkalian pada Siswa Kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan perkalian dengan menggunakan media penghitung batang Napier pada Siswa Kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar.
Hipotesa Tindakan
“Dengan menggunakan media penghitung batang Napier dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada Siswa Kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar.â€
Manfaat Penelitian
1. Media penghitung batang Napier Dapat mempermudah peserta didik dalam menghitung perkalian. Sehingga, peserta didik lebih mampu menerima materi matematika selanjutnya.
2. Media penghitung batang Napier Sebagai alat bantu guru untuk mempermudah penyajian materi perkalian
3. Sebagai masukan bagi sekolah untuk menggunakan media penghitung batang Napir dalam upaya perbaikan pembelajaran perkalian. Sehingga, dapat menunjang tercapainya kemampuan dan daya serap peserta didik dalam pembelajaran matematika seperti yang diharapkan.
Batasan Istilah
1. Kemampuan Perkalian
Kemampuan perkalian dalam penelitian ini mengenai kemampuan numerik siswa, karena perkalian adalah kemampuan hitung menghitung dengan angka-angka. Kemampuan ini dapat menunjang cara berfikir yang cepat, tepat dan cermat yang sangat mendukung keterampilan siswa dalam memahami simbol-simbol dalam matematika. Perkalian termasuk dalam kemampuan numerik mencakup kemampuan standar tentang bilangan, kemampuan berhitung yang mengandung penalaran dan keterampilan aljabar. Kemampuan mengopreasikan bilangan meliputi operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
2. Batang Napier
Batang napier yaitu dengan menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara mengalikan bilangan dengan batang napier cukup mudah, yaitu hanya melihat bilangan yang akan dikalikan, kemudian menjumlahan diagonalnya.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat sekolah dasar yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar.
4. Peningkatan
Peningkatan merupakan penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
6. Ketuntasan Hasil Belajar
Ketuntasan belajar merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa
7. Materi Perkalian
Materi perkalian adalah salah satu materi dalam mata pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas III semester 2. Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran Matematika di SD
Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Suherman, 2003: 19) sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat. Matematika menurut Suherman (2003:253) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Johnson dan Myklebust yang dikutip olah Abdurrahman (2002:252) matematika adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Djamarah, 2002: 43). Suherman (2003: 8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Susetyo, 2005: 167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.
Ruang Lingkup Perkalian
Dalam materi perkalian untuk siswa kelas III standar kompetensi yang diharapkan adalah siswa dapat melakukan perkalian yang hasilnya bilangan empat angka dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan empat angka, serta dengan indikator: 1) Menghitung perkalian bilangan dua angka dua angka dengan bilangan dua angka dengan menggunakan media penghitung batang Napier. 2) Menentukan hasil perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan menggunakan batang Napier. 3) Menyebutkan langkah-langkah meneyelesaikan perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan batang Napier .
MediaPembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Ada banyak batasan yang dikemukakan pula oleh para ahli tentang media diantaranya. AECT (Association of Education and Commucation technology) (Azar Arsyad, 2007: 3), “membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pasan atau informasiâ€. Gagne dan Bringgs (Arief S. Sadiman, 2009: 6) menyatakan bahwa, “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajarâ€. Contohnya: buku, film, kaset, dll. Heinich, dkk (Azar Arsyad, 2007: 4) mengemukakan, “istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerimaâ€.
Dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (Azar Arsyad, 2007: 19) dapat memenuhi tiga fungsi utama, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, (3) memberi instruksi.
Batang Napier
Sejarah Batang Napier
Alat peraga batang Napier ditemukan oleh seorang bangsawan dari Scotlandia Jonh Napier (1550-1617), media perhitungan batang Napier ini banyak digunakan pada tahun 1600-an. Alat perhitungan ini digunakan untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian, yaitu dengan menterjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Meskipun perhitungan dapat dengan cepat dilakukan dengan memakai kulkulator elektronik, tetapi berhitung perkalian dengan batang Napier dapat menjadi topik yang menarik dan menyenangkan bagi siswa kelas III (Max.A Sobel & Evan M. Maletsky, 2003: 108).
Risky dalam (Putra, 2010) mengemukakan bahwa perkalian bilangan dengan menggunakan batang napier yaitu dengan menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara mengalikan bilangan dengan batang napier cukup mudah, yaitu hanya melihat bilangan yang akan dikalikan, kemudian menjumlahan diagonalnya.
Alat peraga batang Napier ini hampir sama dengan strategi kotak perkalian. Kotak perkalian merupakan strategi yang sangat menarik. Kontak perkalian merupakan alat sederhana yang terbukti sangat efektif bagi setiap orang yang “membenci†perhitungan perkalian atau orang-orang yang biasanya sering dikatakan lemah dalam perkalian. Strategi ini juga berguna bagi siapa saja yang merasa kesulitan dalam menyimpan angka dalam perkalian dua digit (Bekti Hermawan Handojo & Srihari Ediati, 2007: 42)
Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Ketuntasan Hasil belajar
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa. (Sularyo 2004:6).
Menurut Juniarsih (2011; 10) Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar. Strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.
Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar operasi perkalian peserta didik dikarenakan peserta didik yang duduk ditingkat SD kelas III belum menguasai perkalian. Selain itu, rendahnya hasil belajar juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari orang tua, guru, fasilitas yang kurang menunjang, serta rasa bosan peserta didik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan proses pembelajaran dari kebiasan yang sedang berlangsung.
Dengan menggunakan media penghitung batang Napier, kemampuan perkalian peserta didik menjadi meningkat, karena semakin baik dan menarik media atau alat peraga yang digunakan, maka akan semakin meningkat kemampuan peserta didik dalam perkalian.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang jumlah siswanya 25 anak terdiri dari 16 anak perempuan dan 9 anak laki-laki.Penelitian dilakukan di SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar. Di sekolah tersebut tempatn ya memungkinkan untuk dilakukan penelitian dikarenakan lokasinya dekat dengaan jalan raya dan ketersediaan ruang kelas untuk dilakukan penelitian, fasilitas pembelajaran yang cukup mendukung dan juga sarana prasarana yang cukup memadai.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu Januari – Maret 2016 dalam 2 siklus.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.
Analisis data
Analisis data adalah proses untuk mencari data dengan menyusun data yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Analisis data dapat diperoleh dengan cara wawancara, dokumentasi, dan juga mencatat hasil penelitian di lapangan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Jenis dan Prosedur Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3): PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara peneliti sebagai guru dan siswa-siswanya yaitu satu kesatuan kerjasama dengan perspektif yang berbeda. Misalnya, bagi guru demi peningatkatan mutu profesionalnya sedangkan bagi siswa, yaitu peningkatan prestasi belajarnya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observasing), dan refleksi (reflecting).
Prosedur Penelitian
Suatu kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari beberapa siklus, siklus II (dua) dilakukan apabila siklus I (satu) hasil belajar siswa belum bisa optimal, siklus III (tiga) dilakukan apabila siklus II hasil belajar siswa belum bisa optimal.
Indikator Keberhasilan
Untuk meningkatkan kemampuan perkalian Matematika siswa SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar dapat dilihat dari proses dalam pembelajaran dan juga hasil dari belajar siswa. Kemampuan perkalian siswa bisa dikatakan berhasil apabila nilai akhir setidaknya 80% dari semua jumlah siswa mendapatkan nilai ≥70 dan diakhir pembelajaran hasil dari pembelajaran matematika bisa meningkat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar, letaknya sangat strategis karena terletak di pinggir jalan menuju kota kecamatan. Kondisi fisik sekolahsecara umum gedung SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar mempunyai ukuran yang cukup memadai. Didalam gedung terdapat beberapa fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Fasilitas yang dimiliki oleh SDN 01 Gentungan dikatakan sudah baik dan layak untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Semua keadaan yang seperti itu tidak terlepas dari kerjasama antara sekolah dengan pihak lingkungan sekolah dan masyarakat yang ada di sekitar sekolah.
Refleksi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan perkalian siswa kelas IIISDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar masih sangat kurang dan siswa masih belum menguasai materi, hal itu dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa yang masih di bawah rata-rata. Dari proses wawancara maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sangat membosankan, proses pembelajaran matematika gangguan oleh teman sebangku, tidak memperhatikan, menganggap remeh materi yang diajarkan, pura-pura tahu, dan kurang percaya diri selain itu guru menyampaikan materi hanya dengan metode ceramah dan guru lebih banyak memberikan tugas..
Deskripsi Pelaksanaan Siklus
Siklus 1
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I, mengenai kemampuan perkalian, diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dengan nilai rata-rata 68,8. Pada perbaikan yang dilakukan pada siklus I, perolehan nilai dengan menggunakan media batang napier, dari 25 siswa, ada 12 siswa yang belum mendapat nilai ≥70 dan ada 13 siswa yang sudah mendapat nilai ≥70.
Berdasarkan observasi pada siklus I diketahui bahwa penggunan media batang napier pada materi perkalian sudah ada peningkatan, meskipun belum mencapai indikator yang diharapkan. Kegiatan refleksi ini mendiskusikan hasil observasi tindakan siklus I dan diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus II, yaitu: a) Setiap pertemuan guru lebih mengoptimalkan apersepsi sehingga siswa tidak takut untuk menjawab ataupun bertanya pada guru. b) Guru harus lebih mengoptimalkan menguasai kelas, membuat suasana belajar yang menyenangkan sehingga tidak ada siswa yang ramai sendiri. c) Guru sesering mungkin memotivasi siswa agar lebih sering aktif sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh guru. d) Guru harus memperhatikan alokasi waktu agar alokasi waktu tudak melebihi waktu yang telah direncanakan.
Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana pada siklus II lebih mengoptimalkan aktivitas siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Perencanaan tindakan akan dilakukan sesuai dengan pedoman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media batang napier pada materi perkalian.
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II, mengenai kemampuan perkalian, diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dengan nilai rata-rata 83,6. Pada perbaikan yang dilakukan pada siklus II, perolehan nilai dengan menggunakan media batang napier, dari 25 siswa, tinggal2 siswa yang belum mendapat nilai ≥70 dan ada 23 siswa yang sudah mendapat nilai ≥70.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan kelas siklus II, jumlah anak yang telah mencapai ketuntasan sudah mencapai 23 anak atau 92% dan yang belum tuntas tinggal 2 anak.
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian Pra Tindakan
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang dilakukan sebelum tindakan kelas diperoleh bahwa rendahnya kemampuan perkaliansiswa yang berakibat rendahnya kemampuan perkaliansiswa hanya mencapai prosentase 28% atau hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai ≥70. Sebelum diadakan tindakan kelas antausiasme belajar siswa masih rendah, hal itu dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Didapat data dengan nilai terendah 20, nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata 51.2. Sehingga peneliti melakukan tindakan kelas dengan menggunakan media batang napier untuk meningkatkan kemampuan perkalianpada mata pelajaran matematika.
Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I menunjukkan bahwa kemampuan perkalian siswa sudah ada peningkatan, namun masih ada beberapa siswa yang belum memahami penggunaan media batang napier. Pada siklus I kemampuan perkalian mengalami peningkatan dibanding pra tindakan.Dari Siklus I di dapat data dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata 68,8. dan prosentase 52% atau hanya 13 siswa yang mendapatkan nilai ≥70. Hasil tersebut tergolong masih kurang baik, sehingga penelitian harus dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus berikutnya proses pembelajaran harus lebih optimal, membuat suasana yang menyenangkan sehingga siswa lebih aktif.
Hasil Pelaksanaan Siklus II
Pembelajaran pada siklus I belum optimal, maka peneliti melakukan tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II diperoleh peningkatan kemampuan perkalianpada siswa.Dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata 83,6. dan prosentase 92% atau 23 siswa yang mendapatkan nilai ≥70. Dan hanya tinggal 2 anak yang memperoleh nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukankemampuan perkalian siswa sudah bagus, dan telah mencapai indikator pencapaian yang diharapkan.
Penggunaan media batang napier telah terbukti merupakan upaya untuk peningkatkan kemampuan perkalian siswa yang disebabkan karena selama pembelajaran matematika hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak antausias mengikuti pembelajaran matematika. Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan peneliti selama 2 siklus telah dapat meningkatan kemampuan perkalian matematika siswa kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar. Ringkasan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Tiap Siklus
No |
Uraian |
Pra Tindakan |
Siklus I |
Siklus II |
Keterangan |
1 |
Nilai terendah |
20 |
40 |
60 |
meningkat |
2 |
Nilai tertinggi |
100 |
100 |
100 |
Stabil |
3 |
Nilai rata-rata |
51,2 |
68,8 |
83,6 |
Meningkat |
4 |
Ketuntasan |
7 Siswa (28%) |
13 Siswa (52%) |
23 Siswa (92%) |
Meningkat |
Pembahasan
Hasil belajar siswa kelas III SDN 01 Gentungan masih rendah, hal ini disebabkan karena gangguan oleh teman sebangku, tidak memperhatikan, menganggap remeh materi yang diajarkan, pura-pura tahu, dan kurang percaya diri. Metode ceramah ini jika tidak digunakan dengan variasi media pembelajaran yang sesuai akan membuat siswa menjadi pasif. Siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru dan tidak merespon pelajaran yang diberikan. Upaya untuk mengatasi rendahnya hasil belajar ini peneliti menggunakan media batang napier.
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I mengalami peningkatan dibanding pra tindakan meskipun belum mencapai indikator yang ditentukan. Sehingga proses pembelajaran dengan mengunakan media batang napier. Indeks dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II peneliti membuat proses pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan sehingga siswa aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Setelah melakukan perbaikan dari kelemahan pembelajaran pada siklus I, proses pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Prosentase yang didapatkan sudah mencapai indikator yang ditentukan. Dapatkan data dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata 83,6. dan prosentase 92% atau sudah 25 siswa yang mendapatkan nilai ≥70.
Penggunaan media batang napier dalam pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan kemampuan perkalian siswa. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka hipotesis tindakan yaitu “Penggunaan media batang napier dalam pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan kemampuan perkaliansiswa kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar†telah terbukti kebenarannya.
PENUTUP
Simpulan
Penggunaan media batang napier dapat meningkatkan kemampuan perkalian siswa pada mata pelajaran Matematika. Prosentase keberhasilan siswa yang mendapatkan nilai ≥70 pada pra tindakan adalah 28%, pada siklus I meningkat menjadi 52%, pada siklus II meningkat lagi menjadi 92%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka hipotesis tindakan yaitu “Penggunaan media batang napier dalam pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan kemampuan perkaliansiswa kelas III SDN 01 Gentungan Mojogedang Karanganyar†telah terbukti kebenarannya.
Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi dari penelitian ini bahwa dengan penggunaan media batang napier dalam pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan kemampuan perkaliansiswa kelas III SDN 01 Gentungan. Mojogedang Karanganyar. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan media batang napier dapat membantu meningkatkan kemampuan perkalian pada mata pelajran matematika bagi siswa. Suasana yang menyenangkan dapat membuat siswa lebih aktif belajar dan menumbuhkan semangat siswa.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan pencapaian hasil belajar sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
Saran
1. Kepala Sekolah hendaknya menganjurkan kepada para guru untuk menggunakan media pembelajran yang sesuai yang lebih bervariasi, inovatif, salah satunya dengan menggunakan media batang napier.
2. Hendaknya memantau jalannya pembelajaran di kelas agar mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Guru hendaknya membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa menjadi aktif dan tidak bosan.
4. Menggunakan media-media pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih bersemangat, salah satunya dengan menggunakan media batang napier.
5. Pada penelitian lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini.
6. Mengkaji penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dengan materi dan media pembelajaran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Depdiknas. 2010. Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). Bandung: Citra Umbara
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyd, Azhar. 2007.Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit PT Raja GrafindoPersada
Faturochman. 2008. Rumus Lengkap matematika SD. Jakarta: PT Wahyumedia
Gawatri, U.R. dkk. 2001. Matematika SMK Jilid 1. Jakarta: Penerbit Yudhistira
Handoko, Bekti Hermawan &Srihari Ediati. 2007. Math Magic.Jakarta: PT kawan Pustaka
Jayanti, Erna Dwi. 2010. “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian melalui Pendekatan Kontektual pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Dayu Kecamatan Karang Pandan karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011â€. Skripsi. Surakarta: FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Juniarsih. 2011. Problematika Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran PAI. Semarang: Jurnal Ilmiah PAI
Kasri, Khafid & Gunanto. 2010. Active mathematics 3A.Jakarta: Erlangga
Moleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
____________. 2009. Metode Penelitian kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya
Putra, Sang Nyoman Liga. 2010. “Pemanfaatan Alat Praga Batang Napier dalam Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah sebagai Upaya peningkatan Aktifitas dan Prestasi Belajar Siswa †(online), (http://b3sm4rt.wordpress.com/2010/01/PemanfaatanBatang Napier. pdf, diakses tanggal 16Januari 2015).
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Kartasura: FKIP UMS
Ruseffendi. 1991. Pengantar kepeda Membantu Guru Mengembangkan kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito
Rahayu, Epuk Suswati. (2009). “Penggunaan teknik batang napier untuk meningkatkan prestasi belajar pada operasi perkalian bilangan cacah siswa kelas IV SDN Watestani 04 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan†(online),
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 2009. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 12. Jakarta: CV. Rajawali
Simanjuntak, lisnawaty, dkk. 1993. Metode mengajar matematika.Jakarta: Rineka cipta
Sobel, Max A & Evan M. Maletsky. 2001. Mengajar Matematika, Sebuah Buku Sumber Alat Praga, Aktivitas, dan strategi untuk Guru matematika SD, SMP, SMA. Terjemahan oleh Suyono. 2003. Jakarta: Erlangga
Steve, Slavin. 2005. Matematika Praktis untuk Sekolah Dasar Kelas I dan Kelas II. Bandung: Rekarya Jaya
St. Y. Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS PRESS
Suharsimi, Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Sutan, firmanawaty. 2003. Mahir Matematika melalui Permainan. Jakarta: Puspa Swara
Untoro. 2009.Buku Pitar Matematika SD.Jakarta: Wahyu Media
Yekti Fajar Hutami, dkk (2012),Pengaruh penggunaan media batang napier terhadap kemampuan menghitung perkalian bilangan cacah siswa kelas IV SD se-Gugus Pangeran Diponegoro Wonosobo tahun 2012. (on line)